LOVELY LECY ~ Part 10

67 12 6
                                    


"Akhirnya kamu datang juga, Nak. Gimana sekolahnya tadi?" ujar Ayah berbasa-basi saat Lecy mengebel pintu apartemen milik ayahnya itu.

"Ah, Papa, sudahlah nggak usah basa-basi nggak penting. Lecy capek, Lecy mau tidur, mana kamar Lecy?"

"Lecy, masa kamu gitu sama papa kamu?! Cepet minta maaf. Nggak sopan, ah," ujar Hazel tampak marah sekaligus kaget mendengar perkataan Lecy pada sang ayah.

"Iya, iya, sorry deh Pa." ujar Lecy sambil melangkah ogah-ogahan masuk ke apartemen kemudian selonjoran di sofa.

Hazel menggelengkan kepala tak habis pikir melihat kelakuan Lecy.

Papa tersenyum sambil menepuk bahu Hazel.

Om Dani, ayah Lecy menutup pintu apartemen dan berkata, "Hazel, Om sangat berterima kasih karena kamu mau menjaga Lecy saat kami sekeluarga terpuruk. Terima kasih selalu hadir di sisi Lecy saat dia ditinggalkan seorang diri oleh teman-temannya."

"Tak seharusnya Lecy mengalami semua hal ini. Karena dulu dia...," ucapan laki-laki itu sempat terhenti sejenak. Matanya memandang jauh ke depan. Entah apa yang dilihatnya.

"Ah dulu dia seorang gadis yang ceria dan tidak suka marah seperti ini. Sejak kami berpisah, saat itu pula Lecy berubah menjadi anak pemarah seperti ini. Untung saja ada kamu di sisinya. Karena kamu selalu mendampingi Lecy, anak Om bisa belajar percaya lagi pada kedua orang tuanya. Om sangat berterima kasih padamu, Nak. Om berharap kamu selalu ada di sisi Lecy," lanjut Om Dani lagi.

Hazel menatap mata Om Dani yang sepertinya berharap sekali kepadanya.

Hazel memandang kesungguhan di pelupuk Ayah temannya itu.

"Om, ehm sebenarnya, ehm...," Hazel tak sanggup berkata apa-apa.

Om Dani menatap heran anak muda yang tampak gagah itu.

"Tidak apa-apa, Om, Hazel pulang dulu kalau begitu," ujar Hazel memohon diri untuk meninggalkan tempat itu.

"OK, sampai ketemu lagi ya, Hazel. Besok Om yang akan antar Lecy pulang. Terima kasih ya, Nak," balas sang Ayah tersenyum penuh rasa terima kasih padanya.

Dalam perjalanan pulang, benak Hazel dipenuhi berbagai macam cerita mengenai seorang gadis ceria yang sekelas dengannya sejak kelas VII.

Hazel berjalan kaki sambil pikirannya melayang kembali di memori yang dibuatnya setahun yang lalu. Mengingatnya bagaikan memutar kembali film hitam putih dalam pikiran. 

*****

Tiga tahun lalu, Lecy dan dirinya naik ke kelas 3 SMP.

Gadis manis yang terlihat seperti anak SD itu sudah 3 tahun sekelas dengannya. Namun, tak satu kali pun cowok ini berkenalan dengannya. Bahkan gadis yang biasa disebut Lecy itu, mungkin tak pernah mengenalnya.

Cowok berusia lebih muda dari teman sebayanya ini memang tak ingin menampilkan dirinya. Dia nyaman dengan keberadaannya yang bagaikan bayangan di dalam kelas. Sosok misterius yang menyukai kesunyian. Namun, ada satu gadis yang setiap pagi mengusiknya berlari kencang di trotoar menuju sekolah.

Gadis itu selalu berangkat dengan berlari di saat-saat terakhir pintu gerbang akan ditutup. Tak jarang bahkan gadis itu terlambat dan diomeli oleh guru. Namun sepertinya, kesusahan hidup tak pernah menghampiri hidupnya. selalu gembira, selalu santai dan tertawa riang. tak pernah sekali pun dilihatnya gadis bernama Lecy itu murung atau marah. pantas saja semua orang menyebutnya 'Lovely Lecy'. sepertinya hanya dia yang tak mengetahui alasan mengapa julukan itu diberikan kepadanya. Gadis itu hanya senang saat mendapati dirinya mendapat julukan bagus dari teman-teman sekelasnya.

"Lecyyy, tunggu donk! cepet amat sih larinya," ngos-ngosan Laras mengejar Lecy yang dengan cepat berlari keluar dari rumahnya.

"Ogah, gue nggak mau ditangkep lagi ama Herder!" timpal Lecy sambil terus berlari di jalanan yang agak menanjak.

Lecy sudah kesekian kalinya terlambat ke sekolah. Kemarin, Pak Sugi penjaga sekolah, menatap Lecy dengan garang karena Lecy berhasil lolos waktu dia menutup pintu gerbang sekolah.

Pak Sugi memang beda, suka sekali melihat anak-anak dihukum. Penjaga sekolah itu memang tidak suka anak yang ada di sekolah tersebut. Terutama yang berisik macam Lecy dan Laras. Duo Bebek cerewet yang setiap kali datang ke sekolah tepat waktu banget alias mepet. Karena itu beberapa anak sudah paten, kalau ngegosipin Pak Sugi sebagai herdernya sekolah mereka.

Gue nggak mau lagi jadi target pelototan Si Herder. Kayaknya dapet bonus tuh kalau berhasil nangkep anak telat. Satu anak berapa, ya? Gue juga mau kalau dikasih duit. Ah, sudahlah. Kalau Laras mau telat sih terserah. Gue ogah. Kata Lecy dalam hati sambil terus berlari.

Lecy dan Laras sudah kelas sembilan sekarang. Lecy sudah tak sabar lagi untuk berganti seragam di kelas 10 nanti.

"Hap. Nggak telat kan, Pak? 5 menit lagi baru bel, yey!" teriak Lecy senang. Pak Sugi cemberut melihat senyuman girang Lecy. Tapi kedongkolan itu tak berlangsung lama. Pak Sugi kembali berbinar-binar saat melihat Laras tergopoh-gopoh mengayuh sepeda dengan tubuhnya yang jauh lebih berisi daripada Lecy. Mata penjaga sekolah itu berkilat-kilat senang. 

Lecy melihat arah pandang Pak Sugi, kemudian berteriak, "Laras ayo cepat! Pak Sugi sudah bersiap-siap menutup pintu gerbang nih." ujar gadis itu sambil jongkok ala preman pasar di depan pintu gerbang. Sekadar menghalangi Pak Sugi melangkah lebih jauh untuk menutup gerbang. 

"Ayo, sedikit lagi. Lo bisa, Ras!" teriaknya memberi semangat.

"Hore, Laras hebat! Nggak sia-sia gue lari tadi. Lo jadi lebih semangat buat ngejar gue, kan?" teriak Lecy sambil menepuk-nepuk bahu Laras. 

Laras yang ngos-ngosan sampai terbatuk-batuk akibat tepukan bahu yang dilakukan Lecy.

"Sial lo, Cy," ujarnya kehabisan napas.

Sambil mengerutkan bibirnya, penjaga sekolah yang sejak tadi berdiri untuk menutup gerbang itu. Cemberut karena tak berhasil menangkap satu anak pun yang terlambat hari ini. 

Gagal deh dipuji Pak KepSek hari ini. Ck! Keluh si Herder sekolah itu menggelengkan kepalanya. Kedua gadis itu tertawa sambil berlari masuk ke kelas karena bel baru saja berbunyi. Menandakan mereka pasti akan diomeli guru bila mereka tak bergegas naik sekarang.

Ada satu orang yang memperhatikan keduanya sambil tersenyum dari balkon lantai dua sekolah mereka. Seorang anak laki-laki yang tak terlihat. Seorang anak laki-laki yang kehadirannya mungkin tak disadari oleh siapa pun di kelasnya. Cowok yang memilih untuk tidak berteman dengan siapa pun. Karena dia tahu, saatnya hadir di dunia ini mungkin, ya, mungkin sudah tidak lama lagi.

Seorang cowok yang tiba hanya beberapa menit dari kedua gadis yang hampir terlambat itu hanya untuk melihat aksi seru keduanya.

"Fiuh, untung aja pelajaran pertama Bu Ani ya, coba kalau Pak Reno, bisa abis kita diomelin, secara belum bel aja dia udah nongkrong di kelas," ujar Laras sambil melangkahi dua anak tangga sekaligus.

"Ah, Kalo Pak Reno sih gue nggak bakalan telat lha, Ras. Fisika telat sedetik aja bakalan berabe urusannya," balas Leticya mendahului langkah sahabatnya.

"Ah, elo Cy! Bilang aja mau ngeliat gantengnya Pak Reno, kan?" Laras menyenggol bahu Lecy. Membuat gadis itu terhuyung sedikit.

Bukannya marah, Lecy tertawa.

"Tahu aja lo, Ras. Tapi beneran, kalo telat dikit aja bakalan runyam kan urusannya? Tar gue makin lama lagi mandangin cakepnya Pak Reno di ruang guru. Disangka autis pula kalo gue bengong," ujar gadis itu sambil masuk ke kelas IX-3.

"Ih, mulai deh, imajinasi lo ke mana-mana. Capek deh," ujar Laras sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Sabar-sabar, orang sabar badannya lebar," bisik Lecy dekat sekali ke telinga sahabatnya itu.

"Eh, lo ya," belum lagi Laras membalas godaan Lecy, guru yang baru saja mereka omongin, masuk dan melemparkan pandangan tajam ke arah keduanya. Pandangan tajam itu membuat obrolan keduanya terhenti.

Dan, lagi-lagi cowok itu mengamati keduanya sambil menutupi senyuman lebar dengan punggung tangannya sebelum wajahnya berganti dengan wajah kaku yang biasa diperlihatkan agar tidak menarik perhatian sekeliling.

LOVELY LECYWhere stories live. Discover now