Penampilan Hazel memukau banyak pasang mata yang melihatnya saat itu. Suara beningnya berhasil membuat Hazel yang selama ini tak pernah menonjolkan dirinya bersinar di lomba tujuh belasan itu. Lecy sudah bersiap di samping panggung, berharap Hazel kembali ke tempatnya keluar panggung nanti.
Ternyata tidak, Hazel terhuyung ke arah kedua orang tuanya. Mata Lecy lekat menatap Hazel yang berjalan turun menjauhi dirinya.
Hazel terhuyung saat berjalan keluar sambil memegangi dadanya yang sesak.
Lecy segera menghambur ke kursi penonton untuk menemui Hazel.
Terlambat!
Hazel sudah dikerumuni banyak orang, banyak anak seangkatan bahkan kakak kelas yang ingin mengenal sosok seorang anak berkulit cerah itu. Sosok dengan suara nyanyian jernih seakan yang mendengarnya bisa melayang dalam mimpi saat mendengar lagu yang dibawakannya. Lagu Angin Mamiri yang tadi dibawakan Hazel masih terngiang di telinga Lecy bahkan saat keadaan di perlombaan itu terlalu ribut untuk beroleh ketenangan.
"Hazel! Tunggu!"
Bahkan suara Lecy pun tak terdengar dari kejauhan. Gurat kuatir tampak di wajah Lecy sekarang. Hazel hanya berbalik, memandang sahabatnya itu sambil tersenyum dari kejauhan seakan berkata,"Nggak apa-apa, Cy. Kamu bersenang-senanglah di sini."
Gina ngos-ngosan mengejar Lecy, menepuk bahunya begitu dia bisa menggapai Lecy.
"Ada apa sih, Lecy? Kenapa?" Gina menundukkan badannya. Terlihat letih setelah mencari Lecy ke mana-mana.
Lecy memandang kejauhan. Mobil orang tua Hazel melaju cepat tanpa menunggu kedatangan Lecy. Lecy menghela napas panjang.
"Nggak apa-apa. Kenapa lo di sini, Gin?" Lecy seakan membatu di tempatnya berdiri. Tak bergeming sedikit pun.
Setelah mengatur napas, Gina berkata, "Noh, Kak Fandy. Ribut mulu di panggung. Nungguin lo ngeliat baru dia mau mulai pertunjukan. Mana nyebut-nyebut nama gue buat nyari lo lagi. semua orang jadi mandang ke gue buat nyariin lo. Buruan gih ke sono! Dari pada gue diamuk massa."
Lecy tersentak seakan dihadapkan pada kenyataan sekarang.
"Hah! Apa-apaan sih Kak Fandy, tuh! Norak maksimal!" ujar Lecy sambil melangkahkan kaki menuju tempat perlombaan. Sekarang Kak Fandy membuat heboh dengan berteriak-teriak merdeka. Lecy menggelengkan kepalanya malu. Sedangkan yang lain cukup terhibur dengan aksi norak Kak Fandy.
Lecy bergerak menyeruak dari kerumunan saat Kak Fandy masih saja menyetel gitar yang dibawanya juga aksi kocaknya saat memainkan mikropon bertangkai yang teronggok rapi di tengah panggung. Anggota tim lain seakan mendukung aksi norak Kak Fandy dengan berlebihan. Membuat suasana panggung makin kacau.
"Ssstt Kak Fandy!" ujar Lecy berbisik dari bawah panggung. "Kak, hentikan! Katanya mau perform. Kak... Kak...," tambah Lecy lebih keras.
Akhirnya Fandy tersadar dan berkata memakai mikropon yang tak jadi dilayangkannya ke atas. "Nah, ini dia, gadis yang aku tunggu sudah datang. Silahkan duduk Tuan Putri Lecy. Dan juga sekretaris Gina. Kita akan...,"
Tiba-tiba terdengar seruan dari kejauhan, "ENAK AJA! Gue capek-capek nyari, Cuma dipanggil sekretaris pula. Laen kali ogah bantuin lagi ya, Kak!"
Terdengar gelegar marah Gina dari kejauhan. Gina sudah duduk di tempatnya sambil bersedekap. Marah mendengar kata-kata Fandy. Membuat banyak penonton tertawa.
"Huaaaa asisten marah, maaf Tuan Putri Gina," ujar Fandy sambil gelagapan layaknya orang kepanasan sambil mengatur posisinya di atas panggung.
Lecy menggeleng kepala lagi sambil berbalik menuju kursi di sebelah Gina. Beberapa pasang mata menatapnya iri. Iri karena dirinya diperhatikan oleh seorang senior tampan yang sebentar lagi akan menjadi lulusan terbaik di sekolah itu. Semua orang ingin berada di posisinya saat ini.
YOU ARE READING
LOVELY LECY
Novela JuvenilAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...