Hazel, sudah cukup aku tak bisa menghubungimu beberapa hari. Pulang sekolah nanti aku akan ke rumahmu, pikiran ini terus menerus berkecamuk dalam kepala Lecy sampai-sampai seharian itu dirinya hanya melihat detik jam dinding berputar sampai saat pulang tiba.
*****
"Eits! Nona cantik, mau ke mana? Ngapain buru-buru pulang? Mau ditemenin?" Lecy terlihat memilah kertas fotokopi saat bertemu dengan Kak Fandy di warung depan sekolah.
"Nggak, Kak. Aku mau ke rumah Hazel sendirian," ujar Lecy tanpa melihat senior yang sekarang menggelengkan kepala melihat sang Junior sibuk memasukkan barang dengan berantakan ke dalam tas sekolahnya yang penuh sesak.
"Lecy, barang bawaan kamu segitu banyak, mau pergi sendiri? Naik angkot?" Lecy mengangguk sebelum akhirnya buku catatan yang telah selesai diperiksa jatuh ke lantai. Untung saja makanan untuk Hazel masih sempat dipegang oleh tangannya sebelum jatuh ke lantai dan pecah. Hazel paling menyukai soto buatan bibi kantin. Kata Hazel, "Semua rasanya klop di lidah. Nggak perlu tambah apa pun aja sudah uenak tenan." Lecy mengikik geli mengingat betapa lahapnya Hazel saat memakan soto Bibi. Mata Hazel berbinar seperti menemukan permen yang paling disukainya. Hazel tersenyum gembira dan berkali-kali mengecap nikmat.
"Ehem, halo! Lecy? Bumi memanggil." Fandy berusaha memanggil sambil melambaikan kedua tangan saat akhirnya Lecy tersadar dari lamunan sesaat.
"Apa sih, Kak! Ngeselin," ujar Lecy menahan senyum dan pura-pura merajuk di hadapan Fandy.
"Ckckck, mau dianterin nggak?" Fandy mengambil sebagian barang Lecy dan siap duduk di motornya tanpa memandang Lecy yang sekarang mulai kesal. Kak Fandy beneran ya. Orang ngomong nggak pernah di dengerin, huh! Lecy hanya bisa menggeleng kepala, kesal! Tapi tetap berjalan menuju motor, menerima helm yang semenjak tadi terulur kepadanya.
"Inget ya, Kak. Bukan aku yang minta ke Kakak. Ini Kakak yang mau nganterin. Jadi aku nggak hutang apa pun sama Kak Fandy," cerocos Lecy sambil memasang helm pemberian seniornya itu dengan cepat sambil celingukan kanan-kiri, melihat keadaan sekeliling saat bunyi 'klik' kecil menandakan pengaman helm telah terpasang sempurna.
Fandy mendengkus remeh tanpa diketahui anak perempuan yang sekarang bersusah payah naik ke motor RX King miliknya. Perempuan aneh, ngapain dia ngeliat sekeliling sebelum naik?
Laju motor Fandy yang meliuk cepat di gang-gang kecil membuat Lecy menjerit tertahan setiap kali Fandy nyaris menabrak dan bersinggungan dengan motor lain. Rem mendadak yang Fandy lakukan membuat Lecy mau tak mau memegang lebih kencang besi pada bagian belakang motor. Tubuh gadis itu kaku mengikuti gerakan motor Fandy, Senior yang tampak tersenyum bahagia mendengar jeritan tertahan milik si Penumpang. Setiap polisi tidur, tubuh Lecy melonjak, gadis itu menahan tubuh sejenak saat motor bergesekan dengan aspal. Ilmu meringankan tubuh pun dilakukan olehnya, berharap si Motor tak lagi merasakan kesakitan aspal jalanan. Lagi-lagi Fandy tersenyum lebar, memperlihatkan gigi putih berderet rapi miliknya dari dalam helm.
"Sudah sampai, Tuan Putri." Lecy memegang bahu Fandy sambil menekannya agar bisa turun dari tempat duduk. "Ouch! Kecil-kecil cengkramannya kuat bener."
Lecy tergelak saat melepaskan helm, terlihat jelas wajah pucat Lecy lebih dari biasanya meski tampak kesal. Lecy ingin mengatakan sesuatu saat melihat cengiran Kak Fandy. Tapi gadis itu menahan, "Sudah untung Kak Fandy mau nganter sampai depan rumah Hazel," gumam Lecy tak jelas.
"Apa, Cy? Kamu ngomong apa?"
"Nggak, Kak. Makasih ya udah mau nganter."
"Nggak komplain, kan? Jadi besok aku anterin kamu pulang lagi, ya."
Lecy berjengit kaget, "Nggak, Kak. Nggak perlu. Udah, Kak Fandy pulang aja, ya."
"Aku tunggu. Kamu mau ngasih catetan itu doang, kan? Aku anter pulang setelah itu," ujar Fandy mengerling genit sambil duduk santai di stang motor miliknya.
Lecy memutar bola mata sebelum akhirnya bergumam, "Terserahlah," sambil mengedik tak peduli. Hanya bertemu Hazel yang penting untuknya sekarang.
"Hazel, Hazel. Permisi Om, Tante. Ini Lecy."
Suara pintu terbuka membuat gadis itu mundur selangkah dan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan meski telah terikat kuncir kuda semenjak pagi.
"Eh, Nak Lecy. mau ketemu Hazel, ya?" Mama Hazel membuka pintu sambil tersenyum lembut.
"Hazel sedang tidur, bisa tante bantu, Nak?" ujar Tante meneruskan ucapannya.
"Oh, kalau begitu, titip ini aja buat Hazel, Tante." Lecy tersenyum meski terlihat jelas raut kecewa di wajahnya. Mama Hazel membalas dengan ucapan terima kasih. Mengamati Lecy membalik badan sebelum akhirnya menutup gerbang pintu depan.
Lecy melangkah lunglai menuju Fandy yang menanti di motor sambil memakai headphone, mengikik geli saat menonton layar ponsel di tangannya. Mengembuskan napas saat kembali bertengger di motor milik seniornya itu. Membuat sang senior berpaling kaget, merapikan headphone miliknya sebelum menatap heran anak bernama Leticya. "Napa coba nih anak? Aya naon teh, Neng Geulis?" Lecy menggeleng sambil memakai helm.
"Kak, kita ke pantai bentar, yuk," ajak gadis itu. Matanya menerawang jauh, jelas-jelas menahan aliran air mata yang sebentar lagi membanjir. Tampak jelas sirat kuatir sekaligus kecewa dalam kelopak mata bening berwarna kecokelatan.
"Siap, Yang Mulia Ratu," ujar Fandy sambil memakai helm memberi hormat sebelum akhirnya melakukan gerakan lucu berlebihan yang mau tak mau membuat Lecy tertawa.
Sementara itu, gorden biru tua yang terbuka sedikit semenjak tadi tanpa seorang pun menyadari, perlahan menutup dan kembali memperlihatkan kesuraman rumah dari luar. Bagai saksi bisu keceriaan yang berakhir di saat lidah belum mengecap bahagia.
*****
Hamparan biru laut yang berpadu dengan langit menjadi satu kesatuan indah tak terpisahkan saat mentari undur diri seakan mengerti kesedihan yang dialami gadis berponi itu. Menghela napas panjang, Lecy menyerap sebanyak mungkin udara laut sambil berbaring di pasir, menatap langit menggelap. Sesosok bayangan mendekat, duduk sambil menawarkan teh bersoda yang telah dibeli. Lecy bangun, menerima minuman kemudian menegak sampai terdengar cegukan yang menjadi tanda untuknya berhenti. Fandy tergelak hingga membuat gadis itu menatapnya galak. "Sorry, sorry. Nggak maksud. Kalau kamu mau teriak boleh lho. Mumpung ombak lagi naik, nih." Tanpa menunggu lama, Lecy berdiri dan berteriak kencang, "Kenapa Hazel, kamu sakit apa? Kenapa kamu seakan tak mempercayaiku? Apa artinya diriku bagimu? Bingung, pengen marah. Kenapaaa?" Tak tahan lagi, Fandy merengkuh tubuh mungil yang tersedu dalam diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/148079606-288-k251822.jpg)
YOU ARE READING
LOVELY LECY
Fiksi RemajaAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...