Jam pulang pun akhirnya tiba. Lecy memasukkan buku dan alat tulis yang berantakan di mejanya dengan sembarangan. Lala melihat teman di sampingnya itu sambil geleng-geleng kepala. Sejak masuk kelas, tak pernah dilihatnya Lecy seperti dirinya sekarang ini. Lecy yang Lala kenal terlihat pendiam dan serius saat mengikuti pelajaran. Meski terkadang suka bengong dan agak lemot, tapi, Lecy yang saat ini terlihat gegabah, membuat Lala terkaget-kaget dibuatnya.
"Duluan ya, La," sahut Lecy sambil melambaikan tangan tanpa melihatnya lagi. Mata gadis itu tertuju pada satu sosok yang duduk di paling depan dekat dengan pintu keluar. Sosok yang tersenyum tertahan saat menunggunya. Gadis bermata bulat itu sedikit berlari ke arah cowok tinggi kurus yang hampir menutupi sinar matahari yang menembus pintu terbuka di belakangnya.
"Apa senyum-senyum?" tanya Lecy menantang sosok menjulang tinggi dihadapannya.
Senyum Hazel makin mengembang saat Lecy berkata seperti itu. "Nggak Apa-apa kok. Yuk pulang, Gina nungguin tuh di luar," sahut Hazel.
Keduanya berjalan ke arah Gina yang tampaknya sudah menunggu mereka di lapangan.
"Lecy judes amat sih sama Hazel. Mata lo tuh keliatan jahat banget tahu," timpal Gina.
"Masa sih? Nggak kok," sanggah Lecy menepuk-nepuk pipinya sambil menggerak-gerakkan mulutnya seakan ada bongkahan besar permen karet di mulutnya. Melenturkan ketegangan di wajahnya sejak tadi.
"Hhmmpphh..." keduanya menahan tawa melihat sosok sahabat mereka yang masih terlihat kekanak-kanakkan itu.
Lecy mengerucutkan bibirnya ke depan, "Tuh kan, gimana coba orang nggak kesel. Ngeliat kalian ngetawain gini aja udah empet banget!"
"Wah, si Eneng, jangan marah dong, Neng, ada Abang Hazel yang baik hati di samping Eneng nih. Kalo gue sih ogah banget nurutin cewek kayak lo, Cy," balas Gina sambil terus berjalan tanpa melihat Lecy.
"Eh, berani lo nyuekin gue, Gin? Gue teror lo ya ntar malem. Nggak bakalan bisa tidur lo, gue telponin tiap lima menit, terus gue matiin, kayak waktu pertama kali masuk itu mau lo?" balas gadis itu sambil menyipitkan matanya, berjalan pelan sambil menaikkan tangannya bagaikan mau menerkam Gina yang lebih besar darinya.
"HAZEELL... HELP!! Lecy mulai ngeluarin tangan setannya... AAHHH..." seru Gina yang berlari terlebih dahulu sebelum tertangkap oleh Lecy.
Namun, tubuh lincah Lecy dengan cepat menangkap Gina dan mulai menggelitikinya.
"Ampun Lecy! Stop! Hahaha! Hazel, please, help me!" seru Gina yang berusaha menghentikan Lecy saat ini.
Hazel tersenyum sambil mendekati keduanya. "Cy, udah, yuk kita pulang, udah cukup," katanya sambil menepuk bahu gadis itu. Membuatnya seketika itu berhenti mengejar Gina dan berjalan tenang di samping Hazel.
Lecy menuruti keinginan Hazel.
"Hhh, akhirnya gue bebas. Heran, lo punya magnet apa sih, Zel? Kok bisa sih menghentikan makhluk bernama Lecy ini?" tanya Gina ngos-ngosan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir.
"Pake kepekaan hati, Gin," jawab Hazel. Hazel geli melihat reaksi Gina yang kepayahan.
"Tuh, Gin, pake hati," sambung Lecy lagi sambil tersenyum lebar penuh kemenangan.
"HHH! Gemes gue." Gina mengacak rambut Lecy yang sudah berantakan itu.
Tiga sahabat itu tertawa lepas saat berjalan keluar gerbang sekolah mereka. Sepasang mata memperhatikan ketiganya dengan tatapan iri dari kejauhan.
YOU ARE READING
LOVELY LECY
Teen FictionAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...