Setelah kejadian menegangkan dengan angkot yang mereka alami beberapa saat yang lalu, ketiganya sampai di gerbang sekolah. Lecy berlari menuju ke ruang OSIS, ada sesuatu yang harus dibicarakannya dengan panitia pendaftaran Hari Kemerdekaan.
"Hah, udah ditutup? Tapi kan baru beberapa hari yang lalu dibuka pendaftarannya?" tanya Lecy dengan heran. "Kakak yakin, nggak bisa ditambahin satu orang lagi? Rugi lho kak, nanti kakak nggak bisa ngelihat perform yang bagus banget dari_"
"Lecy, kamu ngapain?" Suara yang terdengar di belakangnya itu tak digubrisnya.
"Kak, ya kak? Satu ini aja..." ucap Lecy lagi setengah memaksa sekarang.
"Lecy?" sambung suara itu, curiga dengan maksud perkataan Lecy.
"Ini, orang yang kamu maksud?" kata pengurus OSIS yang berjaga di meja pendaftaran Lomba Hari Kemerdekaan yang akan dilaksanakan di SMU Pranata tanggal 18 Agustus nanti.
Lecy tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat. "Iya, bener kak, ini orangnya," sambung Lecy lagi sambil menarik lengan Hazel dan mendorongnya ke depan.
"Hmm, karena kamu ganteng, aku masukin kamu menjadi peserta terakhir lomba menyanyi yah, kalau ada yang daftar lagi sudah tidak boleh." ujar senior di hadapannya itu sambil mengerling menatap Hazel.
Hazel kaget mendengar hal itu.
"Nggak, Kak. Saya nggak daftar," ujarnya sambil menggelengkan kepalanya cepat.
"Jadi yang bener yang mana? Mau daftar atau nggak?" tanya senior kelas sebelas itu.
"Mau," "Nggak," kata Lecy dan Hazel hampir bersamaan.
"Ah, sudahlah, kalian putuskan dulu baru mendaftar. Batasnya sampai pulang sekolah, ya," sambung senior tersebut dengan tampang bête pada kedua juniornya itu.
Si Senior menutup buku pendaftaran di hadapannya dan melangkahkan kaki masuk ke ruang OSIS yang ada di belakang meja pendaftaran dadakan tersebut.
"Ih, Hazel, gimana sih? Kamu itu kan pinter nyanyi, di SMP ikutan Paduan Suara, sering solo pula, kenapa sekarang kamu malah nggak mau ikutan nyanyi?" tanya Lecy kesal.
"Lecy, aku kan nggak bisa lagi nyanyi sekarang. Pita suaraku udah nggak kayak dulu lagi, Cy. Tadi aja waktu ngejar kamu, aku teriak. Kamu nggak denger, kan?" sanggah Hazel.
"Ya, iya sih, nggak denger. Tapi, justru karena itu dilatih biar pita suaranya bisa pulih lagi, dengan ikut lomba nyanyi kayak gini," sambung Lecy lagi.
"Udah ah, kamu kok kayaknya nggak ngerti-ngerti kalau dibilangin. Kamu aja yang ikut. Jangan paksa orang buat ngikutin apa yang kamu mau terus, dong. Yuk masuk, udah bel," timpal cowok itu sambil mendahului Lecy masuk ke kelas.
Keduanya berada di kelas yang sama saat ini, kelas X-IPS1. Dengan kemampuan Hazel menganalisa Matematika dan Fisika di SMP, Lecy yakin Hazel bisa masuk kelas IPA, tapi entah apa yang ada dalam pikirannya sehingga memilih masuk kelas IPS. Bahkan Lecy pun ingin masuk ke kelas IPA, apa daya kemampuan Fisika dan Matematikanya terbatas. Lecy pernah menanyakan hal ini kepada Hazel, dan Hazel hanya menjawab dengan mengangkat bahunya, "Aku mau nyantai waktu SMA, nggak perlu berpikir keras untuk sesuatu yang rumit, belum tentu kepake juga buat masa depan," ujarnya sambil lalu.
Hazel dan Lecy bertemu dengan Gina saat perkenalan murid baru di sekolah. ketiganya langsung akrab dan kesupelan Lecy membuat Hazel yang agak pendiam bisa juga bergaul dengan Gina yang ramai.
Lecy sedih, Hazel sepertinya kesal padanya. Gadis mungil yang selalu mengikat rambutnya ke atas itu mengingat pertemuan awalnya dengan Hazel sambil tersenyum. Hazel-lah yang menyapanya terlebih dahulu.
YOU ARE READING
LOVELY LECY
Teen FictionAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...