Entah bagaimana–saat Lecy merasa ingin meninggalkan dunia ini lebih cepat, ada sosok Hazel yang selalu – dengan berbagai cara, memberi kekuatan padanya. Kadang hanya melalui chat di WA yang mengingatkannya membawa barang-barang atau buku yang kemungkinan besar terlupakan oleh gadis itu. Membuat Lecy melupakan sejenak masalah yang dihadapinya dan memeriksa kembali apa yang perlu dipersiapkannya untuk sekolah esok hari.
"Om, apa yang om mau lakukan?!" ujar Hazel sesaat sebelum Lecy membuka perlahan matanya yang terpejam.
Lengan kokoh Hazel menghalangi sang Ayah untuk lebih mendekat ke arahnya saat ini. Ada desir rasa aneh di hati Lecy saat ini. Membuat gadis itu merasa nyaman. Lecy mendekat ke punggung Hazel tanpa disadarinya.
"Tenang Hazel, Om, hanya mau berbicara sebentar dengan Lecy," katanya sambil tersenyum pada Hazel dan anaknya itu. "Sebentar ya, Hazel," lanjutnya lagi.
Ayah Dani menyentuh pelan bahu Lecy dan mengajaknya menyingkir dari tempat itu. Mata Hazel tak berhenti menatap Lecy dan sang Ayah dengan tajam. Papa Lecy menoleh sekilas dan tersenyum simpul melihat sikap hazel. Mengangguk perlahan tanpa Lecy ketahui.
"Lecy," ujar Papa mendesah napas panjang sambil memegang kedua bahu anaknya tersebut.
Wajahnya tertunduk menyiratkan kekuatiran yang sangat dalam.
Lecy menatap sang ayah dengan pandangan menyelidik. Gadis itu tidak percaya dengan sang Ayah.
Ayah mencoba tersenyum dan memantapkan matanya memandang gadis mungil yang sudah beranjak dewasa itu.
"Ada hal-hal yang tidak perlu kamu ketahui, Nak. Biarlah itu menjadi urusan papa dan mama. Yang pasti, kami berpisah demi kebaikan keluarga kita," ujar Pria berumur kepala 4 itu pada sang Anak.
"Tante Lana tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini Lecy. Tante berbaik hati mengantar Papa ke kontrakan rumah di dekat sini sampai Papa menemukan rumah sendiri. Kamu bisa berkunjung dan menginap kalau Papa sudah mempunyai rumah yang tetap ya, Nak. Papa akan secepatnya mencari rumah yang bisa ditinggali oleh kamu dan Papa," tambahnya lagi.
Lecy menatap wajah Papa dengan berani sekarang. "Lecy tidak mau tinggal dengan Papa. Papa bebas pergi sekarang! Jangan sampai Lecy melihat wajah Papa lagi," seru Lecy tajam di depan muka sang Ayah.
gadis itu menyentakkan tangan yang semenjak tadi ada di atas bahunya. Dan berlari pergi meninggalkan sosok yang selama ini dihormatinya itu.
Lecy berjalan pelan menuju Hazel. Ia mengusap air mata yang tak mau diperlihatkannya pada Mama.
Hazel memperhatikan tumpahan air mata yang mau membanjir keluar itu.
Hazel tahu Lecy mati-matian menahan rasa sedih dan marah yang sedang dialaminya saat ini.
Gadis itu menggenggam tangan Hazel dengan erat. Hazel pun memberi kekuatan pada Lecy dari genggaman tangannya.
Keduanya masuk ke dalam rumah dan menutup pagar serta pintu rumah rapat-rapat.
Ayah mendesah sambil mengangkat tas yang ditinggalkannya tadi. Masuk ke dalam mobil yang terlihat mentereng itu dan melaju pergi.
"Setidaknya kamu akan menjaga anakku, Hazel," ujar Papa dalam hati.
Raut wajah penuh guratan kesedihan menghilang dari hadapan Lecy yang mengamati sosok yang terlihat lelah itu pergi.
Lecy menutup perlahan gorden bermotif bunga lembut itu dengan rapat.
Saat berbalik, Hazel sudah terlihat duduk di hadapan sang Ibu yang sekarang menundukkan kepalanya begitu dalam.
Hazel menemani Mama sahabatnya itu dalam diam.

YOU ARE READING
LOVELY LECY
Teen FictionAku tak memerlukan keluarga yang sempurna. Tak memerlukan kehidupan yang sempurna. Aku hanya perlu bahagia dengan beberapa teman yang mencintaiku apa adanya. Lecy mulai merasa nyaman dengan diri dan lingkungannya yang tidak sempurna saat ini. Bersam...