Nova dan Natalya, keduanya bersama - sama mencari kota terdekat, setelah baru saja turun di tengah hutan beberapa jam lalu.
"Va, lihat ada kota disana" Ucapnya bahagia sambil menunjuk ke arah timur"
"Kau benar, ayo cepat kesana" Nova langsung berlari, meninggalkan Natalya.
"Eh, tunggu, dasar Nova, main tinggal aja" Natalya berdengeus, kesal sambil berlari menyusul Nova.
Kota itu nampak klasik, ornamen - ornamen indah menghiasi tiap dinding batu. Setiap bangunan di kota itu terbuat dari susunan batu, lengkap dengan beragak bunga yang menghiasi tiap bangunan, seakan menjadi ciri khas kota tersebut.
Nova dan Natalya mendekati salah satu toko di kota itu, sebuah toko senjata.
"Permisi" Ucap Nova sopan pada seorang pria paruh baya yang sedang mengusap salah satu pedang.
"Ada apa, anak muda? kau petualang baru? apa yang kau inginkan?" Nova dan Natalya saling pandang, bingung.
"Maaf tuan, kami ingin bertanya"
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Ucapnya tanpa melihat kearah Nova dan Natalya, pandanganya hanya tertuju pada pedang yang diusapnya.
"Eh, eh, begini tuan, kami baru disini, kami tiba- tiba terhisap oleh awan merah dengan petir yang begitu banyak, kami ingin tau lebih dalam tentang tempat ini" Wajah pria itu nampak terkejut.
"Yang ingin kau tanyakan Kota Azenlu ini atau teta 3, aku juga lihat awan merah teleporter itu sejak tadi"
"Eh, iya yang itu, semuanya," Ucap Nova agak terbata - bata, juga bingung Teta 3.
Pria setengah baya itu menghempuskan nafas perlahan. "Baiklah biar kujelaskan, akhir - akhir ini sepertinya banyak warga teta 1 yang tersasar disini, ayo ikut aku"
Nova dan Natalya mengikuti pria itu, Natalya nampak waspada beberapa kali ia tengok kanan- kiri. Mereka sampai di sebuah ruangan dengan banyak rak dan buku, juga peta - peta.
"Aku berasal dari Teta 1 dulunya, aku sampai sini setelah penelitianku terhadap dunia paralel, dunia ini dibagi menjadi 3, Teta 1 sampai Teta 3. Teta 1 adalah tempatmu sebelum ini, sedangkan Teta 3 adalah tempat para 4 bangsa besar, Manusia, Elf, Wirewolf, dan para penyihir. Kota yang kalian datangi adalah Kota Azenlu, kota para Petualang, kota para pahlawan lahir, juga kota para penjahat lahir. Teta 3 kini dalam bahaya, mungkin itu juga alasan kalian disini, orang - orang sebelum kalian yang datang juga kujelaskan tentang ini, aku sangat berharap pada petualang generasi baru."
"Game AR ini sangat nyata dan aneh" Nova berfikir bahwa aneh, bertanya pada sistem AR, atau bahasa lainya NPC (Non Player Character) tokoh yang digunakan untuk melengkapi alur cerita dalam game, Nova menepuk jidatnya sambil berbalik menatap Natalya.
"Teta 3 juga sering disebut sebagai dunia game, namun dunia ini tidak sama seperti game pada teta 1, seperti yang kau bayangkan, game di teta satu hanyalah maya, sedangkan disini benar-benar nyata" Raut Nova dan Natalya nampak kaget. Raut pria paruh baya itu juga terlihat takut.
"Dan aku ini juga nyata lho, bukan proyeksi" Mata Nova membulat, sebentar-sebentar, ini membingungkan, game , kenyataan, teta 1, teta 3, sebenarnya, ini hanya cerita karangan sistem atau bener sih, kalau cuma karangan sistem terus orang ini?- Otak Nova berputar-putar ia mencoba merangkai kejadian di depannya.
Nova mencoba mengingat sesuatu, ia akhirnya ingat, cek profil. Nova mecoba mencari profil ia berputar- putar menelisik tubuhnya, profil itu ternyata muncul lewat jam tangan pemberian Zandara game.
Player : Budi Sizaniva
Rank. : Bronze
Type. : AssasinsGame type : Real RPG
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Journey
FantasyAdakah yang berfikir "enak ya bisa masuk ke dunia game, leluasa bermain sesuka hati seperti kenyataan" -Sebuah perusahaan terkenal di Jakarta menciptakan inovasi dalam sebuah game, dengan teknologi AR game dapat dilakukan secara reallife, tapi siap...