Tasa sedang menaiki tangga menuju kelasnya. Sejak tiga hari yang lalu Jeno mengatakan hal aneh itu, Tasa merasa bahwa jarak antara Jeno dan dirinya menjadi renggang. Itu terbukti dengan chat dan telepon Tasa yang tidak pernah Jeno jawab sekalipun.
Sesampainya di kelas, ia malah harus tertahan didepan kelas karna temannya.
"Eh Tasa!" Panggil Nana yang ada di depan kelas. Sementara yang dipanggil hanya menghela nafasnya berat, pasti ujung-ujungnya ia akan berdebat dengan temannya itu. Please Na, ini masih pagi.
"Apa?" Tanya Tasa.
"Si Jeno sakit?"
"Iya, dirawat"
"Sampe sekarang?"
"Iya. Kenapa?" Tasa mulai malas meladeni Nana yang terus menerus bertanya. Apalagi bertanya tentang Jeno yang sedang ia pertanyakan sikapnya.
"Waduh, bukan sakit biasa itu mah" Kata Nana kepada Tasa. Sementara Tasa hanya mengerutkan dahinya bingung.
"Maksudnya?"
"Ya maksudnya dia sakit fisik plus sakit hati. Lu jahat ego Sa"
Mendengar itu Tasa menjadi naik darah, menurutnya Nana terlalu sok tau apalagi mereka tidak dekat satu sama lain.
"Sok tau lu Na, orang dia gak kenapa-napa. Mungkin dia belum pulih sepenuhnya, masa sakit hati juga dirawat" Tasa mencoba menjawab dengan tenang.
"Iya iya. Tapi sekali-kali jangan percaya omongan Jeno dong Sa, gak selamanya yang dia bilang itu bener" Nana lalu meninggalkan Tasa. Sementara Tasa hanya diam meresapi kata-kata yang Nana ucapkan.
Jeno adalah sahabatnya, mana mungkin ia tidak mempercayai sahabatnya sendiri?
#●#
"Sa? Kok diem aja sih?" Tanya Renjun yang sekarang ada dihadapan Tasa. Mereka sudah pulang sekolah dan sedang berada di kantin.
"Gua bingung Jun" ucap Tasa pelan
"Bingung? Bingung kenapa?"
"Jeno sama gua udah gak pernah kontak-kontakan lagi. Sebelum lu dateng ke rumah sakit, Jeno tuh bilang mau jaga jarak. Gua gak tau kalo omongan dia serius. Karena pas lu dateng, Jeno ya biasa biasa aja gitu sikapnya" jelas Tasa
"Kalo dia ngomong gitu, harusnya lu jangan ikut ngejauh"
"Gua gak ngejauh Jun, malah gua ngechat duluan, gua sampe nelpon juga. Tetep aja gak dibales, gak diangkat" Tasa menundukkan kepalanya, ia benar-benar bingung dengan sikap Jeno.
"Emang sebelumnya ngomongin apa sih? Kok bisa sampe gitu. Jeno baik baik aja kok sama gua" Pertanyaan Renjun membuat Tasa membeku. Gak mungkin kan ia menjawab jujur? Terlebih itu artinya secara tidak langsung ia mengungkapkan rasanya kepada Renjun.
"Gak kenapa-napa, ya gak tau tiba-tiba dia ngomong gitu. Aneh kan?" Jawab Tasa agak kikuk.
"Hm.. padahal dia aja banyak ngasih tau tentang lu ke gua. Dia masih baik-baik aja kok sama gua, malahan dia yang ngasih tau duluan"
"Tunggu.. gimana maksudnya?"
"Ya akhir-akhir ini kan gua lagi 'ngedeketin' lu, emang lu gak sadar?"
Tasa tersentak. Renjun sangat to the point, bahkan dengan masalah hati?
"..gak, hehe"
"Dasar" Renjun tertawa, membuat hati Tasa semakin berdebar. Bahkan tanpa ia sadari, ia sejenak melupakan tentang Jeno.
"Lu kemaren-kemaren udah jenguk Jeno lagi? Padahal dulu pas lu dirawat dia hampir setiap hari jenguk lu, bawa macem-macem pula"
"Eh iya ya, harusnya gua langsung jenguk aja. Sekarang aja yuk Jun"
Tasa langsung berdiri dan mengambil tasnya, ia bahkan terlihat tergesa-gesa. Itu karena Tasa berharap persoalan antara dirinya dan Jeno segera selesai.
"Tapi bukanny..." belum selesai Renjun berbicara, Tasa memotongnya karna hpnya berdering.
"Bentar.. eh kak Taeyong nelpon, siap siap dulu gih" Tasa pun segera mengangkat telepon dari kakaknya itu.
"Halo kak, kenapa?"
"Dimana? Gak langsung pulang?" Tanya Taeyong
"Gak kak, aku masih di sekolah. Abis ini mau jenguk Jeno dulu" Jawab Tasa
"Loh dek, bukannya Jeno udah pulang?"
Tasa langsung terdiam. Ia sama sekali tidak tau tentang keadaan Jeno, padahal dulu Jeno lah yang biasanya mengabarkan duluan.
"Halo? Emang kamu gak tau?"
"A..aku tau kok, cuman lupa hahaha. Terus Jeno sekarang dimana kak?"
"Kata Jaehyun sih mereka pulang ke rumah orang tuanya. Kan akhir minggu juga ini"
".. gitu ya kak, oke"
"Langsung pulang ya, kakak mau ngomong. Pulang sama siapa?"
"Renjun. Mau ngomong apa kak?"
"Renjun?"
"Iya, kenapa?"
"Ya, hati-hati pulangnya"
"Santai kak, Renjun kalo naik motor pelan-pelan kok"
Sambungan telepon langsung diputus oleh Taeyong.
"Ha..halo kak? Kak Taeyong?? Lah dimatiin" Tasa menatap layar hpnya bingung. Padahal ia masih berbicara, tetapi Taeyong seenaknya memutus sambungan teleponnya.
"Kenapa? udah ayo pulang" Renjun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan diikuti dengan Tasa.
"Pulang? Berarti kita gak jadi ke rumah sakit? Lu tau Jeno udah pulang?" Tanya Tasa bertubi-tubi.
"Tau, tadi gua mau bilang. Dia ngabarinnya tadi pagi"
Tanpa sadar mata Tasa sedikit berkaca-kaca. Bukan terharu atau apapun itu, tapi ia sedih mendengar pernyataan dari orang-orang disekitarnya karena hanya dia yang tidak dikabari.
Jeno, ini namanya bukan menjaga jarak. Tapi ini menjauh.
Tbc
Jangan pusing ya kalo kebanyakan percakapan hehehe :(