Jeno sedang menunggu kakaknya di depan kelas sambil asik memainkan handphonenya. Bisa dibilang kini Jaehyun cukup protektif, terlebih kondisi Jeno yang sebenarnya belum cukup pulih.
"Woi, sendirian aja" ucap seseorang sambil menepuk pundak Jeno.
"Eh, elu Mark. Kenapa?" Tanya Jeno.
"Gak papa. Lu gak kangen gua apa? Long time no see padahal""Ewh. Lu mau nanya apaan? Gak usah basa basi dah" Jeno memutar bola matanya jengah, me-lock hp-nya, siap mendengarkan Mark.
"Galak banget sih lu semenjak ditikung si Renjun"
Jeno langsung menatap Mark tajam, maksudnya apa?
"Cewek lu yang namanya Sasa Sasa itu, dia udah jadian sama Renjun kan?" Tanya Mark seraya menyenderkan badannya.
"Dari awal dia juga bukan cewek gua, btw namanya Tasa, bukan Sasa"
"Kebiasaan, dulu gebetan lu gua ambil juga lu diem aja. Kenapa sih?" Tanya Mark serius.
Jeno menyunggingkan senyumnya.
"Gua berkoar-koar juga buat apa?"
"Lu terlalu banyak berkorban. Bisa gak sih mikirin diri lu sendiri dulu, baru mikirin orang lain?!" Tanya Mark jengkel.
"Gua udah dijemput" sela Jeno.
"Lu dijemput? Motor lu mana?"
"Tebak"
Jeno pun pergi menuju ke depan lobby sekolah, sebenarnya ia hanya melarikan diri dari pertanyaan mematikan Mark.
Memang ini bukan kali pertama Jeno seperti ini. Sebenarnya, dulu ia pernah menyukai seseorang, Lami, teman Mark sekaligus tetangganya. Mereka dipertemukan saat keduanya sama-sama main ke rumah Mark.
Ini juga menjadi alasan selama jenjang SMP, ia tak dekat dengan perempuan sekolahnya. Bahkan yang tau permasalahan ini hanyalah Mark.
Tapi, melepaskan Lami lebih mudah daripada melepaskan Tasa, yang jelas-jelas menjadi 'pendampingnya' selama kurang lebih 2 tahun lamanya.
Waktu berlalu begitu cepat, kini ia malah satu kelas dengan Lami.Ya, waktu sudah berlalu cepat. Lami dan Mark masih tetap bersama.
Kalau saat itu Jeno mengungkapkan segalanya, apakah ini semua tetap akan terjadi?
Tiba-tiba Renjun dan Tasa menghampiri Jeno yang secara tak sengaja melamunkan masa lalunya.
"Jen, Jeno?" Panggil Tasa sambil mencoba mengaburkan lamunan Jeno.
Tasa, salah satu makhluk munafik di perjalanan cerita ini—selain Jeno— mencoba biasa saja sejak diberi wejangan oleh Renjun.
"Eh, iya kenapa?" Tanya Jeno yang sudah bangun dari lamunannya.
"Mau ikut ke café gak? Kita mau belajar bareng buat ujian" ajak Renjun.
"Wah gak bisa, maaf" tolaknya tanpa pikir panjang.
"Loh kenapa?" Tanya Tasa.