Jeno menatap langit melalui kaca mobil. Ia diam termenung, memikirkan segala hal yang telah ia lakukan. Sebenarnya ia bingung apa harus terus melanjutkan hal ini atau kembali bersikap biasa saja seperti sebelumnya.
Tapi apa ada alasan untuk terus menghalangi hubungan mereka? apalagi keduanya mempunyai perasaan yang sama.
Jeno tahu diri, ia tak mungkin terus bersama Tasa. Terlebih seantero sekolah tau bahwa dirinya menyukai Tasa. Bukan, bukan karena ia menceritakannya ke semua orang. Tapi perlakuan Jeno terhadap Tasa lah yang seolah-olah memberitahu kepada orang-orang disekitarnya.
Bersikap seolah tak punya rasa adalah hal yang sulit bagi Jeno. Ia ingin Tasa tersenyum, ia ingin Tasa bahagia, ia ingin melindungi Tasa. Jeno terlalu banyak menaruh perhatian kepada sahabatnya itu.
Padahal mereka hanyalah sebatas sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Apalagi Jeno tau bahwa Tasa sudah menaruh rasa kepada orang lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat Jeno sejak SMP.
Itu sakit, tapi Jeno tak peduli. Renjun adalah alasan Tasa bisa tersenyum bahagia hingga pipinya memerah. Renjun adalah topik terpenting di obrolan antara Jeno dan Tasa.
Sekuat apapun Jeno berjuang, yang dapat membuat Tasa tersenyum, terlindungi, dan bahagia adalah Renjun.
Sekuat apapun Jeno berjuang, hati Tasa tetap untuk Renjun.
Ternyata lama-kelamaan Renjun juga menaruh rasa terhadap Tasa. Jadi, untuk apa Jeno berjuang lagi?
Lebih baik ia yang tersakiti daripada Tasa terus mendengar perkataan teman-temannya tentang perasaan Jeno, dan membuat Tasa merasa tak nyaman.
Jeno ingin Tasa membenci dirinya.
Ia menjaga jarak.., bukan, ia menjauh agar Tasa membenci dirinya.
Dan setidaknya ini adalah latihan untuk Tasa jika Jeno nanti benar-benar pergi.
"Jen, udah ngabarin Tasa?"
Ucapan Jaehyun yang berada di sampingnya itu membuat Jeno sadar dari lamunan panjangnya.
"Udah"
"Bagus deh. Terus sekarang kamu udah enakan kan? Udah minum obat?" Tanya Jaehyun
"Udah kok, santai aja bang"
"Huft.., gimana mau santai?" Jaehyun menghela nafasnya berat sambil tetap fokus menyetir.
"Abang harus ngomong apa Jen sama papa mama?" Tanya Jaehyun lirih. Terdapat rasa penyesalan dari ucapan yang ia lontarkan.
"Biar aku yang ngomong, ini kan udah jadi jalan yang aku pilih. Bang Jaehyun gak usah khawatir kali" Jeno sedikit terkekeh.
Jaehyun tiba-tiba mengambil sesuatu di sakunya
"Ini" Jaehyun menyodorkan selembar tisu.
"Buat?"
"Hidung kamu berdarah"
.
.
."Jadi Kak Taeyong mau ngomong apa?" Tanya Tasa yang sudah duduk di meja makan, sementara Taeyong hanya berdiri di hadapannya.
"Kamu berantem sama Jeno ya?" Tanya Taeyong yang membuat Tasa sedikit tersentak.
"Gak, biasa aja." Jawab Tasa tenang
"Biasa gimana? Kamu aja sama Renjun mulu sekarang. Kurang apa sih Jeno sampe kamu sia-siain gitu??!"
Taeyong mulai berbicara dengan nada emosi, kalau sudah begini mungkin perdebatan antara kakak dan adik itu akan semakin sengit.
"Hah? Apaan sih maksudnya?? Ohh jangan-jangan kakak juga mikir Jeno suka sama aku kayak orang-orang?!"
"Kamu tuh beda banget tau gak sih sama kakak. Bisa-bisanya gak peka separah ini?" Taeyong melipat kedua tangannya di depan dada sambil sedikit tertawa miris.
"Kenapa sih semua orang sok tau?! Aku yang lebih tau Jeno dan Jeno juga udah klarifikasi semuanya! Kenapa kalian masih sok tau gitu sih?!" Tasa bangkit dari duduknya, lalu langsung berjalan ke kamarnya.
"Aku gak bakal marah kalo kakak gak mancing kemarahan aku." Setelah mengucapkan hal itu, Tasa langsung membanting pintu kamar dan menguncinya.
"Kakak juga gak bakal ngomong gitu kalo kakak gak tau apa-apa"
Tbc