Juli, 2016
Hari pertama SMA"Dek bangun, ini hari pertama kamu sekolah"
Tasa langsung tersentak dan duduk, ia melihat jam dinding di kamarnya dan waktu sudah menunjukkan pukul 05.15, sebenarnya ia tidak akan terlambat karena ini termasuk pagi. Tetapi mengingat hari ini adalah hari pertama sekolah pasti jalanan akan macet entah di daerah ini ataupun di daerah orang tuanya tinggal.
Tasa dan Taeyong baru saja sampai pukul 03.00 pagi, jadi mereka agak kelelahan.
Tasa memutuskan melanjutkan SMAnya di daerah kakaknya kuliah, karena ia mau mencoba hidup jauh dari orang tuanya. Tapi sebenarnya Tasa khawatir tak dapat beradaptasi ataupun berteman di daerah ini. Tapi setelah kakaknya meyakinkannya, ia jadi cukup tenang walau sebenarnya Tasa tau bahwa perkataan Taeyong itu hanyalah sekedar 'menghasut' agar ia ada teman di rumah ini.
Selesai bersiap-siap, Tasa pun segera menghampiri Taeyong yang sudah berada di atas motor. Taeyong memilih naik motor agar lebih cepat sampai.
"Eh dek" panggil Taeyong tiba-tiba.
"Kenapa?" Tanya Tasa sambil menaiki motor dibantu dengan bahu Taeyong sebagai pegangannya.
"Emang MOS udah diilangin?"
Mata Tasa membelalak lebar, ia seperti melupakan sebuah tradisi yang wajib dilalui di 3 hari pertama sekolah.
"LAH IYA YA.."
"Kakak gak tau apa-apa loh ya" Taeyong menancapkan gasnya
"Yah gimana dong kak?? Apa aku bolos aja?" Tanya Tasa
"Ya jangan, udah hadepin aja. Lagian kan sabtu kemaren kita emang masih dirumah, ayah juga segala pesen tiket hari minggu. Kakak juga capek tau" Jawab Taeyong sambil sedikit mencurahkan hatinya. Ia juga sengaja langsung menancapkan motornya agar adik satu-satunya itu tak bolos.
"Iya iya.."
Sepanjang jalan para pelajar memakai atribut atribut aneh dengan seragam putih-biru. Tapi kini malah Tasa yang terkesan aneh karena tidak memakai atribut suruhan seniornya itu.
Mereka hampir sampai di sekolah Tasa, tapi ternyata malah macet dan membuat Tasa memilih turun lalu berjalan kaki sedikit. Ia pun berpamitan dengan Taeyong dan melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah.
Tiba-tiba langkahnya malah berganti menuju salah satu warung dekat sekolah. Ia pun berjalan cepat karena takut ada yang melihat. Sesampainya disana ia duduk di ujung kursi panjang karna bagian itu tertutupi tembok. Untungnya kursi panjang itu mampu menampungnya tanpa harus mengalami 'berat sebelah'.
Tasa duduk dan membeli roti karena dirinya memang belum sarapan. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan duduk di sisi ujung lain kursi. Laki-laki itu menggunakan seragam SMP dan Tasa yakin bahwa laki-laki itu seangkatan dengan Tasa. Lagi pula setau Tasa di daerah SMAnya itu tidak ada SMP.
"Bu, kopi satu ya" pesan laki-laki itu.
Tasa hanya menatap bingung orang itu, bel sudah berbunyi tapi laki-laki itu malah terlihat santai.
"Ohh paling dia kayak gua, dia juga gak pake atribut" Tasa bermonolog, tapi siapa sangka orang itu mendengarnya.
"Baru kenal udah nyama-nyamain" laki-laki itu menatap Tasa dingin dan membuat Tasa auto membeku.
"Eh.. i..iya, maap ya" Tasa tersenyum kikuk. Hell, ia baru beberapa jam tinggal di daerah ini. Tapi cobaan seakan akan terus berdatangan. Kali ini ia malah mendapat tatapan sinis sekaligus dingin dari anak seangkatannya.
Satu jam telah berlalu, dan Tasa sudah melakukan segalanya seperti makan, minum, main hp, dan lain-lain. Terekecuali mengajak bicara laki-laki itu.
Padahal kesempatan untuk mencari teman ada, tetapi Tasa tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik.
Setelah berpikir panjang, Tasa pun akhirnya memilih mengajak bicara laki-laki itu ketimbang harus mati kebosanan dan menjadi anak ansos.
"Ke..kelas?" Tanya Tasa gugup
"Gelas?" Tanya laki-laki itu singkat. Tasa yang mendengarnya pun hanya diam
Sial, mukanya dingin tapi kupingnya budek.
"Dia nanya kelas atuh mas bukan gelas" celetuk ibu ibu warung yang sedang duduk di dalam sambil memainkan hpnya. Lagi pula ibu warung ini bukannya menyuruh mereka sekolah, tapi malah membiarkan mereka bolos dan jajan ditempatnya.
"Hehehe maaf bu, gak fokus" Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kelas 10, sama kayak lu" jawab laki-laki itu. Sementara Tasa hanya ber-oh ria, dia bingung harus bagaimana. Kemampuan basa-basinya mendadak lemah dan juga laki-laki itu 'terlalu peka' sampai tau dirinya kelas berapa. Padahal kalo ia bertanya balik, ini akan menjadi percakapan yang baik.
"Btw lu aneh tau gak" kata laki-laki itu sambil menyeruput kopinya yang sedari tadi tidak habis-habis.
"Maksudnya?" Tanya Tasa bingung.
"Orang mah nanya nama dulu" jawabnya sambil tersenyum miring.
Tasa sedikit terkejut, ada benarnya juga yang dikatakan 'teman sebangku'nya di warung itu.
"Hehehe, nama lu siapa?" Tanya Tasa to the point
"Jeno, lu?"
"Tasa"
Setelah obrolan singkat itu, mereka langsung balik ke aktivitasnya masing-masing.
Mencari topik adalah hal tersulit yang pernah ada.
Tapi untungnya kemampuan basa-basi Tasa sedikit meningkat, sehingga terlintaslah sebuah pertanyaan untuk mencairkan suasana di warung.
"Oh iya, kok lu gak masuk sekolah sih? Gak bawa atribut MOS?" Tanya Tasa
"Bawa, ini ada di tas"
"Loh, terus lu ngapain sampe cabut ke warung gini?"
Belum sempat Jeno menjawab, seseorang datang dan menghancurkan rencana Tasa yang ingin nongkrong di warung sampai jam pulang sekolah.
"Eitss, hari pertama MOS udah berani cabut ya?" Ucap kakak beralmeter osis yang secara tiba-tiba datang ke warung.
Tbc
Maap ya kalo bahasanya kurang asik, diusahain yang selanjutnya bisa lebih asik kok :((
Asikin aja dulu, masa sedih mulu, masa kesel mulu :)
Oiya, sekarang diriku ini agak susah buat satu minggu setidaknya satu kali update hehe, tolong dimaklumin ya.. :'*