"Jen jangan ambil chiki gua!!!" Tasa berlari mengejar Jeno yang dengan songongnya mengambil chiki yang baru Tasa beli tadi.
"Kejar lah kalo mau hahaha" ledek Jeno sambil tetap berlari. Sampai akhirnya Tasa malah menabrak seseorang dan jatuh.
BRUKKK
"Aduh.. eh maaf ya" Tasa meminta maaf sambil segera berdiri dibantu dengan orang yang ia tabrak tadi.
"Iya, lu gak papa kan?" tanya orang tersebut. Sementara Jeno juga segera menghampiri Tasa.
"Sa, gak papa?" tanya Jeno.
"Tau ah, ini kan gara-gara lu juga Jen" Tasa mengusap-usap lengannya yang sedikit kotor karena terkena lantai koridor sekolah.
"Hayolo Jen.., anak orang di bikin jatoh. Diajak lari-larian sih" ledek seseorang yang tadi Tasa tabrak.
"Yee ikut-ikut aja lu Jun, btw maaf ya lu sampe ketabrak tadi sama Tasa" ucap Jeno. Setidaknya ia sadar bahwa penyebab semua ini memang dari ulah isengnya.
"Dia temen lu Jen??" tanya Tasa.
"Bukan, sahabat gua dia hehe. Kenalin Sa, dia Renjun anak sepuluh ipa tiga" Jeno langsung menyenggol bahu Renjun, memberi kode kepada Renjun untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
"Halo, gua Renjun" Laki-laki yang bernama Renjun itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Tasa, temen sekelasnya Jeno" Tasa menjabat tangan Renjun dan ia ikut tersenyum.
Entah mengapa bagi Tasa ada yang berbeda dari Renjun. Ia tak tau, hanya saja senyum Renjun saat itu membuatnya merasa senang. Bukan, menurutnya ini bukanlah cinta pandang pertama. Toh ia mulai menyukai Renjun ketika mereka bertiga memutuskan untuk bersahabat. Pertemanan mereka sangat singkat, tapi juga sangat berarti.
###
Dua bulan setelahnya
"Udah selesai urusannya? gua ada kerja kelompok, bareng Renjun aja ya? Dia masih di sekolah nih katanya" ucap Jeno dari seberang telepon.
"Walaupun dia sekarang udah jadi sahabat gua, tetep aja gua gak biasa Jen kalo pulang sama dia. Atau gua naik ojek aja deh, gimana?" Tasa menjelaskan dengan tujuan menolak. Tapi bukan Jeno namanya jika ia malah membiarkan Tasa pulang sendirian.
"Yaudah gua ke sekolah dulu buat jemput lu, abis itu gua anter pulang ya?"
"Dari rumah temen lu ke sekolah kan jauh.. gak usah ya, gua naik ojek aja"
"Renjun lagi otw nyamperin lu. udah ya pokoknya lu harus pulang bareng dia, bye."
Skakmat, Tasa tidak pernah berhasil menolak apapun yang dikatakan Jeno. Akhirnya Tasa pun menunggu Renjun datang. Seperti yang sudah dikatakan tadi, pertemanan mereka sangat singkat. Sikap Tasa kepada Renjun belum bisa sesantai jika Tasa bersikap kepada Jeno. Sepertinya Tasa dan Renjun belum bersahabat sepenuhnya bahkan ketika mereka berdua sudah saling menganggap hal itu satu sama lain.
"Eh maaf ya, lu udah nunggu lama?" Tasa agak kaget ketika Renjun datang dan menanyakan hal itu, maklum, lagi melamun.
"Gak kok, yaudah yuk" ajak Tasa, dan kebetulan awan sudah mulai kelabu menandakan akan datang hujan. Jadi mereka sedikit mempercepat langkah mereka. Dan tetap saja, di perjalanan mereka harus menepi di mini market karena hujan turun dan tak kunjung berhenti. Dan cerita ini adalah permulaannya.
"Sa, ngopi gak?" tanya Renjun sambil mengambil cup kertas yang disediakan untuk menyeduh minuman.
"Iyalah, yakali gak ngopi" jawabnya santai.