Tasa sama si Jeno digiring sama kakak kelasnya itu masuk ke dalam sekolah, suasana sekolah lagi sepi gara gara pada di dalem kelas. Cuman guru atau beberapa kakak beralmeter yang lalu lalang.
"Lepas tasnya, diri disitu" kata si kakak sambil menunjuk ke tengah lapangan
Tasa sama Jeno nurut aja, apalagi abis dia ngomong gitu ada kakak osis badannya tinggi dan berkulit tan dateng.
Mereka berdua jalan di belakang Jeno dan Tasa, lalu pas Jeno dan Tasa berhenti, mereka juga ikut berhenti.
"Mark, mereka kenapa?" Tanya si kakak tinggi
"Cabut Cas, gua mau beli teh sisri buat anak osis eh malah ketemu mereka"
Sementara si kakak bernama Lucas itu cuman ber-oh ria
"Urus ya, gua mau lanjut beli teh sisri" kemudian Mark pergi, dan Lucas yang awalnya di belakang mulai jalan ke depan, bau-baunya mau ceramahin Tasa dan Jeno si anak cabutan.
"Saya Lucas, ketua osis disini" katanya tegas
Tasa sedikit tersentak, sementara Jeno cuma menyunggingkan senyumnya.
"Kalian kami hukum berdiri disini sampe bel istirahat pertama. Gak lama kok, 40 menit lagi. Hukuman ini bukan semata-mata senioritas. Kalian harus sadar kesalahan kalian fatal, gak pake atribut gini mah kecil hukumannya. Udah SMA ya jangan mental tempe, berani berbuat ya berani bertanggung jawab!" Jelasnya sambil menunjuk baju Tasa dan Jeno yang kosong melompong tanpa atribut apapun.
Jeno malah diem aja, padahal dia bawa atribut di tasnya.
"Saya tinggal ya, semangat" Lucas tersenyum lalu pergi
Tasa sebenernya males buat jalanin hukuman ini, walaupun matahari emang lagi gak terik. Adem malahan.
Cuman kata-kata Lucas bener, dan Tasa merasa Lucas itu pantes jadi ketua osis walaupun bentukannya begitu, agak aur-auran.
"Keren ya dia?" Tanya Jeno tiba-tiba sambil menunjuk badan Lucas yang sudah berjalan menjauhi mereka.
"Iya lumayan" jawab Tasa
"Aslinya dia bobrok tau, tapi tegas gitu sekarang. Di SMP dulu gak gitu"
"Ohh"
Iya, Tasa tau responnya jelek.
Tapi untungnya Jeno gak jelek
Eh.. sikap Jeno lebih tepatnya.
"Padahal gua kira si Mark yang bakal jadi ketos, ternyata Lucas ya. Hebat juga dia" tambah Jeno
"Kalian temenan, apa gimana? Santai banget" tanya Tasa. Ya, akhirnya kemampuan basa-basinya balik lagi.
"Iya dulu smp" jawabnya sambil tersenyum.
"Btw kok lu gak ngasih tau mereka sih kalo bawa atribut MOS?" Tanya Tasa lagi, dia jadi kepo
"Gapapa, mau nemenin lu aja"
Tasa tersenyum, ia merasa sepertinya Jeno akan menjadi teman pertamanya.
Bel istirahat pun berbunyi, akhirnya mereka pun kembali ke kelasnya. Tapi sebelum itu, Jeno menemani Tasa melihat daftar nama kelas.
Iya, selama 40 menit itu mereka banyak ngobrol-ngobrol. Walau masih agak canggung tapi menurut Tasa, Jeno itu asik dan dia ramah banget.
Dan siapa sangka, mereka ternyata sekelas.
Dan siapa sangka pula mereka akhirnya duduk sebangku. Ini juga faktor terpaksa karena cuman mereka yang telat masuk.
#●#
Seiring berjalannya waktu, Jeno dan Tasa tau bahwa kakak mereka itu berteman. Mereka pun semakin dekat terlebih faktor dari pertemanan kakak mereka.
Sampai suatu hari Tasa dipertemukan dengan sahabat Jeno, teman dekat seangkatannya semasa SMP-nya.
"Halo, gua Renjun"
Laki-laki itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/147256446-288-k500158.jpg)