tujuh.

156 15 13
                                    

Tasa berjalan memasuki kelasnya, kalau dilihat-lihat sepertinya ia yang pertama datang di kelas. Cuaca pagi ini mendung sehingga menambah kesejukan yang bagi Tasa cukup menenangkan.

Tasa sedang stress. Entahlah, ia selalu memikirkan Jeno.

Saat dirinya berjalan menuju bangku duduknya, matanya pun langsung tertuju pada sekotak tempat bekal di atas mejanya dengan sticky note yang menempel di tutupnya.

"Semangat dong, jangan murung trs!"

Tasa hafal betul siapa pemilik tulisan tersebut. Senyumnya merekah seketika, dan semangatnya kembali ada.

Ia tak tau bahwa Jeno akan memberikan kejutan seperti itu. Terlebih dengan sikapnya yang seperti menjauh akhir-akhir ini. Tasa jadi yakin jika Jeno hanya bercanda tentang jaga jarak dan lain sebagainya.

"Tasa" pundak Tasa ditepuk oleh seseorang yang membuatnya otomatis memutar badan.

Kini dirinya dan Jeno pun berhadap-hadapan.

Mata mereka saling menatap, Jeno hanya diam sebelum Tasa membuka mulut.

"Jenoo, gua kangenn" Tasa langsung memeluk Jeno yang diam tak bergeming. Jangan heran, persahabatan mereka memang sudah sesantai itu.

Tangan Jeno tak membalas pelukan Tasa.

"Jeno jangan musuhan lagi dong kita, gua gak mau kemusuhan" Tasa sedikit tertawa dengan kata kemusuhan yang ia ucapkan itu. Tasa rindu bercanda dengan Jeno.

"Sa, maaf ya" Jeno pun akhirnya bicara. Lalu Tasa mengembalikan posisi tubuhnya seperti semula dan menatap Jeno kembali.

"Gak usah minta maaf kali, lu emang salah apa? Perasaan gak salah apa-apa" ucap Tasa

"Gua udah gak bisa ngejaga lu lagi, gua udah gak bakal terus di samping lu. Gua minta maaf ya" jawabnya. Mata Tasa kini bergelinang air mata, hanya tinggal menunggu waktu untuk tumpah.

"Gak usah bercanda Jen, apaan sih. Kenapa juga coba.. selama ini kan kita baik-baik aja"

"Gua gak sekuat yang lu bayangin, gua minta maaf ya. Gua pamit" Jeno pun pergi, namun tangannya ditahan oleh Tasa.

"Gua gak mau, bodoamat gua gak mau. Gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba gini, lu gak mikirin gua apa? Gua kira dengan lu ngasih bekal ini kita bakalan baikan" Tasa menunjukkan bekal itu dengan sticky note yang masih menempel di tempat semula.

"Itu bukan dari gua" ucap Jeno pelan

"Jenoo, gua gak mauu" tangan Tasa menggenggam keras tangan Jeno. Ingin rasanya Jeno menggengam balik tangan lentik itu, tapi apa daya, keputusannya sudah bulat.

Jeno tersenyum sampai matanya ikut tersenyum, perlahan tangan Tasa ia coba lepaskan. Lalu ia pun mengacak-ngacak rambut perempuan di hadapannya.

"Sa, lu bisa kok tanpa gua"

Ia pun pergi meninggalkan Tasa dengan sejuta tanda tanya.

Kaki Tasa lemas, air mata terus ia tahan. Rasanya bekal di tangannya itu tak mau ia sentuh, tak mau ia makan.

Disaat itu juga tiba-tiba Renjun datang menghampirinya.

"Tasaaa" panggilnya sambil berlari kecil.

"Renjun?"

"Nanti makan bekalnya sama gua ya di kantin. Cobain deh enak atau gak nasi gorengnya" ucap Renjun sambil menunjuk kotak bekal yang masih Tasa pegang.

"Ohh ini dari lu?" Tasa menundukkan kepalanya.

"Iya, tapi maaf ya itu notenya Jeno yang nulisin. Tulisan gua terlalu bagus hahaha" Renjun mengelus pelan kepala Tasa yang membuatnya tak bisa lagi menahan air mata. Rasanya ia ingin mencurahkan segalanya ke Renjun.

TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang