Hasil pemeriksaan itu sudah keluar! Dengan hati ber-debar, Eri mendengarkan setiap patah kata yang keluar dari ponsel yang ia pinjam dari salah seorang mahasiswa kedok-teran gigi yang berkenalan dengannya di dalam ruang seminar.
"Bisa Anda datang kemari? Dokter ingin berbicara dengan Anda mengenai hasilnya."
"Apa...apa tidak bisa diberitahukan sekarang? Saya...saya rasa sekarang saya belum bisa pergi ke sana." jantung Eri berdebar kencang. Ia ingin tahu apa hasil pemeriksaannya sekarang. Apa pun itu ia siap mendengarnya. Beberapa hari ini ia tidak bisa tidur tenang. Sekeras apa pun ia mencoba mengalihkan perhatiannya, ia selalu teringat dengan ma-salahnya. Masalah ini seperti magnet yang menarik otaknya untuk mendekat–untuk selalu memikirkannya.
"Maaf, Nona...Anda harus datang. Dokter yang akan memberitahu Anda."
"Saya tidak bisa pergi sekarang!" Eri menaikkan nada suaranya. Ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk marah, tapi entah kenapa ia ingin melakukannya. Debaran jantung-nya semakin menggila. Ia mulai menyadari perasaannya. Ia takut. Terlalu takut untuk mengetahui hasil pemeriksaan-nya. "Katakan saja hasilnya, oke?"
"Maaf, Nona. Kalau Anda tidak bisa sekarang, Dokter Ahn akan..."
"Eri? Sudah selesai?" sebuah suara menegur Eri.
Berjingkat, Eri langsung menutup flip ponsel yang ia pinjam. Ia tidak mau salah satu dosennya mendengar pem-bicaraan mereka, walau Eri yakin para gurunya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang ia ucapkan. Tapi ia tidak mau ambil risiko. Itulah sebabnya ia tadi menjauh dari ruangan tempat sebuah seminar yang membahas micro-implant berlangsung.
"Ah...iya, dok," jawab Eri lantas bergegas mengikuti dokternya masuk ke ruang seminar.
Tuhan...please...negatif... Eri berdoa dalam hati.
****
Hai teman-teman, maaf telat update sehari!
Anyway, besok sudah mulai masuk bulan puasa. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Mohon maaf kalau saya ada salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Thank you!
Besok akan saya update satu sub-bab lagi :)
YOU ARE READING
Marrying AIDS
Romance"Dokter Eri, Ji-Hwan bukan memandang remeh Anda. Teman saya ini hanya tidak mau disentuh oleh siapa pun. Bahkan, kalau ada wanita yang menyentuhnya, terutama di bagian wajah akan dinikahinya," Eri Andriana mendengus geli mendengar penjelasan itu. U...