(+Extended Part) : Pelukan Istimewa

71 3 0
                                    

Hari ini adalah hari lombanya. Kami akan berlomba di XXXXX. Bukan. Bukan di tempat kami liburan dulu. Itu beda lagi.

Guru:Semuanya sudah berkumpul?.
Semua:Sudah.
Guru:Kalau begitu, kita berangkat sekarang.

Perjalanan tidak begitu jauh. Hanya sekitar kurang dari sejam. Saat kami sampai, tempat itu sudah ramai dengan peserta lain. Mungkin mereka semua sudah pernah latihan napas buatan.

Zura:(Memerah)
Shina:(Melihat)Zura, kamu kenapa?. Kamu gugup?.
Tiani:(Memegang pundak Zura)Zura sedang memikirkan yang tidak-tidak, tuh.
Zura:Tiani!...
Shina:Memikirkan apa?.
Zura:Itu...
Shina:Apa?!.

Guru:Semuanya, mari berkumpul!.
Semua:(Berkumpul)
Guru:Kalian semua harus lakukan yang terbaik. Jangan lupakan latihan yang sudah dilakukan kemarin!. Pastikan kita akan menang. Apa semua sudah siap?.
Semua:Siap.
Guru:Sekarang, kita tunggu giliran kita.

Oh, ya. Lombanya ada berbagai macam kategori. Ada parade gerakan, ada reaksi cepat, ada tantangan dan rintangan, dan lain-lain. Aku sendiri masuk ke bagian reaksi cepat bersama Tiani dan Shina. Sebenarnya, ada 2 tim, sih. Namun, timku yang paling diharapkan untuk menang. Aku benar-benar gugup.

Sambil menunggu, banyak yang melihat peserta lain yang sedang berlomba. Ada juga yang duduk main HP. Ada pula yang mengobrol di bawah pohon. Aku sendiri, berjalan-jalan di sekitar tempat ini.

Aku rasa, di sini sama luasnya dengan di sekolah. Banyak ruangan yang kosong, karena memang ini hari libur. Ini mengingatkanku saat latihan sendiri sama Aelyana. Aku mulai berani menyentuh hidungnya dengan hidungku.

Uuuhhh... Aku berpikiran yang tidak-tidak lagi. Aku juga tidak tahu kenapa. Biasanya tidak sesering ini. Itu, hal yang normal, kan?.

Kantin di sini sedang ramai. Aku melanjutkan jalan-jalanku lagi. Aku menemukan ruangan gelap yang pintunya terbuka. Dan saat aku dekati...

Tiani:(Menepuk pundak Zura)Dor!!!.
Zura:(Terkejut)
Tiani:Sedang apa kamu di sini?.
Zura:Tiani?!. Bagaimana kamu bisa di sini?.
Tiani:Aku mengikutimu. Kalau kamu?.
Zura:Aku sedang jalan-jalan...
Tiani:...
Zura:Kenapa kamu mengikutiku?.
Tiani:Aku cuma memastikan kamu tidak tersesat, Zur.
Zura:Kamu tahu tempat-tempat di sini?.
Tiani:Tidak juga. Aku juga baru pertama kalinya ke sini.

Kemudian, kami berdua menatap ke ruangan yang gelap yang berada di depan kami. Ruangan itu kelihatannya kecil dengan pintu yang setengah tertutup. Tidak ada kaca ataupun jendela. Aku tidak bisa melihat apa yang ada di dalam sana.

Tiani:Kamu mau masuk ke sana?.
Zura:"Dia membaca pikiranku, ya?!.".
Tiani:Kalau aku mau. Kamu?.
Zura:Aku juga mau.

Tiani mengajakku masuk ke ruangan itu. Di sini sangat kotor. Banyak debu dimana-mana. Banyak barang juga dimana-mana.

Tiani:Sepertinya ini gudang.
Zura:Kamu benar.

Aku melihat sekitar dan berkeliling. Di sini sangat gelap. Aku beberapa kali tersandung barang-barang. Di sini juga sangat sepi dan dingin.

Lalu, aku dan Tiani kembali ke tengah ruangan yang sedikit kosong.

Zura:Di sini banyak barang yang tidak terpakai.
Tiani:Ya.
Zura:Seperti di sekolah. Kalau di sana gu...

Tiba-tiba, Tiani memelukku, menyandarkan kepalanya ke bahu kananku. Pelukannya semakin erat. Dia memelukku di ruang yang sunyi, sepi, gelap, dan dingin seperti ini. Aku tidak tahu mengapa, tapi rasanya ada yang salah.

Zura:Kenapa kamu memelukku?. Apa ada sesuatu?.
Tiani:Tidak ada. (Mengeratkan pelukan)
Zura:...
Tiani:Hanya ini kesempatanku memelukmu. Selama ini kamu jauh terus dariku.
Zura:Maksud kamu?.
Tiani:...Tidak ada.
Zura:"Apa maksud Tiani?.".

Tiani mengeratkan kembali pelukannya yang kusambut dengan eratnya pelukku padanya. Kami berpelukan di ruangan ini, sendiri. Pelukan yang terasa hangat. Entah aku merasa, pelukan ini bukan sekedar pertemanan.

Beberapa lama saling memeluk, Tiani melepas pelukannya padaku. Dia tersenyum, tapi tidak manis. Bukan senyum keceriaan yang tergambar di wajahnya. Senyum yang menyimpan sesuatu di dalamnya.

Zura:Sudah selesai?.
Tiani:Um. Makasih, ya, Zur?!.
Zura:Untuk apa?
Tiani:Memperbolehkanku memelukmu.
Zura:Ah, Tiani. Kamu kan kapan saja boleh memelukku.
Tiani:Bukan seperti itu.
Zura:Lalu???.
Illyani:(Melihat)
Zura:(Melihat Illyani)
Tiani:(Melihat Illyani)Illyani!!!?. (Menghampiri)
Illyani:Ada apa?.
Tiani:Kamu salah paham!.
Illyani:Aku tidak akan bilang siapapun.
Tiani:...
Illyani:Tadi Shina mencari kalian berdua. Dia bilang sedikit lagi giliran kita.
Tiani:Ooo...
Zura:Berarti, kita harus ke sana.
Illyani:Ya.
Semua:(Pergi)

Tiani:Ingat, ya?!. Apapun yang kamu pikirkan tentang yang tadi, itu tidak benar.
Illyani:Baiklah. Aku mengerti.
Tiani:Kamu tidak mengerti!.

Kami bertiga pergi ke tempat kumpul tadi. Di sana Shina sudah menunggu dengan tidak sabarnya.

Shina:Kalian kemana aja, sih?. Sebentar lagi kan giliran kita.
Zura:Maaf, ya, Shina?!.
Shina:...
Zura:Kamu tidak marah, kan?.
Shina:Tidak. Untuk apa aku marah?.
Guru:Semuanya, mari ke sini sebentar!.

Kami semua berkumpul mendengar sahutan tersebut. Guru kami memberi pengarahan untuk lomba itu. Dia mengingatkan agar kami melakukannya sesuai latihan. Aku yakin kita akan berhasil.

---

Aelyana:(Melihat latar belakang HP)Kira-kira Zura sedang apa, ya?.

---

Lombanya sudah selesai. Kami semua sudah melakukan yang terbaik. Satu kelompok dengan Shina juga tidak apa-apa sekarang. Saatnya kembali.

An Interest To Be Your Girlfriend 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang