Suka

53 3 0
                                    

Aelyana:(Datang)
Zura:Selamat pagi, Lyana.
Aelyana:... (Pergi)

Lyana tidak mau bicara padaku dari tadi. Kalau ada kesempatan, dia selalu menghindar. Aku rasa dia mendengar obrolanku dengan Tiani kemarin. Apa dia marah padaku?.

Zura:...Jadi begitu, Tia.
Tiani:Jadi kamu bertengkar dengan Aelyana gara-gara yang kemarin?.
Zura:Ya.
Tiani:Kamu peduli sama Aelyana sekarang?.
Zura:Eh?.
Tiani:Kamu sedikit berubah, Zur.
Zura:Apa maksudnya?.
Tiani:Ya... Semenjak kita pergi ke XXXXX, kamu lebih dekat sama Aelyana. Sebelumnya, kamu bahkan seperti tidak kenal dia.
Zura:Ya, itu kan beda, Tia.
Tiani:<Pelan>Aku cemburu...
Zura:???...
Tiani:Tidak, tidak. Menurutmu, kenapa dia marah padamu?.
Zura:Kan aku sudah bilang tadi.
Tiani:Aku tahu. Kalau dia memang mendengarnya, kenapa dia harus marah?.
Zura:Itu karena...

Aelyana:Tapi kamu harus dengar baik-baik, ya?!. Aku tidak akan mengulanginya lagi.

Zura:Itu...
Tiani:???...
Shina:(Datang)Kalian berdua saja. Sedang apa?.
Zura:(Memerah)
Tiani:Tidak ada.
Shina:Oh, ya. Zura.
Zura:Ada apa?.
Shina:Maaf, ya, soal yang waktu itu?!. Aku tidak bermaksud memarahimu seperti itu.
Zura:Ya. Tidak apa-apa, kok. Aku...
Shina:Gara-gara aku, kamu jadi tidak ikut latihan dan latihan sendiri di kelas kosong.
Zura:(Memerah)Ka, kamu melihatku, ya?!.
Shina:Um... Soal itu...
Tiani:Oh, ya, Zur. Latihan napas buatannya dibatalkan. Katanya tidak usah.
Zura:...
Tiani:Zura?.
Zura:(Pergi)
Shina:Hei, kamu mau kemana?. (Pergi)
Tiani:(Pergi)

Illyani:(Berjalan)
Zura:(Melewati Illyani)
Illyani:???.
Shina:(Datang kelelahan)Larinya cepat juga.
Tiani:(Datang kelelahan)Ya.
Illyani:Zura mau kemana?. Padahal, kan ekskulnya mau dimulai.
Shina:Tidak tahu.

Tubuhku bergerak sendiri ke suatu tempat. Tempat dimana kenangan itu hampir dibuat. Aku yakin Aelyana ada di sana sekarang. Aku tidak punya buktinya, tapi aku yakin sekali dia di sana.

Saat sampai di depan pintu, tidak ada siapapun di sana, kecuali seseorang yang berdiri di tengah ruangan, menatap ke atas sambil memakai earphone. Tasnya tergeletak tepat di dekat kakinya. Aku mulai masuk perlahan, tapi dia menyadarinya. Dia mengambil tasnya dan menghampiriku.

Zura:Aelyana, aku ingin bicara denganmu.
Aelyana:(Berjalan)
Zura:('Menangkap' Aelyana)Tolong dengarkan dulu!.
Aelyana:Ada apa?.
Zura:Aku tahu kamu mendengarku dan Tiani kemarin.
Aelyana:...
Zura:Itu kan yang membuatmu marah?.
Aelyana:Aku tidak marah, kok. Aku cuma..., cuma...
Zura:Cemburu?.
Aelyana:(Memerah)Um.
Zura:...
Aelyana:...
Zura:...

Aelyana:Zura...
Zura:Ya?.
Aelyana:Kenapa kamu ke sini?. Bukannya sekarang kamu ekskul?.
Zura:Aku... Kamu sendiri, kenapa?.
Aelyana:Aku tidak tahu. Aku merasa ingin ke sini saja.
Zura:Aku juga.
Aelyana:Saat kamu latihan sendiri di sini, sebenarnya aku sedang sibuk waktu itu.
Zura:Begitu, ya?!...
Aelyana:Ya. Aku jadi mengerjakan PRnya malam hari.
Zura:...

Aelyana:Waktu itu, latihannya belum selesai, kan?.
Zura:Yang mana?.
Aelyana:Napas buatan.
Zura:Latihan yang itu diba...
Aelyana:Mau melakukannya sekarang?.

A, aku jadi tidak bisa bilang kalau latihan itu dibatalkan. Dia sudah membaringkan tubuhnya di lantai. Menutup mata, dan menyesuaikan bibirnya. Ini sih bukan latihan napas buatan sepertinya.

Kemudian, aku duduk, mulai mendekati Aelyana. Aku gugup. Meski tidak ada orang di sini, tetap saja aku tidak berani langsung melakukannya. Wajahku mulai mendekat, menempelkan hidungku dengan hidungnya. Lalu, ...

Illyani:(Berjalan melihat)Zura, kamu dimana?.
Zura:Ada orang.
Aelyana:(Membuka mata)

Hidung kami yang sudah saling menyentuh akhirnya terpisah saat aku mengangkat Lyana bangun. Tangan kami saling menyatu saat duduk berhadapan. Suasana menjadi hening sejenak. Aku merasakan seperti ada sesuatu yang kembali, sesuatu yang membuat diriku nyaman.

Illyani:(Datang)Zura, rupanya kamu di sini.
Zura:Illyani?!.
Illyani:(Menghampiri)Shina dan Tiani sedang mencarimu. Hari ini kita ada latihan terakhir untuk lomba. Kamu lupa, ya?!.
Zura:Tidak. Tidak, kok.
Illyani:Oh, ya. Kata Tiani, latihan napas buatannya dibatalkan.
Zura:Ooo... Eh?!...
Illyani:Kamu belum tahu?.
Zura:Belum.
Illyani:Ayo kita latihan!. Teman-teman yang lain sudah menunggu. (Menggandeng Zura)
Zura:Lyana, aku latihan dulu, ya?!.
Aelyana:Kalau begitu, aku pulang, ya?!.
Zura:Ya. (Pergi)
Illyani:(Pergi)
Aelyana:(Memerah)"Hidungku, bersentuhan dengan hidungnya Zura.".

Illyani:Zura?.
Zura:Ya?.
Illyani:Kamu suka sama Aelyana, ya?!.
Zura:(Memerah)Apa, apa maksudnya suka?.
Illyani:Ya... Suka aja. Sama kayak aku suka kamu, aku suka Tiani, aku suka Shina, aku suka semuanya.
Zura:...
Illyani:Kalau kamu, bagaimana, Zur?.
Zura:Aku...

Aku belum bisa menjawab perasaan yang Aelyana berikan padaku. Tapi sedikit demi sedikit, aku mulai mengetahui jawabannya. Aku suka padamu, Lyana.

---

Zura:Oh, ya. Illya, latihan napas buatannya dibatalkan, ya?!.
Illyani:Ya.
Zura:Apa kamu pernah latihan napas buatan, Illya?.
Illyani:Pernah.
Zura:(Memerah)Sama siapa?. Kapan?. Dimana?.
Illyani:Sama XXXXX, waktu dulu, di sekolah.
Zura:(Memerah)Bukan sama Tiani, kan?.
Illyani:Bukan. Aku belum melakukannya sama TIani.
Zura:Belum?!!!.
Illyani:Memangnya, kalau aku melakukannya sama Tiani, kenapa?.
Zura:Tidak kenapa-napa, sih.
Illyani:Itu juga aku melakukannya waktu aku kecil. Orangnya juga tidak ada di sini.

Aku mulai membayangkan yang tidak-tidak. Bayangan itu pecah saat kami sampai di tempat latihan.

Shina:Kamu kemana saja?. Kenapa tiba-tiba lari?.
Zura:Aku... Pergi ke kamar mandi.
Illyani:Tapi, ...
Zura:(Menempelkan telunjuk di mulut)Sssttt...
Tiani:Kamu mencoba menyimpan rahasia dariku, ya?!.
Zura:Tidak, kok. Tidak.
Shina:Sudahlah. Ayo kita siapkan barang-barangnya. Gurunya sudah menunggu di lapangan.
Illyani:<Bersamaan>Ya.
Zura:<Bersamaan>Ya.

Kami berempat menyiapkan barang-barang dan membawanya ke lapangan. Semuanya sudah menunggu kami. Setelah itu, kami semua latihan. Karena ini latihan terakhir buat lomba, aku harus semangat latihan.

Berkat Aelyana, aku bisa baikan lagi dengan Shina. Meskipun ga membantu secara langsung, sih. Tetapi, dia telah membuatku percaya diri dan memberiku 'rasa tenang'. Aku juga tidak tahu apa itu. Suatu saat, aku mungkin mengetahui apa itu sebenarnya.

---

Zura:(Berjalan)Ternyata, Shina juga bisa lucu kalau marah, ya?!.
Tiani:(Berjalan)Benar, kan?. Kamu saja yang terlalu kepikiran.
Zura:Tidak juga. Aku hanya belum tahu itu.
Tiani:Buktinya, kamu sampai latihan sendiri di kelas kata Shina.
Zura:Itu...
Tiani:(Memeluk pundak Zura)Ah, Zura. Kamu begitu lagi.
Zura:(Mendorong tangan Tiani)Tiani, hentikan...!.
Tiani:"Aku harap, Zura tidak mendengar perkataanku yang tadi.".

Niza:(Melihat)Dia tampak ceria lagi.
Shina:(Melihat)Ya.
Niza:...
Shina:Aku mau tanya. Kenapa kamu bisa melihat Zura latihan sendiri di kelas kosong sama seseorang?.
Niza:Saat itu, aku kembali ke kelas untuk mengambil barangku yang tertinggal.
Shina:...
Niza:Karena sekolah sepi, aku melihat-lihat kelas yang lain. Aku tidak sengaja melihat mereka dari jauh.
Shina:Kelas lain?. Kelas siapa?.
Niza:Kelas orang lain.
Shina:Hmpf.
Niza:Bercanda.
Shina:Kamu ini.
Niza:Berarti, kamu sudah minta maaf padanya, kan?.
Shina:Sudah. Dia langsung kembali seperti biasa.
Niza:(Mengusap kepala Shina)Kamu memang teman yang baik, Shina.
Shina:Kalau bukan karenamu, aku juga tidak mau.
Niza:Ya, ya. (Mengusap kepala Shina)
Shina:(Tersenyum)
Niza:(Mengusap kepala Shina)
Shina:"<Senang>.".

Niza:Ayo kita pulang!. Nanti hari keburu gelap.
Shina:Ya.
Niza:(Pergi)
Shina:(Pergi)

An Interest To Be Your Girlfriend 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang