Twenty Five

2.1K 229 57
                                    

Kurang lebih sekitar setengah jam waktu yang mereka tempuh untuk mencapai rumah Hoshi. Untuk sampai ke rumahnya, memang harus melewati jalan kompleks yang cukup jauh dari jalan utama. Dan hal itu tentunya membuat orang yang tak terbiasa berjalan kaki merasa  jengkel. Seungkwan contohnya.

Sedari tadi Seungkwan terus menanyakan seberapa jauh lagi jalan yang perlu di tempuh, tapi karena terlalu seringnya Seungkwan bertanya. Hal itu malah membuat teman-temannya menjadi risih, lalu memilih untuk tidak menggubris dirinya sama sekali.

Ingin rasanya Seungkwan meluapkan kekesalannya, dan memaki mereka yang tadi tidak setuju dengan pendapatnya untuk menaiki taxi. Tapi semua niatan itu ia urungkan, mengingat adanya kehadiran Woozi bersama mereka. Dengan kata lain, Seungkwan sangat takut pada Woozi.

Setelah melewati beberapa blok, akhirnya mereka sampai di kediaman Kwon. Segeralah Mingyu menekan tombol bel yang terpajang di depan rumah berwarna coklat tua itu. Dan tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya membuka pintu lalu menyambut mereka dengan hangat.

"Adeekk!! Temen kamu pada dateng ngejenguk, nih!" Teriak wanita paruh baya itu yang suaranya dapat terdengar sampai ke orang yang dituju.

"Iya, suruh masuk aja Mah!" balas Hoshi tanpa menunjukan batang hidungnya.

Ibu Kwon pun mempersilahkan mereka untuk masuk dan menunjukkan kamar Hoshi yang berada di lantai dua.

Mingyu mengetuk pintu kamar Hoshi tiga kali, dan setelah mendapat persetujuan untuk masuk, pria tan itu segera membuka pintu tersebut. Dan membuat rasa penasaran yang sedari tadi membelenggu, akhirnya terungkap.

"......."

Mereka seketika terdiam, tak bergerak dari tempat mereka berdiri sedikit pun. Bukannya terkejut karena kondisi Hoshi yang kritis. Mereka malah memasang wajah datar yang tersirat kekesalan.

"Yo! Widiih rame amat!" Sapa Hoshi melambaikan tangannya santai, sambil sibuk berkutat dengan permainan yang ada di gadgetnya.

Terdengar suara BGM yang sangat familiar dikalangan para cowok. Suaranya tidak lain seperti 'double kill! triple kill!' sudah pasti setiap cowok tau game yang sedang dimainkan oleh pria yang katanya korban kecelakaan itu.

"Serius ini orang sakit macam apaan yang sibuk maen mobile legend?!" pekik Woozi geram melihat orang yang sedaritadi di khawatirkannnya, nyatanya tidak perlu dikhawatirkan sama sekali.

"Nyesel gua kemari, daripada nengok lo. Mending gua tengok tiang listriknya aja, anjay!" Woozi kembali mengoceh sambil berkacak pinggang.

"Eh! ada dedek Woozi, perhatian banget sampe ngejengukin abang." rajuk Hoshi sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Najis banget gua punya abang kayak lo, nyet!"

"Ih jangan suka tsundere gitu deh. Abang tau kok sebetulnya adek ngekhawatirin abang kan?"

"Fix gua pulang sekarang juga."

Mingyu membuang nafas kasar lalu mendekat ke tempat Hoshi terlentang. "Lo kecelakaan macam apa yang lukanya cuman memar kek gini, doang?! Lo jatuh dari motor apa jatoh dari odong-odong, hah?!" umpat Mingyu.

"Tau gini mending gue pulang terus maen berbie di rumah!" Sambung Seungkwan ikut protes.

Satu persatu teman-temanya terus meluapkan kekesalan mereka. Bagaimana tidak? Hoshi hanya memberikan kabar yang sesingkat singkatnya, dan itu berhasil membuat mereka panik mengkhawatirkan keadaannya.

HOSHI : THE PERVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang