MUB-11
Tenten terlihat membuat segelas teh hangat di dapur. Setelah itu dia sibuk mencari kue atau persediaan makanan untuk disandingkan dengan teh buatannya.
"Kacau nih gak ada makanan," gumamnya bingung.
Ia lalu mengubek isi kulkas dan menemukan jeruk Sakura yang jumlahnya masih banyak. Ia ambil beberapa buah dan ia taruh di piring.
"Maafin kami ya, Om cuma ada ini," gumam Tenten sambil membawa nampan ke ruang tamu.
Sesampainya di ruang tamu ia menyodorkan apa yang ia bawa ke pria paruh baya yang sedang duduk tenang di sana.
"Om, diminum ya teh'nya."
"Tenten..kenapa repot-repot, Om kan cuma mampir sebentar haha," pria itu terkekeh pelan.
Tenten kemudian duduk di depan pria itu. "Om kalau ke sini harusnya sore...Sakura pasti ada di rumah."
"Om kira Sakura kerjanya sore..jadi pagi bisa ketemu dia."
"Om belum tahu kalau Sakura pindah kerja?"
Pria itu sedikit kaget, "Sejak kapan Ten? Soalnya udah empat hari Sakura gak nelfon Om..lupa sama Papanya mungkin."
"Baru dua hari Om pindahnya."
Pria bernama Haruno Kizashi itu mengangguk pelan. Dia melihat jam dinding yang ada di ruangan itu.
"Kayaknya Om gak bisa lama-lama Ten...udah ditunggu nih," ujar Kizashi.
"Lhah...gak di sini dulu aja Om nungguin Sakura?"
"Enggak, Nak. Om masih banyak kerjaan, mau nganter pesanan, keburu ditungguin."
"Oh gitu." Tenten melongokan kepalanya keluar jendela dan melihat sebuah mobil bok yang terparkir di depan kosnya. Mobil itu milik Papa Sakura.
Orangtua Sakura memiliki usaha percetakan buku. Biasanya beliau menerima jasa cetak buku LKS atau buku paket anak sekolah. Sekaligus menerima jasa antar.
"Banyak pesanan ya, Om?"
"Ya alhamdulilah, kalau tahun ajaran baru Om selalu rame pesanan."
"Syukur Om," ucap Tenten sambil tersenyum.
Tenten kemudian mengantar Kisazhi ke depan.
"Om balik dulu ya Ten," ucap Kisazhi.
"PAPA!" Tiba-tiba Sakura keluar dari sebuah mobil hitam yang terparkir di depan rumah kos dan langsung menerjang tubuh Kisazhi. Sepertinya gadis itu baru saja tiba.
"Papa ke sini kog gak nelfon Saku dulu." Sakura memeluk tubuh itu dengan manja.
"Kan Papa mau ngasih kejutan...kangen sama anak Papa yang jarang nelfon," ujar Kisazhi sambil membalas pelukan anaknya.
"Maaf Pa, kemarin Saku sibuk. Papa udah mau balik?"
"Iya..mau anter pesanan. Kamu kog udah pulang? Kata Tenten kamu pindah kerja, pindah di mana?"
Sakura menggaruk tengkuknya. Mana mungkin dia menceritakan penderitaannya di dunia kerja. Apalagi tentang kejadian hari ini. Sakura tak mau membuat orangtuanya khawatir.
"Pa..Saku pindah ke--"
"Dia satu tempat kerja dengan saya, Om. Tadi agendanya cuma meeting, jadi pulang cepet," ujar seseorang yang ternyata adalah Sasuke.
Sakura melongo. Sejak kapan Sasuke berdiri di situ? Bukannya tadi di dalam mobil?
Kisazhi lalu menoleh ke arah cowok itu.
"Wah..temen kerja Sakura ya?" sapa Kisazhi. Sasuke lalu menunduk memberi hormat.
"Bukan Pa dia---"
"Iya Om saya teman kerja Sakura, kenalkan saya Uchiha Sasuke." mereka lalu berjabat tangan.
Kisazhi tersenyum kagum melihat sosok Sasuke, "Oo.. temen kerja Sakura, haha tapi muka kamu cocok jadi Bos lho, Nak," ujar Kizashi sambil terkekeh. Sasuke membalasnya dengan senyum canggung.
Kisazhi beralih menatap sakura, "Berarti kamu udah keluar dari kafe yang kata kamu Bosnya galak itu?"
"Iya Pa, kan Saku gak mau ditindas terus sama dia." Sakura melirik Sasuke dengan tampang mengejek. Sedangkan cowok itu sedikit kaget dengan apa yang ia dengar barusan.
"Bos galak? Sialan emang," Kata Sasuke dalam hati.
"Lagian siapa sih yang berani galakin anak Papa." Kisazhi mencubit pipi putrinya gemas.
"Aww...Sakit Pa.. hahahaha." tawa Sakura meledak begitu saja.
"Heheh Syukur deh kalau kamu dapat kerja yang lebih baik. Apa perlu Papa kasih uang bulanan sementara?"
"Papa ih...Saku bisa cari uang sendiri, Pa."
"Ck..anak Papa udah gede, tapi kalau keadaan kamu sedang mendesak kamu bisa minta ke Papa."
Dalam hati, Sakura merasa sedih karena harus bohong dengan Papanya. 'Maafin Saku ya pah, sebenarnya hari ini Saku resmi jadi pengangguran..Saku cuma gak mau papa khawatir'
"Oh iya Sasuke...titip anak Om ya? Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke Om," kata Kisazhi ke Sasuke.
"Ah..iya Om," ujar Sasuke.
Sakura hanya bisa nyengir mendengar kata-kata itu. 'Aduh Papa ngapain pake nitip ke Sasuke..emang Saku barang titipan? Asal Papa tau, Papa sudah menyerahkan anakmu ini ke orang yang salah'
"Papa pergi dulu ya sayang...kapan pulang ke rumah? Mama kangen katanya."
"Iya nanti Saku pulang, Pa." Sakura masih bergelayut manja di lengan Kisazhi.
"Lagian cuma ke Tangerang aja kamu gak ada waktu."
"Maaf, Pa...nanti janji deh saku sering sering pulang", kata Sakura manja. Kisazhi mengelus rambut anaknya dengan sayang. Kalau anaknya seimut ini mana tega marahin. Bawaannya malah pengen manjain.
"Sebenarnya Papa khawatir kamu tinggal sendiri di Jakarta, gak ada yang jagain kamu..apalagi akhir-akhir ini lagi marak kasus kriminal."
"Kan Saku sama Ino sama Tenten, Pa. Papa tenang aja sih gak usah parno."
"Apa kamu nikah aja biar ada yang jagain kamu di sini?"
"Heh?" Mata Sakura langsung melotot.
'Nyari kerja aja ditolak terus apalagi nyari jodoh Pa'
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERSE BOS (PDF)
FanfictionSTATUS REPUBLISH (60 chapter tamat) Sakura kesal karena gaji bulanan yang biasanya ia terima belum juga masuk ke rekening. Ia terpaksa berbicara dengan bosnya-- seseorang yang belum pernah ia temui sebelumnya, untuk meminta kepastian. Sakura tak men...