chapter 14

4.4K 655 78
                                    

MUB-14

Memang sudah apes tambah apes. Gerimis tiba-tiba turun mengguyur kota Jakarta. Sakura terpaksa berteduh di sebuah halte yang sepi. Hanya ada beberapa angkot yang mangkal di sana. Dan sialnya, tak ada lagi angkot yang menuju ke daerah Kosnya.

Sakura kemudian menggulung celana triningnya agar tidak terkena air hujan. Yah, ia hanya menggunakan kaos oblong dan celana trining seadanya, ia tidak mengira akan pergi jauh dari rumah dengan keadaan hujan.

Tiba-tiba Sakura menepuk jidatnya sendiri, "Sialan...obat Ino ketinggalan di mobil Sasuke!"

"Kenapa gue bisa lupa sih?" Sakura merutuki dirinya sendiri.

Hujan semakin deres. Dan itu membuat Sakura tambah bingung, bagaimana cara ia bisa pulang. Sangat berharap ada taksi yang lewat. Namun sudah setengah jam berlalu dan tak ada satupun taksi yang muncul. Sekalinya ada, taksi itu tidak mau berhenti. Ya logika saja sih, penampilan Sakura sudah seperti gembel. Mana ada taksi yang mau ngangkut. Sabar ya Nak.

Srruuuakkk..!!!

Air kubangan jalan itu tiba-tiba mengguyur wajah dan badan Sakura. Gadis itu reflek menutup matanya.

"Sialan! Siapa yang ngelakuin ini ke gue?"

Sakura membuka matanya perlahan dan---

"Bangsatt!" Emosi Sakura memuncak, apalagi saat tahu siapa pelakunya.

"Lo!"

Terlihat Sasuke keluar dari mobilnya tanpa membawa payung. Dia berdiri tepat satu meter di depan Sakura.

"Masuk!" Perintah Sasuke

Sakura berdecih, "Apa Lo bilang hah? Lo gak minta maaf dulu setelah apa yang lo lakuin ke gue?!"

Sasuke menelisik tubuh Sakura yang kini tampak basah karena air comberan.

"Lo sengaja ya?"

Sasuke terdiam. Sebenarnya dalam hati, dia merasa bersalah karena tak sengaja mengerem dadakan dan membuat air comberan itu melompat ke arah gadis itu.

"Ayo pulang gue anterin," ajak Sasuke lembut. Dia menarik lengan gadis itu.

"Enggak!" Sakura menghempaskan tangan Sasuke.

"Ayo pulang udah malem."

"Lo punya otak gak sih? Harusnya Lo minta maaf ke gue!" Teriak Sakura. Raut wajahnya terlihat sedang menahan tangis.

Sakura mengelap wajahnya yang basah kuyup dengan telapak tangannya. Tak lupa dia mengibaskan bajunya yang penuh noda kecoklatan. "Salah gue apa sama Lo? Kalau mau balas dendam gak gini caranya...hikss." Akhirnya isakan tangis lolos juga dari bibirnya.

Sasuke berteriak dalam hatinya. Please jangan nangis!

"Hiks...jahat banget sih Lo sama gue hiks!"

Sasuke menghela napasnya. Kalau lihat cewek nangis tuh rasanya pengen nyerah aja jadi cowok.

Sasuke lalu berbalik menuju mobil untuk mengambil sesuatu. Sedangkan Sakura masih menangis sesenggukan. Mungkin karena emosinya sudah mencapai ubun ubin.

Sreg..

Sasuke tiba-tiba berjongkok di depan kaki Sakura. Sontak Sakura langsung memundurkan kakinya ke belakang.

"Mau apa?"

Pluk

Sasuke menjatuhkan sepasang sendal berwarna ungu dari tangannya.

"Pake ini!" perintahnya kemudian.

"Enggak...gue gak mau!" Untuk apa menerima sesuatu dari orang yang sudah jahat terhadap kita?

"Ck," Sasuke berdecih.

"Apa harus gue paksa dulu biar mau?"

Sakura pura-pura tuli. Dia malah memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Oke kalau itu mau Lo," ucap Sasuke kemudian.

Dia langsung mencengkeram erat kaki Sakura dan memasangkan sendal itu di sana. Awalnya Sakura berontak. Namun karena Sasuke terus memaksa dan tenaga dia jauh lebih kuat, akhirnya Sakura menyerah.

Huh...Sasuke bernapas lega. Masangin sendal aja harus pake otot, gimana masangin yang lain?

Sasuke juga melepaskan jaketnya dan ia pakaikan ke tubuh Sakura. Sedangkan Sakura sendiri terlihat ogah ogahan menerimanya.

"Udah pake aja..jangan sok gentle," kata Sakura.

"Bisa gak, Lo diem dan jangan protes?"

"Sini tangan Lo," lanjut Sasuke.

"Mau apa?" Sakura masih kekeh bersikap tak mau menuruti apa perintah Sasuke.

"Lo tuh emang suka dipaksa ya?" Sasuke maju ke depan dan langsung mengelap tangan dan wajah Sakura menggunakan jaketnya.

"Ngapain sih Lo?"

"Jangan cerewet!"

Sakura terdiam. Tak mengerti dengan sikap pria yang saat ini sedang bersamanya . Kenapa tiba-tiba baik? Ada maunya kah?

Setelah semuanya selesai Sakura langsung diajak masuk ke dalam mobil. Kali ini tanpa penolakan. Lagipula sakura tidak ingin pulang jalan kaki.

***

Beruntung sampai di Kos, Ino dan Tenten sudah tertidur pulas. Jadi tidak ada yang melihat betapa kacaunya Sakura saat ini. Penampilannya sudah seperti tikus kejebur got depan rumah.

Setelah mandi dan berberes Sakura menyusul ke kamar Ino. Ternyata Tenten juga ada di sana. Mereka berdua tertidur dengan posisi absurd masing-masing.

Bukkk

Sakura menjatuhkan dirinya ke atas kasur dan langsung memeluk kedua sahabatnya. Sakura merasa bersalah karena gagal membawa obat untuk Ino.

"Maafin gue."

Pelukan Sakura yang erat membuat Ino terbangun. Gadis itu meringis karena lukanya tergesek tubuh sahabatnya.

"Aduh sakit," lirih Ino. Dia mengerjapkan matanya dan mendapati tangan Sakura yang melingkar di pinggangnya.

"Lo udah pulang Ra?" Tanya Ino dengan suara seraknya.

"Hn."

"Lama banget ke apoteknya. Kirain diculik."

Sakura tersenyum kecut, Namun ia hanya bisa bergumam dalam hati. 'Emang diculik No. Di culik mantan. Mantan bos maksudnya.'

"Lo udah diobatin?" Tanya Sakura mengalihkan pembicaraan.

"Udah Ra, tadi terpaksa Tenten yang ke apotik..abisnya Lo tiba-tiba ngilang, HP juga gak dibawa."

Sakura lalu melihat Tenten kembali yang lelap dengan wajah lelahnya. "Maafin gue ya...tadi gue lagi kena sial."

"Lo kenapa?"

"Udah tidur lagi aja, besok gue ceritain," kata Sakura sambil meraih selimut. Ia lalu membantu menyelimuti tubuh Tenten.

"Okey."

"Mau pake selimut juga?"

"Boleh."

Sakura lalu menyelimuti tubuh Ino dan dirinya sendiri. Setelah itu mereka memejamkan matanya untuk terbang ke alam mimpi. Mereka tidur bertiga malam ini.

....
Tengah malam.

Sebuah pesan WhatsApp masuk ke notifikasi Sakura.

Si bos.
Besok temuin gue di kafe! Nggak menerima penolakan!

MY UNIVERSE BOS (PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang