BAGIAN 3 - PERKARA DATANG BULAN

29.7K 3K 276
                                    

"Ay bangun Ay! Pak Jefri udah nungguin Lo di depan posko." teriak Adisa seraya menarik selimutku.

Ini kan masih jam enam. Lagi pula kenapa bisa sepagi ini? Toko banner juga masih tutup kalau sepagi ini. Seketika jiwa kemalasanku bergetar. Apalagi ketemu lagi sama Badak Liar. Hih!

"Cepetan!" pekiknya ke arahku.

Ya Gusti, nggak sabaran banget jadi orang!

Aku berusaha beranjak untuk bangun dan mengumpulkan sisa-sisa nyawaku. Serius! Ini hari pertama datang bulan. Perutku sedikit melilit. Tau kan bagaimana rasanya ketika hari pertama datang bulan? Perut nyeri dan mood berantakan. Adisa gak ada akhlaknya emang!

"Ay, kok masih diem sih! Cepetan! Jangan buat Pak Jefri nunggu."

"Bawel amat pagi-pagi! Tau Ah! Mau mandi dulu." jawabku malas.

Adisa menarik tanganku, "Cuci muka aja, kelamaan kalau pakek mandi segala."

"Kagak! Gue mau mandi titik."

Aku berjalan meninggalkan Adisa yang masih mematung. Coba bayangkan lagi datang bulan tapi tidak boleh mandi. Bagaimana rasanya? Jelas, tidak enak sama sekali. Meskipun aku memang sering mandi satu kali sehari tapi kalau urusan datang bulan beda lagi. Ya, biarkan saja Si Badak Liar menunggu sampai berjamur.

Terhitung 30 menit aku mandi dan bersiap-siap. Aku mengambil sling bag yang kugantungkan di belakang pintu. Tanganku meraba-raba Sling bag-ku dan memastikan bahwa dompet dan ponselku ada di dalamnya.

Oke udah siap!

Aku berjalan keluar. Ah itu dia, sudah kuduga mobil Pak Jefri masih di depan posko. Ternyata orang seperti dia sabar juga menunggu. Tapi kemana orangnya? Ah, paling ada di dalam mobil. Aku berjalan mendekati mobil Pak Jefri.

"Bisa baca jam tidak?" suara barinton mengagetkanku dari belakang. Sontak aku sedikit terlonjak.

Aku menoleh ke belakang, "Eh, Si Bapak." Aku menyengir.

"Ini kan masih jam enam kurang seperempat Pak, masih pagi juga. Palingan Kang Bannernya belum buka. Yuk, Pak berangkat nanti telat lagi!" ucapku tanpa bersalah.

Pak Jefri menatap tajam ke arahku. Ya, aku tahu dia sudah hampir satu jam menungguku disini. Tapi mau bagaimana lagi? Salah dia tidak memberitahuku terlebih dahulu jam berapa harusnya berangkat.

Pak Jefri dan aku sudah berada di dalam mobil. Tau saat ini ekspresi Pak Jefri? Dia masih diam tak mengajakku berbicara sama sekali. Tatapannya masih tajam. Sepanjang perjalanan Pak Jefri dan aku sama sekali tidak berbicara.

Udah tua, ngambekan!

"Desain banner yang baru sudah kamu bawa?" tanyanya seraya masih fokus menyetir dan tak melirikku sama sekali.

Akhirnya ngomong! Gitu kek dari tadi, kan Gue gengsi ngajak ngomong duluan!

"Sudah Pak,"

"Turun!" titahnya.

Aku segera beranjak turun saat mobil Pak Jefri terparkir di depan toko banner. Disusul Pak Jefri yang juga turun. Dia berjalan masuk ke toko dan aku mengekor di belakangnya.

"Mbak yang kemarin ya?" tanya Kang Banner ke arahku.

Aku mengangguk pelan," Bannernya apa sudah dicetak Kang?"

Thalassophobia [Re - Publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang