BAB 26

13.1K 1.5K 141
                                    

Sudah dua hari Ganesa berada di Bali, dan yang membuat Jean khawatir adalah karena laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Mengenai perkembangan apa dan bagaimana hasil yang didapat setelah dia berada di sana.

Terbersit keinginan untuk menghubungi Ganesa terlebih dahulu, namun Jean mengurungkan niatnya karena takut mengganggu. Atau kemungkinan terburuk adalah Ganesa kembali bersama Feby di sana?

Jean menggeleng pelan, berusaha menyangkal. Tak mau berlama-lama dihantui perasaan kalut, Jean pun mengajak Gea untuk bercocok tanam di taman depan. Kebetulan teman lama ibu tadi mampir dan memberinya beberapa bibit bunga dan tanaman obat.

"Gea. Mana kamu?" teriak Jean

Gea muncul sambil menyanggul rambut panjangnya. "Apa sih Kak teriak-teriak. Mau nyaingin Mas bakso?"

Jean mencibir pelan lalu menarik tangan Gea. "Yuk ah ikut ke taman."

Gea menghentikan langkahnya dan otomatis membuat Jean juga berhenti. "Ogah! Nggak mau ah. Males banget ke taman. Mendingan di kamar juga ngerawat kulit."

"Heh, sekali-kali keluar rumah juga, Ge. Di kamar terus kayak cewek yang lagi dipingit aja."

Gea berdecak sebal, tapi tak mengurungkan niatnya untuk menemani Jean ke taman. Asal dia tidak menyentuh tanah saja. Cukup dengan hanya menemani. Titik.

"Oke. Kutemenin. Tapi jangan suruh gue megang tanah."

"Oke."

Saat Jean tengah mengambil tanaman dan membawanya ke taman, Gea hanya memperbaiki roll yang ada di atas jidatnya lalu memerhatikan Jean yang begitu telaten menanam bibit tanaman itu.

"Lagi pada ngapain nih?"

Gea dan Jean menoleh dan menemukan Tama dengan sebuah kantung plastik berada di tangan kirinya.

"Eh? Mas. Bawa apa tuh?" tanya Gea dengan nada antusias.

Tama menyentil pelan kening Gea. "Bukannya ngejawab pertanyaan Mas, ini malah nanyain yang Mas bawa."

Gea memberenggut sebal. "Soalnya pertanyaan Mas jawabannya udah bisa diliat kan? Kak Jean lagi nanem tanaman."

"Hoo. Ya udah, bawa ke dalam ni. Ada cilok kesukaan kamu sama Jean."

Gea melompat-lompat girang lalu mengambil bungkusan yang ada di tangan Tama.

Sementara Gea membawa kantung berisi cilok kesukaannya, Tama mengambil posisi duduk tepat di teras rumah. Ia lalu menatap Jean yang kembali sibuk dengan tanamannya. Tama pun memanggil Jean untuk bergabung dengannya.

"Je, sini deh. Mas mau ngomong."

Jean mencuci tangannya pada keran air yang memang ada di dekat taman lalu berjalan mendekat ke arah Tama.

"Kenapa Mas?"

"Je, Ganesa kemarin katanya mau ke Bali ya?"

"Iya, Mas. Benar. Mas Gaga kemarin ke Bali."

Jean tahu, sangat tahu ke mana arah pembicaraan mereka. Mas Tama hanya memancingnya untuk segera mengungkapkan masalah apa yang sedang terjadi di antara dirinya dan juga suaminya. Saat ini, Jean tidak akan lagi menghindar dan menikmati kesakitannya sendiri. Karena saat ini dia memang sedang membutuhkan orang yang bisa sedikit meringankan bebannya.

Tama masih diam menunggu Jean melanjutkan ucapannya. Sebagai anak tertua di keluarganya ini, ia mendewasakan diri dengan selalu menjadi pendengar yang baik dan tentunya selalu ada untuk adik-adiknya –Jean dan Gea.

"Dia sedang mencari bukti di sana."

Saat sedang menceritakan masalahnya dengan Ganesa, air mata Jean tiba-tiba meluruh. Tama hanya bisa memeluk bahu adiknya itu dan berusaha untuk menenangkannya.

J E A N [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang