Hari ini merupakan hari ketiga Ganesa berada di Bali, yang berarti hari terakhir ia dan rekan-rekannya serta Feby berada di pulau Dewata. Tak heran jika sejak kemarin di kepala Ganesa sudah tersusun rapi rencana-rencana yang akan ia lakukan hingga hari terakhir. Tapi, sejak pertemuannya dengan keluarga Jean kemarin sukses membuat rencananya seketika menjadi buyar. Bukan karena ia tak senang. Hanya saja, ia begitu terkejut dengan keberadaan mereka di Bali. Dan yang lebih buruknya lagi, ia dengan bodohnya ketahuan tengah berpegangan tangan dengan Feby. Mungkin ibu dan ayah serta kakak laki-laki Jean tidak begitu peduli, karena setelahnya mereka justru mengajak ia dan Feby untuk ikut bergabung bersama mereka. Tapi tidak dengan adik perempuan Jean, Gea. Tatapan mengintimidasi darinya sukses membuat Ganesa seperti ingin dikuliti saat itu juga. Ganesa bahkan mati-matian berusaha agar ia tetap terlihat santai, meski cukup sulit, karena pada kenyataan dia bukanlah aktor dengan acting yang bagus.
Ganesa menghela napas pelan dan kemudian mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas nakas. Ia kemudian mengaktifkan benda pipih itu, namun ia baru sadar saat ponselnya itu benar-benar sudah kehabisan daya. Ganesa kemudian memutuskan untuk men-charger ponselnya terlebih dahulu. Namun, saat ia ingin beranjak, Ganesa melihat salah satu pesan yang masuk. Dari Jean. Ganesa berdecak pelan saat ia disadarkan bahwa sejak kemarin ia tak pernah menghubungi istrinya itu.
Apa karena gue keasyikan jalan bareng Feby?. Pikirnya.
Ganesa menutup kedua matanya. Ia memutuskan akan menghubungi Jean setelah ia mandi nanti.
***
Jean tersenyum sumringah saat melihat mami dan ipar-ipar serta anak-anaknya sudah datang dari berlibur. Suasana rumah jadi seramai dulu. Raka sampai keluar dari kamarnya karena mendengar kebisingan dari keponakan-keponakannya.
"Ooom keceeee!" teriak Selin dan Yerin bersamaan. Mereka berdua berlari menuju Raka, diikuti keponakan-keponakannya yang lain. Raka sampai harus mengambil ancang-ancang karena sadar sebentar lagi ia akan diserbu tujuh kurcaci.
"Om keceee, main kuda-kudaan, yuk!"
"Om kece, Kafka kemarin mandi bola loooh."
"Om kece, aku dibeliin permen yang gedeee sama oma."
"Eh, Om kece, kemarin Safa sama Zio dibeliin boneka loooh."
"Aku mau main lagi, Om kece."
"Iyaaaa... ayooook. Om kece."
Raka menggaruk pelan kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Hancur sudah acara tidurnya hari ini. Raka bahkan memohon pertolongan pada Jean yang kebetulan lewat di depan kamarnya.
Jean tersenyum tipis dan berjalan mendekat ke arah Raka serta keponakan-keponakannya. "Halo princess-princess cantik dan prince-prince ganteng. Mainnya nanti ya. Ayo kita makan dulu. Aunty sudah bikin puding rasa cokelat untuk kalian."
Ketujuh kurcaci itu pun segera mendongak dan mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Jean. Kedua mata mereka berbinar mendengar ucapan Jean. Puding cokelat kesukaan mereka.
"Aku mau Aunty."
"Aku jugaaa."
"Aku jugaaa."
"Yerin juga mauuu."
Senyum Jean mengembang dan mengajak ketujuh anak-anak itu menuju dapur. Namun sebelum ia berlalu, ia melirik Raka yang tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Jean mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
"Time to sleep... again." gumam Raka seraya kembali menutup pintu kamarnya.
***
Jean tersenyum senang sambil memperhatikan keponakan-keponakan suaminya itu tengah melahap puding cokelat buatannya. Ia bahkan dengan berani membayangkan, jika suatu hari nanti ia juga telah dikaruniai anak-anak yang lucu seperti mereka, ia akan dengan senang hati membuatkan puding cokelat juga. Atau kalau perlu, dengan rasa lain seperti stoberi, anggur atau jeruk. Ah, membayangkannya saja sudah membuat Jean dilingkupi rasa senang. Apalagi kalau jadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E A N [SUDAH TERBIT]
RomancePemesanan buku JEAN bisa ke Shopee @aepublishing . Semua orang mau menikah. Menghabiskan sisa hidup dengan orang yang dicintai dan mencintai kita. Suka dan duka berbagi bersama. Saling menguatkan dan saling menyayangi. Begitu pun dengan Jean, ia be...