S E L I N G K U H

12.8K 660 35
                                    

Berhubung extra part aku baru ngetik 50%, yang artinya belom 100% selesai (yaiyalah), jadiiii kali ini aku pengin bahas soal SELINGKUH. Ululuh, bahasannya sensitif bingit yes. Soalnya di WA kemarin ada yang nanya ke aku. Pertanyaannya kurang lebih gini;

Kak, menurut kakak kenapa sih orang SELINGKUH?

Karena setelah aku ubek-ubek (?) kehidupan yang nanya itu ternyata keluarganya alias bapaknya juga selingkuh. And then, dia penasaran gitu, kenapa sih orang selingkuh? (Namanya nggak usah dibilang ya).

Berhubung aku lulusan psikologi, jadi aku mau share tentang selingkuh dilihat dari sisi psikologisnya. Eaaaaak.😅

Jadi penjelasan ini aku ambil dari jurnal psikologi dan juga dari pandangan psikolog.

So, yuk mulai aja share-nya.

Jadi, ada beberapa faktor penyebab kenapa orang melakukan cheating atau kecurangan/selingkuh. (Ini aku ambil dari postingan psikolog Mellissa Grace, ya.)

1. Karena faktor individual. Karakteristik kepribadian individu yang manipulatif atau cenderung memanfaatkan atau memanipulasi situasi untuk memperoleh kepentingan pribadi. Selain itu, karakteristik kepribadian individu juga kurang memiliki rasa empati. Yakni kemampuan untuk merasakan, memahami dan melihat dari sudut pandang orang lain. Sehingga individu tidak mampu merasakan bahwa ada pihak-pihak yang dirugikan dari perilakunya ini. (Gaga banget ini yes. Nggak peduli perasaan Jean😢). Next, karakteristik narcissistic (perasaan cinta pada diri yang berlebihan), sehingga individu merasa bahwa dirinya yang paling hebat, paling berkuasa, paling cantik, paling tampan,  paling pantas memperoleh perlakuan spesial, meski sesungguhnya hal ini dapat merupakan bentuk kompensasi dari perasaan rendah diri (low self-esteem) yang dimiliki oleh individu.
Selain itu, kemampuan individu untuk bersikap asertif (berkomunikasi secara terbuka mengenai pikiran dan perasaannya kepada orang lain tanpa menyakiti dirinya dan orang lain). Individu yang tidak mampu bersikap asertif seringkali menggunakan cheating sebagai bentuk tindakan untuk mengekspresikan kekesalan, amarah, dendam kepada orang lain.

2. Faktor situasional. Maksudnya, individu belajar "tidak terlalu" mementingkan nilai-nilai kejujuran dari sebuah situasi. Hal ini dapat terjadi ketika individu dibesarkan dalam lingkungan yang kurang menekankan pentingnya nilai-nilai kejujuran. Jadi mereka berpikir; nggak pa-pa selingkuh.

3. Adanya keuntungan sekunder. Yaitu perilaku cheating dianggap lebih mendatangkan banyak keuntungan dibanding berperilaku jujur.

Jadi intinya perilaku cheating tidak pernah disebabkan oleh faktor karakteristik korban. Meski biasanya pelaku cheating akan berusaha untuk menyalahkan pasangan atau korbannya untuk melepaskannya dari tanggung jawab atas perilakunya sendiri.

(Mellissa Grace, Mpsi., Psikolog)

Okay guys. Itu dia faktor-faktor penyebab kenapa orang melakukan selingkuh (kayak Gaga😅).

Next, aku mau sedikit jelasin hasil dari jurnal penelitian yang kubaca.
Jadi kesimpulannya, orang yang menjadi korban (kalo di cerita ini tuh korbannya si JEAN😄) itu walau pun ia berusaha menerima kembali pasangannya, di dalam hatinya itu masih merasa was-was gitu loh. Kepercayaannya udah nggak bener-bener bulet (?) kayak waktu awal dia menikah.

Nah ini hasilnya:

Hasil penelitian menunjukkan Kedua subjek (si peneliti pake dua subjek dalam penelitiannya) belum dapat memaafkan sepenuhnya perselingkuhan yang dilakukan suami. Hal ini dikarenakan adanya rumination about transgression, yaitu kecenderungan subjek untuk terus menerus mengingat kejadian perselingkuhan suami, sehingga menghalangi dirinya untuk memaafkan. Oleh karena itu, perilaku pemaafan subjek terhadap perselingkuhan suami tergolong dalam dimensi Hollow Forgiveness, yaitu subjek dapat mengekspresikan secara konkret pemaafan melalui perilaku, namun sebaliknya ia belum dapat merasakan dan menghayati adanya pemaafan dalam dirinya. Subjek masih bertahan dalam perkawinan dikarenakan anak. Walapun pada subjek A ia masih bertahan dalam perkawinan dikarenakan alasan finansial yaitu ketergantungan secara ekonomi terhadap suami dan menganggap apabila ia bercerai belum tentu ia akan mendapatkan suami yang lebih baik dari suaminya sekarang.

(https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/5148)

Penelitian lain:

Http://eprints.unm.ac.id/2874/

Masih banyak sih jurnal dan penelitian lain. Kalo masih penasaran silakan search di mbah gugel. Banyak di sana hehhe.

Kalo dapet hasil lain dari penjelasan di atas, kalian boleh komen. Atau kasi linknya juga. Kali aja bisa nambah ilmu😊

P.s: jangan kecewa karena apdetnya kayak gini. Bukan extra part GAGA-JEAN. Seperti yang kubilang di atas, yang baru diketik masih 50%. Cuma nggak tau kalo ada pembaca (Nurul dan Auliya) itu antusiasnya tingkat dewa.😂 Sampe nyepam ya Allah. Maka berterima kasihlah pada mereka. Btw, yang udah vote juga makasih banget ya🙏.

Maafkan atas keterlambatannya. Karena swear, aku nggak ada gambaran kalo bakal nyampe 1000 vote dan 1000 komen benaran.😅

Tapi, terima kasih banyak❤️

Windy Haruno yang lagi syantik tapi bukan sok syantik.😝

J E A N [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang