GANESA POV
Sesuai janji gue kemarin, hari ini gue mau ngajak Jean ketemu mami di Bandung. Selama di perjalanan, mami nggak henti-hentinya nanyain posisi gue dan Jean udah dimana. Gue sampai ngesilent hp gue karena udah bosan denger nada deringnya. Ya wajar emang kalo mami nanyain terus, rumah Jean di Jakarta dan perjalanan menuju Bandung itu bisa dibilang nggak selancar perosotan Zio dirumah. Cuma sekedar info, Zio itu ponakan gue.
Setelah beberapa jam melewati rintangan perjalanan menuju Bandung, akhirnya gue dan Jean sampai juga dirumah mami. Di depan rumah udah keliatan rame banget, yang bisa gue tebak itu mobilnya mas Bagas, mas Radit dan mas Vino. Dan yang pasti mereka bawa pasukannya buat nyerang gue. Oke, jadi pasukan yang gue maksud itu adalah anak-anak mereka. Diumur gue yang masih 28 ini, gue kadang harus ngasuh mereka semua. Semua itu totalnya tujuh orang. Anak mas Bagas dua orang namanya Selin dan Nata, anak mas Radit tiga orang namanya Zio, Yerin dan Kafka, dan anak mas Vino dua orang namanya Safa dan Ragil. Perusuh semua, guys. Gue sampai pusing kalo disuruh jaga mereka. Untung ada Raka, si bungsu dari keluarga gue yang kalo udah pulang kampus langsung bantuin gue ngurus si 7 kurcaci. Tapi gue harus say good bye nanti sama Raka, karena gue udah pensiun jadi baby sitternya si 7 kurcaci. Karena saat ini udah ada princess yang jadi tanggung jawab gue.
"Ya ampuuun. Mas Gaga!" itu suara mami, mami emang lebih sering manggil gue Gaga dibanding Ganesa. Nggak tau deh, katanya biar gampang nyebutnya.
"Maaaaassss...." oh, god! Itu suara si 7 kurcaci. Mereka manggil gue mas, karena ikut-ikutan denger mami sering manggil gue gitu. Di psikologi udah dijelasin juga kan, gimana sikap orang dewasa begitu berpengaruh sama sikap anak-anaknya. Dan itu pula yang terjadi sama si 7 kurcaci. Ikut-ikutan.
"Eh, istri mas Gaga, ya?" tanya mami dengan wajah berbinar. Sementara istri-istri mas gue udah pada ngelirik Jean kayak pengen ngajak Jean nimbrung sama gosip-gosip mereka. Etapi, Jean tipe pegosip juga nggak ya?
"I-iya, tante." Jean sampai gugup gitu ngejawab pertanyaan mami. Mungkin karena baru pertama kali diserbu kayak gini. Hadehhh...
"Mami, mungkin Gaga sama Jean baiknya istirahat dulu. Capek banget nih kita." Usul gue
Mami ngelirik gue, sedikit sinis keliatannya. Mungkin nggak setuju dengan usul gue.
"Ya udah, ini karena mami yang kasian liat Jean yang kayaknya kecapekan abis perjalanan jauh."
"Tapi abis ini, lo keluar ya. Banyak yang pingin kita bicarain." Itu mas Vino yang entah kenapa emang dari lahir orangnya suka kepo. Beda banget sama mas Bagas sama mas Radit yang jarang ngomong.
Gue cuma ngangguk pelan sebagai jawaban gue, setelah itu gue ngajak Jean ke kamar. ISTIRAHAT.
***
Jean merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk milik Ganesa. Sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu, ia masih dibuat syok dengan kehadiran beberapa anggota keluarga Ganesa.
"Mas..."
"Hm?"
"Emang keluarga mas semuanya tinggal disini, ya?"
Ganesa menatap Jean yang ternyata juga tengah menatapnya. "Nggak lah, Je. Kamu pikir ini di India?"
"Ya, nggak gitu, mas. Kirain aja. Soalnya tadi rame banget. Hehehe."
"Oh, itu udah tradisi keluarga. Penyambutan keluarga baru gitu." Jelas Ganesa
Jean manggut-manggut paham. "Keluar yuk, mas. Nggak enak nih aku sama yang lain."
"Udah, nggak papa. Santai aja. Lagian kamu nggak capek apa?"
"Capek sih, mas. Tapi kan..."
"Udah, nggak usah tapi-tapi. Mami sama yang lain paham kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
J E A N [SUDAH TERBIT]
RomancePemesanan buku JEAN bisa ke Shopee @aepublishing . Semua orang mau menikah. Menghabiskan sisa hidup dengan orang yang dicintai dan mencintai kita. Suka dan duka berbagi bersama. Saling menguatkan dan saling menyayangi. Begitu pun dengan Jean, ia be...