Kasihan Diriku

63 5 0
                                    

Bertahun menunggumu bersama setumpuk rindu-rindu yang tak pernah padam seperti orang bodoh. Pun aku selalu menantimu di batas senja ditemani temaram rindu yang begitu menggebu.

Banyak hati yang ku lukai ketika menunggumu pulang, banyak pula hal yang ku hindari demi mempetahankan sesuatu itu agar terus dapat bersamamu, namun ternyata segala yang ku lakukan sia-sia. Rasanya begitu menyakitkan ketika mengetahui bahwasanya kamu memilihku namun aku dan kau tetap takkan menjadi kita.

Rasa rasa yang ada di antara kita pun tak bisa menjadi sebuah pegangan.

Awalnya ku pikir segala yang kau katakan tentang perpisahan kita hanyalah candaan semata, candaan-candaan liar yang tak mungkin terjadi. Namun ternyata senuanya sudah tergambar jelas olehmu dan kau tahu bahwa itu akan terjadi.

Kau harus melangkah lebih jauh bersamanya, bukan bersamaku.

Tak kau katakan apapun tentangnya padaku, tentang bagaimana kita akan menulis cerita pada akhirnya.

Hari itu menjadi kejutan untukku, kau katakan kau harus menjalani hidupmu bersamanya; hanya bersamanya.

Ku pikir kau akan melakukan sesuatu demi kita dan rasa-rasa yang senantiasa mengutuhkan rantai diantara kita, rupanya aku salah. Salah besar. Kau memberi tahu perihal itu empat belas malam sebelum tenda biru itu berdiri.

Kau tahu, sendi-sendi dalam tubuhku berhenti seketika, angan dan impianku telah runtuh, pun rasa-rasa dalam hati ini menjadi kepingan-kepingan rumit yang tak bisa ku benahi lagi dalam waktu singkat.

Aku hancur.

Benar-benar hancur.

Hanya dengan sepuluh kata.

Hanya dalam kurun waktu sepersekian detik.

Warna-warna dalam hidup hilang, hanya kelabu yang tersisa. Pun rindu-rindu dalam jiwa tak lagi bisa tersampaikan padamu dan tak lagi pantas ia meluap bersama doa-doa dalam sepertiga malamku.

Haha, kasihan diriku harus menanggung pedih ini sendiri. Sementara kau telah berbahagia bersama dirinya juga malaikat kecilmu.
—shasasora

Setumpuk RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang