Di dunia ini banyak sekali hal-hal indah sekaligus menyakitkan yang ingin ku tuliskan dalam memo kecil yang senantiasa menjadi tempatku berpulang.
Tentang silir angin yang menerbangkanku, ombak besar yang membuatku karam, hingga tentang kepergianmu di sore menjelang malam itu.
Sekitar pukul delapan di tepi pantai yang dingin serta hujan yang masih setia membasahi bumi, senda gurau menggema diiringi debur ombak dan nada hujan yang indah.
Sepuluh menit berselang setelah tawa riang, kau mengelus puncak kepalaku sambil tersenyum. Entah apa arti senyummu, aku sama sekali tak mengerti hingga saat ini. Yang ku tahu saat itu hujan sedikit mereda, namun menjadi cukup deras di mataku.
Lalu pukul delapan lebih sembilan belas, kau pamit tuk pergi. Setelah itu punggungmu menghilang di persimpangan jalan tanpa pernah kembali.
Sekeping rindu, dalam sepotong kisah. Pulanglah. Aku masih menunggu.
6.11.19
—shasasora
KAMU SEDANG MEMBACA
Setumpuk Rindu
PoetryIni tentang rindu. Berbagai jenis rindu yang bahkan mungkin kadang begitu menjenuhkan. Mungkin juga menyakitkan atau mungkin membuat empunya jatuh berdebam.