Chapter-1

11.9K 853 28
                                    


Ingatan akan kejadian pahit yang terjadi satu jam lalu memenuhi pikiran gadis yang kini berjalan lesu tanpa arah tujuan. Hanya menunduk, memandangi kaki berbalut sepatu kets putih yang bergerak menuntunnya entah kemana. Matanya sembab, walau air matanya telah kering sejak lama tapi matanya tak kunjung membaik. Matanya sudah bulat, kenapa harus dibuat bengkak. Itulah yang ada di pikirannya.

Kilatan petir menyambar kesana kemari. Tak lama setelah itu gemuruh guntur menemani tetes demi tetes bulir air yang turun dari langit. Hujan turun semakin deras, tapi gadis itu tak berniat menghentikan langkahnya. Seolah raganya telah hilang dan hanya menyisakan kerangkanya saja. Membiarkan otot kakinya membantu sang penopang tubuh melangkah.

Suara angin seolah menghilang ditelan bumi. Gemuruh guntur seolah teredam dan pergi entah kemana. Suara klakson yang memekakkan telinga juga decitan ban mobil, tak satupun masuk kedalam indera pendengarannya.

Hingga.

Ckiit!

Bruk!

"Ada yang tertabrak!!"

–0oOo0–

Oh Sehun. Lelaki yang kini tengah menggendong seorang gadis sambil menggerutu. Lelaki itu pikir bukan kesalahannya gadis yang kini pingsan dengan darah mengalir di dahi itu tiba-tiba tertabrak mobilnya. Hanya saja orang-orang yang menjadi saksi tertabraknya gadis itu oleh mobilnya mengancam akan melapor polisi jika bukan dia sendiri yang membawa korban ke rumah sakit.

Semua mata tertuju padanya. Berbagai variasi pula tatapannya. Hanya saja lelaki cuek itu tak menghiraukannya dan kembali berjalan ke arah pintu belakang mobil dan membukanya. Menyimpan sang korban yang tak sadarkan diri. Dengan langkah berat Sehun melangkah menuju pintu pengemudi, masuk, duduk, dan menginjak pedal gas dengan rasa kesal yang meningkat.

Di tengah perjalanan Sehun menengok ke belakang. Tepat saat jalanan kembali macet. Matanya melihat wajah gadis yang kini tertidur pulas–pingsan– dengan darah mengalir di dahi. Semakin lama darah yang mengalir semakin banyak. Membuatnya khawatir. Bukan hanya pada gadis itu—ternyata Sehun juga memiliki secuil rasa khawatir padanya— tapi pada jok mobilnya. Ia tak mau darah gadis itu menempel di jok mobilnya dan menyebabkan bau amis darah menempel disana. Sangat menyebalkan.

15.00 PM KST , Seoul Internasional Hospital.

"Dia baik-baik saja, hanya terdapat luka kecil. Benturan yang terjadi hanya membuatnya pingsan, tapi itu tidak begitu serius," jelas Han uisa selesai mengecek keadaan gadis itu.

Sehun mengangguk dan tersenyum tipis. "Terimakasih uisa-nim," ucap Sehun.

"Ne."

Han uisa berlalu pergi meninggalkan ruangan diikuti beberapa suster yang sedari tadi tak berhenti melirik Sehun sembari menebar senyuman semanis mungkin. Hanya saja Sehun tak menghiraukan. Miris sekali.

Sehun berbalik menghadap ke arah dimana gadis korban tersebut terbaring lemah dengan kapas dan plester di dahi. Mengamatinya lamat-lamat. Mata besar dengan kantung mata hitam dan wajah yang pucat. Pasti terjadi sesuatu pada gadis ini. Itulah yang ada di pikiran Sehun.

Baru saja hendak memalingkan wajah, benda yang terpasang di pergelangan tangan gadis itu membuat pergerakannya terhenti. Sehun memutar kembali kepalanya dan mulai mengamati benda tak asing yang ajaibnya berada pada pergelangan tangan gadis asing itu. Gelang emas yang ditengahnya terdapat simpul mati menyambung dengan gelang emas tersebut.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang