Chapter-9

3.9K 403 4
                                    


Lisa menghela napas kasar sesaat setelah tubuhnya berhasil mendarat di atas kasur. Nafasnya dibuat teratur membuat jantung juga berdegup sesuai ritme. Mata bulat itu memandangi langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Entahlah, akhir-akhir ini ia sering melamun. Kendati sering melakukannya, tapi tak pernah sampai selama ini. Jika jam dapat menghitung berapa lama seseorang melamun, sepertinya Lisa akan meraih rekor tertinggi.

Bagi Lisa, melamun itu bervariasi. Ada melamun yang memang tak memikirkan apapun. Ada juga yang melamun sambil berkhayal. Gadis itu memasuki kategori kedua. Sedari kecil, lamunan terasa menyenangkan bagi Lisa. Ia dapat menjelajahi dunia yang ia bangun setiap waktu. Terasa menyenangkan karena dengan begitu Lisa tak harus pusing-pusing menghadapi cobaan tak terduga karena dirinya-lah yang mengatur dunianya. Dimana ia dengan mudahnya dapat membangun dunia menyenangkan yang terkadang berhasil membuatnya tersenyum sendiri.

Membangun khayalan fantasi, romantisisme, dan berbagai genre lainnya. Cukup membangun mood-nya, saat keadaan baik maupun buruk. Khayalannya terkadang sampai diingat dalam jangka waktu yang cukup panjang. Bahkan Lisa tak jarang menuliskannya di kertas maupun aplikasi note di ponsel. Sepertinya gadis itu cukup berbakat menjadi penulis.

Ddrrtt!

Beberapa lama kemudian, getaran yang berasal dari benda persegi yang menyala di atas nakas membuat lamunan gadis itu buyar seketika. Lisa dengan malas beranjak dari posisinya dan bersusah payah meraih benda tersebut. Setelah berhasil, matanya memeriksa siapa yang berhasil mengganggu lamunan damai-nya yang menyenangkan.

Oh Sehun

Biasanya Lisa mendecak kesal atau menggerutu tak jelas, mengingat akhir-akhir ini lelaki itu sering mengganggunya lewat pesan beruntun atau menelfon di waktu yang tidak tepat— melamun salah satunya. Tapi, sekarang gadis itu malah diam. Menatap dan membiarkan ponsel itu berbunyi, menyala menampilkan nama tersebut. Seolah berteriak minta diangkat karena itu sangat mengganggu. Tapi gadis itu masih terdiam. Entah malas entah sedang menimbang-nimbang.

Hingga tepat di dering terakhir, gadis itu menggeser logo hijau di layar ponsel dan dengan ragu-ragu menempatkan benda tersebut di telinganya. Jantungnya berdegup, hal tersebut terjadi jika sesuatu yang menyenangkan atau menyeramkan terjadi. Kini Lisa memakai kedua alasan tersebut. Di waktu yang bersamaan.

"Halo? Ini Lisa, kan?"

Lisa bungkam sesaat. Kemudian berdeham untuk menghilangkan kegugupan.

"Iya."

Lelaki di seberang telfonnya terkekeh. Entah apa yang lucu. Lisa pikir lelaki itu gila, mungkin. Setahunya, jika seseorang tertawa tanpa sebab yang jelas, bisa dikatakan orang tersebut gila.

"Kenapa tertawa?"

"Aku tidak tertawa."

"Terkekeh itu tawa kecil."

Lagi-lagi lelaki itu tertawa, kali ini tertawa. Beda dengan terkekeh, ok?Oh, Lisa jadi pusing. Aneh, pikirnya. Apa yang lucu, sih!?

"Ada apa? Menelfon malam-malam."

Lelaki itu tak bicara. Hening. Hanya terdengar desingan Air Conditioner yang menyala. Baik dari seberang telfon maupun dari tempat Lisa sekarang.

Tanpa Lisa ketahui, Sehun tersenyum. Memikirkan kembali alasannya menelfon gadis itu tengah malam. Sebenarnya tidak benar-benar tengah malam, hanya saja waktu menunjukkan bahwa di jam tersebut orang-orang sudah terbang ke alam mimpi.

Sehun juga merasa aneh pada dirinya sendiri. Ia tak biasanya tidur larut malam, kecuali jika memang ada hal penting yang harus di lakukan. Tapi, sebelum ia memutuskan untuk menghubungi gadis itu, Sehun tak melakukan kegiatan apapun. Sehingga berakhir dengan mengganggu orang malam-malam dengan menelfon tanpa tujuan.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang