"Bisa kita—""Maaf, aku sibuk."
Bip!
Lisa menghela napas setelah mengetuk tanda memutus panggilan di layar ponselnya. Tubuhnya merosot, terduduk lemas di sofa putih yang terletak di ruang tengah. Mata Lisa menerawang ke segala arah, biasanya selagi otaknya sibuk berpikir, berkhayal, dan sebagainya.
Tapi kali ini pikirannya hanya terisi oleh satu hal; satu orang, satu pertanyaan, dan satu perkiraan. Gadis itu bisa saja langsung menanyakan pertanyaan tersebut sehingga beban pikirannya bisa jadi berkurang. Hanya saja rasa gengsi mengalahkan rasa keingintahuan. Dimana rasa tersebut kini tertanam lebih dalam dibanding rasa ingin tahu yang membebankan.
Dddrrrttt!
"Ugh! Apa lagi, sih!?"
"Halo."
"Halo, Lisa aku—"
"Kubilang aku tak mau."
"Dengar dulu—"
"Apa!? Masih ingin menggangguku? Ada apa sih denganmu, apa tidak ada kegiatan lain selain mengganggu hidupku? Aku lelah, setiap hari kau melakukan ini, hanya untuk apa? Untuk memastikan bahwa aku gadis hilang yang kau cari? Hm!?"
Lisa menarik napas dalam. Emosinya mulai tak terkontrol.
Setelah itu, tak ada yang bicara.
Hening meraja.
Rasa canggung mulai terasa. Tiba-tiba Lisa merutuki dirinya sendiri, terkadang saat emosinya tengah memuncak, kalimat yang diucapkannya tak disaring terlebih dahulu dan membuat orang lain sakit hati.
Baru saja Lisa hendak bicara, tiba-tiba lelaki itu menyela.
"Alicia Manoban."
Seketika Lisa terdiam. Jantungnya seolah berhenti berdegup. Pandangannya kosong kala pikirannya berusaha mencari memori yang hampir—atau bahkan hilang. Mencoba membuat gadis itu mencerna dengan baik mengapa lelaki di seberang telfon menyebutkan nama tersebut.
"Aku bilang aku bukan—"
"Aku tidak peduli! Sudah ku katakan berkali-kali aku tidak peduli. Kau Alice atau Lisa itu bukan masalah besar bagiku. Aku, hanya rindu padanya. Hanya ingin bertemu, apa itu salah?"
Lisa kembali terdiam. Kini melamun. Dengan pendengarannya yang masih aktif mendengar suara lelaki tersebut. Lelaki yang tanpa disadari mulai memasuki kehidupannya. Mulai merubahnya, entah bagaimana caranya yang pasti untuk sekarang Lisa tak mengerti apa yang lelaki itu katakan.
"Kalau merindukannya kenapa ingin bertemu denganku?"
Hening.
Tak ada jawaban dari si pria. Lisa pikir sambungan telfon terputus, tapi saat memeriksa kembali layar ponselnya, sambungan masih tersambung. Itu artinya lelaki itu memang tak mengatakan hal apapun dan terdiam selama beberapa detik. Membuat Lisa semakin penasaran dengan apa yang akan lelaki itu sampaikan.
"Kau gadis itu. Kau Alice. Alice-ku yang hilang."
–o0O0o–
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fiksi Penggemar#1 in hunlice - 20 Juli 2018 Segala yang ada pada diri gadis bernama Lalisa itu menciptakan rasa candu baginya. Semuanya mungkin untuk Oh Sehun, tak lama lagi, gadis itu akan menjadi miliknya, tak peduli dengan masa lalu. Sehun akan kembali memili...