Chapter-2

8.1K 760 12
                                    


"Pakai ini, maka kau tidak akan melupakanku."

"Tapi aku tidak akan melupakanmu baik memakai gelang ini atau tidak."

Lelaki itu menatap gadis di hadapannya.

"Benar. Hanya saja aku takut melupakanmu kemudian kehilanganmu. Ini sebagai pengingat, bahwa kau merupakan orang penting di hidupku, selalu dan selamanya."

–o0O0o–

Oh Sehun menatap gadis di hadapannya yang tengah lahap menyantap semangkuk ramyeon. Nafsu makannya seketika hilang. Entah mengapa melihat gadis yang baru ia ketahui bernama Lisa makan saja sudah membuatnya kenyang. Sekejap Sehun mengalihkan tatapan pada gelang yang semakin lama semakin mengusik pikirannya. Membuatnya berkecamuk. Antara menerima kenyataan lama yang selama ini ia percaya atau menerima kenyataan baru bahwa apa yang menjadi beban pikirannya selama ini salah.

Lelaki itu ingin bertanya. Tapi ia sadar, gadis di hadapannya tak mungkin memberitahu orang asing sepertinya mengenai gelang tersebut.

Saat Sehun masih asyik memandangi Lisa menyantap makanan, tiba-tiba gadis itu tersedak.

"Uhuk! Tol-ong— uhuk! Minum— uhuk!"

Sehun dengan cepat membuka sebotol air putih dan menyodorkannya pada Lisa. Dengan cepat gadis itu meneguknya tergesa-gesa. Air di dalam botol itu habis separuhnya.

Lisa pun terengah setelah selesai meneguk tergesa-gesa air di dalam botol tersebut. Pandangannya beralih ke arah lelaki di hadapannya yang tengah memperhatikannya.

"Kenapa?" Tanya Lisa.

Sehun mengerjab, seolah baru tersadar dari lamunannya. Lelaki itu berdeham, kemudian membenarkan posisi duduknya. Lisa memandang heran Sehun yang tengah menjepit mie dengan sumpit. Memasukkan ke dalam mulut dan membuat pipin menggembung. Sekejap lelaki itu berhenti mengunyah, tatapannya kembali beralih pada Lisa yang menatapnya.

"Apa?"

Lisa terdiam tanpa merubah cara memandangnya pada Sehun. Kepala gadis itu menggeleng-geleng, tak habis pikir dengan tingkah laku lelaki yang baru ditemuinya.

"Eum ... oh, iya. Siapa namamu?" tanya Lisa.

Tanpa mengalihkan pandangannya juga tanpa berhenti mengunyah makanan yang berada di dalam mulut, lelaki itu menjawab.

"Sehun."

Lisa terdiam. Sekejap pikirannya terasa kosong. Kemudian kembali bekerja, hanya saja kali ini otaknya masih mengulang nama lelaki itu. Seperti mencari memori yang pernah terkubur, tapi tak kunjung muncul. Seolah memang takdirnya adalah untuk tak ditemukan.

"Sehun?"

"Hm."

"Oh Sehun?"

Seketika lelaki itu berhenti bergerak. Matanya lagi-lagi tertuju pada gelang itu, dan perlahan beralih ke wajah gadis itu. Ada perasaan bersalah kala melihat mata itu menatapnya dalam. Hatinya seperti tertoreh pisau. Otaknya mengatakan untuk memalingkan wajah, tapi hatinya seolah masih nyaman memandangi wajah itu yang entah sejak kapan membuat hatinya terasa damai.

"Bagaimana bisa kau tahu?"

Lisa mengerjab tak mengerti apa yang diucapkan lelaki itu. Sebenarnya tak hanya apa yang lelaki itu ucapkan tapi juga apa yang tiba-tiba ia sendiri ucapkan. Entah kenapa otaknya memerintahkannya untuk menyebut nama itu. Walaupun sebenarnya ia tak tahu bagaimana bisa apa yang diucapkannya benar.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang