"Kau salah orang, aku bukan Alice."Kata-kata itu terus berputar di kepala Sehun. Mengingat bahwa ia sudah dengan percaya diri menyatakan bahwa gadis itu bernama Alice. Gadis yang ia cari selama bertahun-tahun walau nyatanya telah pergi. Sehun tak menerima kenyataan tersebut. Walau semua orang mengatakannya, ia tak percaya. Rasa bersalah itu ingin ia hapus. Hidupnya hancur tanpa gadis itu. Tujuannya untuk hidup adalah bersama Alice. Cinta pertama, juga terakhirnya.
–o0O0o–
Gadis bersurai coklat dengan tubuh mungil terbalut gaun putih sepaha itu menunduk. Menanti lelaki kesukaannya datang. Dengan senyum mengembang tanpa niatan luntur barang sedetik. Berdiri dibawah pohon besar sembari memainkan kaki mungilny yang terbalut sepatu flatshoes putih, pemberian dari si lelaki. Hatinya berdegup kencang. Hari ini, ia akan mengatakannya. Walau terdengar gila, tapi ia harus mengatakannya.
"Sudah menunggu lama?"
Suara tersebut menghentikan gerakannya. Kepalanya terangkat. Matanya menangkap mahluk Tuhan yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu.
Hening menguasai. Gadis itu hanya dapat mendengar suara degupan jantungnya. Berdetak begitu cepat.
"Ah, tidak kok."
Gadis itu tersenyum kala lelaki itu menggandeng tangannya menuju sebuah batu tepat di bawah pohon rindang. Menaungi keduanya, melindungi dari panas matahari yang membakar kulit. Keduanya kini tengah duduk di atas batu besar tersebut. Terasa nyaman kala pepohonan menjadi pemandangan indah yang menyegarkan mata.
"Ada apa?"
"Eh?"
Gadis itu kembali menunduk. Hal ini sudah ia persiapkan sejak lama. Setelah memastikan bahwa hatinya memilih lelaki itu, gadis tersebut tanpa basa-basi ingin menyatakannya. Tapi ia gugup, ini pertama kalinya. Menyukai seseorang adalah hal baru baginya. Otaknya kini kembali bekerja. Menimbang-nimbang antara harus menyatakan atau tidak.
"Itu ... aku ..."
"Tidak apa-apa, katakan saja."
Lelaki itu memasang senyuman. Menambah kesan manis di wajahnya yang tampan.
Gadis itu terdiam sejenak. Mengatur napas juga degupan jantungnya. Hatinya semakin jelas mengatakan bahwa ia memilihnya. Lelaki itu berhasil mengendalikan hatinya. Senyuman itu terasa damai dan menenangkan hati.
Gadis itu memejamkan mata. Baiklah, ia harus melakukannya.
"Aku menyukai—"
"Jangan!"
Mata bulat milik gadis itu terbuka. Perlahan membesar. Hatinya belum siap untuk jawaban lelaki itu. Bagaimana bisa lelaki itu meno—
"Hei! Aku belum selesai."
Gadis itu kembali bernafas setelah sekian lama menahannya. Ia gugup setengah mati, takut jika lelaki itu malah membencinya. Mendadak ia menyesali—
"Jangan berpikir yang tidak tidak."
Gadis itu melebarkan matanya. Wah, apakah lelaki itu membaca pikirannya? Bagaimana bisa?
"Maksudku, jangan kau yang menyatakannya duluan."
Kerutan di dahi langsung menghiasi wajah gadis itu. Bingung. Oh, kenapa lelaki itu bicara setengah-setengah.
"Wanita tidak boleh menyatakannya duluan. Harus lelaki. Kau beruntung, karena aku akan menyatakannya lebih dulu."
Hening. Hanya suara angin yang terdengar, begitupun degupan jantungnya. Degupan berirama kedua insan yang tengah bertatapan, seolah menciptakan melodi karena memang takdir keduanya adalah bersama. Walau keduanya tak menyadari hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fanfiction#1 in hunlice - 20 Juli 2018 Segala yang ada pada diri gadis bernama Lalisa itu menciptakan rasa candu baginya. Semuanya mungkin untuk Oh Sehun, tak lama lagi, gadis itu akan menjadi miliknya, tak peduli dengan masa lalu. Sehun akan kembali memili...