"Apa!? Menginap!?"Sehun memejamkan mata kala suara teriakan memasuki indera pendengarannya. Tangannya mengusap kuping yang terasa panas akibat teriakan kencang bak kucing terjepit hampir merusak gendang telinganya.
Lelaki itu mendengus malas. Tangannya bertumpu pada setir mobil. Ya, mereka sedang di dalam mobil.
"Bisa tidak, sih, tidak berteriak sekali saja?"
Sehun mulai geram. Lama-lama ia harus memeriksakan telinganya ke dokter takut-takut ada yang salah.
Lisa, si penyebab Sehun sering sakit telinga terlihat acuh. Melipat tangan di depan dada dan memalingkan wajah ke segala arah.
Sehun tampak mengerti bahwa Lisa takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan — bagi Lisa. Tapi mau bagaimana lagi. Langit mulai gelap. Apa lagi jalan pulang dari tempat mereka sekarang agak curam. Sehun hanya tak mau terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Tapi ini sudah malam, Lisa."
"Aku tidak peduli. Suruh siapa membawa-ku kesini."
Sehun sadar sepenuhnya bahwa sikap Lisa berubah. Tak seperti Alice yang tak pernah menggerutu, mengomel tidak jelas, apa lagi berteriak. Sehun tidak pernah sakit telinga setiap berdekatan dengan Alice.
Kendati begitu, Sehun merasa nyaman dengan Lisa. Bukannya ia sudah tidak merindukan Alice yang dulu. Tapi entah kenapa, seiring berjalannya waktu dengan usianya yang semakin bertambah, Sehun juga berubah. Itu sebabnya ia merasa nyaman dengan Lisa yang juga berubah. Menjadi lebih aktif, periang, dan cerewet. Sehun lebih suka Lisa seperti ini. Lisa yang akan mengatakan bahwa ia tak nyaman, ia takut, ia sedih dan sebagainya. Lisa yang to the point, istilahnya.
Lama kelamaan Sehun dapat memahami karakter Lisa. Juga memahami cara menghadapinya walau terkadang Sehun lupa.
"Yak! Jangan melamun. Aku lelah, ingin istirahat. Ayo pulang."
Lisa mengguncang lengan kokoh Sehun. Membuat lelaki itu tersentak sesat. Tanpa disadari, lelaki itu tersenyum tipis. Untung Lisa tak melihatnya, kalau tidak gadis itu akan mengira Sehun sudah kehilangan akal.
"Lisa, dengar dulu."
Percuma, Lisa tak berhenti mengguncang lengan Sehun. Gadis itu masih merengek minta diantar pulang. Sialnya Sehun jadi bingung.
Grep.
"Lisa."
Terdengar lembut tapi tegas. Lisa merasa terpanggil sekaligus tersentak. Apa lagi kedua tangannya telah dikunci oleh lelaki itu.
Sehun menggenggam paksa tangan Lisa. Walau Lisa semula menolak, lama kelamaan gadis itu terdiam. Tak berkutik karena tatapan Sehun yang begitu intens. Bukannya takut, tapi Lisa malu. Itu sebabnya ia menunduk. Membiarkan Sehun tetap menatapnya dengan senyum tipis mengembang.
"Dengar. Kau sendiri tahu, jalan menuju tempat ini agak curam. Kini langit sudah gelap, kau mau terjadi sesuatu—"
"Lagi pula kenapa membawaku ke sini."
"Karena aku ingin membahagiakanmu."
Lisa tertegun. Gadis itu mendongak. Tatapannya bersirobok dengan tatapan Sehun. Akal pikirannya mengatakan untuk berpaling, tapi Lisa tak bisa. Tatapannya seolah terkunci. Dengan cara apa Lisa tak tahu, yang pasti Lisa tak sadar bahwa tangannya telah mengait sempurna dengan tangan Sehun. Memasukkan jari-jari kecilnya ke sela-sela jari Sehun. Terasa hangat dan nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/149007893-288-k973177.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fanfiction#1 in hunlice - 20 Juli 2018 Segala yang ada pada diri gadis bernama Lalisa itu menciptakan rasa candu baginya. Semuanya mungkin untuk Oh Sehun, tak lama lagi, gadis itu akan menjadi miliknya, tak peduli dengan masa lalu. Sehun akan kembali memili...