Chapter 2

6.6K 196 1
                                    

Happy reading!

Mita, Hanny, dan Zahra saat ini tengah menuju ke gerbang depan sekolah mereka sesuai perjanjian dengan Zaidan, suami Zahra. Dan benar saja, sebuah mobil terparkir di sana.

"Sana lu bilang dulu ama laki lu! Entar kalau ngak di bolehin, kita ngak malu." Ujar Mita.
"Iya, iya. Kalau dia ngak bolehin, kan bisa gue paksa. Entar ya," Zahra segera menuju ke mobil tersebut.

"Assalamu'alaikum," Salamnya sembari membuka pintu mobil dan mendekat untuk mencium punggung tangan Zaidan.
"Wa'alaikumsalam. Ayo masuk! Kenapa masih di luar?" Tanya Zaidan bingung.

"Mas, Mita sama Hanny ikut pulang bareng boleh?" Tanya Zahra dengan nada merengek. Zaidan tersenyum lalu mengangguk. Zahra berterima kasih pada Zaidan lalu menatap kearah Mita dan Hanny.

"Gimana?" Tanya Mita dan Hanny. Zahra mengangguk, "Boleh!" Mita dan Hanny segera menuju mobil milik suami Zahra dan duduk di kursi penumpang di bagian belakang, sedangkan Zahra di depan bersama suaminya.

"Maaf ya, pak, jadi ngerepotin." Ucap Mita dan Hanny.
"Tidak apa-apa." Jawab Zaidan singkat.

"Mas, kita sekalian makan siang ya?"
"Iya."
"Ajak kak Rafka sama kak Ashad, biar Hanny sama Mita ada temennya." Ucap Zahra sembari melirik keduanya di belakang.

"Ih, apaan sih lo, Zah!"
"Ya daripada kalian jadi obat nyamuk, mending ajakin temen-temen mas Zaidan aja. Siapa tau jodoh kan?" Zahra menaik-turunkan alisnya.

"Dasar mak comblang lu! Kita biasa aja kali. Udah biasa jadi obat nyamuk."
"Udah, kalian ngak bakal nyesel kok kalau sama temen-temen mas Zaidan. Ganteng dan di jamin masih original. Mas Zaidan sama temen-temen nya mah sepaket. Jadi kalau gue ama mas Zaidan, lu berdua juga ama temennya. Iya kan, mas?" Zahra mencari persetujuan suaminya.

"Mas iyain aja apa kata Zahra." Ucap Zaidan sembari tetap fokus pada jalan di depannya.
"Ih, mas ngak seru! Oiya, kita makan di mana, mas?"
"Rafka pengen nya di PH." Jawab Zaidan.

"Wih! PH. Tempat kesukaan lo kan, Han? Sejodoh kayaknya sama kak Rafka." Goda Zahra pada Hanny.
"Lo apaan sih, Zah!"
"Ya ngak apa kali, Han. Kak Rafka itu tentara yang baru aja dapat pangkat tinggi karena selalu ngerjain tugas dengan baik. Dan di jamin ganteng deh!"

"Ehem!" Zahra terkejut ketika mendengar dehaman Zaidan. Ia menatap Zaidan yang terlihat cemburu dengan perkataannya.

"Maaf, mas. Kan cuma mau promosikan ke Hanny."
"Hmm."
"Yah, ngambek. Aku bercanda, mas." Zahra mengecup pipi Zaidan hingga pria itu tersenyum malu. Hanny dan Mita melongo ketika melihat sahabat mereka yang biasanya malu-malu sekarang bertingkah agresif kepada seorang laki-laki, walaupun itu suaminya sendiri.

"Zahra berubah ya," Bisik Hanny pada Mita.
"Ngak apa lah. Suaminya juga. Gue yakin kalau pak Zaidan baik orangnya."

Sesampainya di tempat tujuan,
"Ayo!" Zahra menggandeng Mita dan Hanny, meninggalkan Zaidan di belakang mereka.
"Laki lo ngak marah lo sama kita?" Tanya Mita.
"Kenapa musti marah? Dia tau kok kalau gue sayang sama sahabat-sahabat gue. Udah, dia ngawal aja di belakang." Zahra tersenyum pada Hanny dan Mita.

"Yang, itu mereka!" Zahra menoleh ketika Zaidan memanggilnya. Ia mengikuti kemana arah Zaidan menatap. Terlihat dua orang pria berbeda umur dengan pakaian formal mereka tengah duduk di sebuah meja yang ada di pojok ruangan dengan ponsel masing-masing di tangan.

"Ayo!" Zahra menggandeng Mita dan Hanny untuk menghampiri kedua pria itu.

"Wess! Apa kabar, bro?" Zaidan bertos ria dengan kedua pria tadi.
"Baik lah, bang. Kalau bang Ashad mah, ngak perlu di tanya, buruk dia." Ujar si pria berkemeja hitam.
"Sialan lo, Raf!" Pria berkemeja putih dengan jas hitam itu memukul kepala si pria berkemeja hitam dengan kesal.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang