Chapter 15

3.9K 125 2
                                    

Happy reading!

3 Juli,
"KITA LULUS!!!" Teriak ketiganya dengan gembira. Mereka juga saling berpelukan erat karena bahagia, akhirnya mereka wisuda setelah beberapa tahun mereka berkuliah.

Orang tua Mita, orang tua Hanny, orang tua Zahra, orang tua Ashad dan Rafka, beserta orang tua Zaidan juga ada bersama mereka. Mereka ikut merasakan kebahagiaan anak-anak mereka. Tak lupa, Ashad dan Zaidan juga ada di sana.

"Mas Rafka tugas, gue sedih dia gak ada...." Lirih Hanny sedih.
"Kata siapa aku gak ada?" Suara berat khas Rafka membuat semua orang yang ada di sana menoleh. Rafka berdiri beberapa meter dari mereka masih dengan baju dinasnya.

"MAS RAFKA!!" Teriak Hanny sambil berlari ke pelukan Rafka. Saking eratnya, tubuhnya sampai terangkat dari tanah. Air mata sudah mengalir deras di pipinya. Bahkan Rafka bisa mendengar isakan istrinya itu.

"Hei, kenapa menangis? Aku sudah selesai bertugas dan datang kesini untuk melihat wisuda istriku, tapi kenapa aku malah mendapatkan air matanya?"

"Mas jahat! Mas jahat! Hiks, hiks...aku kayak orang gila sedih-sedih karena tau mas gak bisa datang. Hiks, mas jahat!" Hanny memang kesal, tapi pelukannya malah semakin erat memeluk tubuh Rafka. Rafka tersenyum dan mencium puncak kepala Hanny.

"Maaf, sayang. Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu. Maafkan aku, ya?" Rafka menangkup wajah Hanny. Hanny mengangguk. Rafka menghapus air mata Hanny. Setelah itu, mereka bergabung dengan yang lain.

"Mas, Zahra mau ngomong sesuatu sama mas." Ujar Zahra tiba-tiba. Zaidan menatap Zahra lalu mengusap kepala sang istri dengan lembut.
"Mau ngomong apa?"
"Zahra hamil, mas."

DUAR!!
Buket bunga yang di pegangnya jatuh seketika. Seperti ada sebuah petir yang menyambar jantungnya saat ini.

Hamil?!

Satu kata itu mampu menjelaskan semuanya. Selama ini, ia di bohongi. Di bohongi oleh sahabat dan orang yang ia cintai. Tapi, ia tidak bisa marah. Rasa cintanya lebih mendominasi daripada rasa kecewanya.

"Jery, ini bunganya kenapa ja...." Perkataan Jihan terpotong ketika Jery berlalu begitu saja. Jihan yang baru datang bingung ketika melihat Jery yang terlihat aneh. Jihan pun segera berlari menyusul Jery.

"Hamil?! Kamu hamil?!" Tanya Zaidan tak percaya. Zahra mengangguk. Air mata mengambang di pelupuk mata Zaidan. Ia berlutut di depan perut Zahra. Ia usap perut rata Zahra dan sedetik kemudian bibirnya mendarat juga di sana.

"Assalamu'alaikum, anak ayah. Selamat datang di keluarga kita. Cepat keluar dari perut bunda dan kita akan bermain bola bersama." Ujar Zaidan.
"Wa'alaikumsalam. Mas, dia masih kecil, dia gak bisa dengar mas ngomong. Baru dua minggu." Kekeh Zahra. Semua orang pun ikut tertawa melihat kepolosan Zaidan.
"Gak papa, setidaknya, dia tau kalau ini ayahnya yang mengusap perut bundanya. Terima kasih, sayang, terima kasih." Zaidan berdiri dan langsung mencium kening Zahra.
"Zahra bahagia hamil anak mas Zaidan. Zahra bahagia."
"Selamat ya!" Lengkap sudah kebahagiaan ketiga sahabat itu. Memiliki keluarga lengkap, suami yang mencintai mereka dan anak yang ada di kandungan salah satunya.

💔💔

Jery berusaha menahan air matanya. Tapi tidak bisa. Baru kali ini ia mencintai seseorang begitu tulus dan berencana melamarnya, tapi apa yang ia dapatkan? Kekecewaan saja. Ia menyesal, kenapa tidak sejak dulu dia menaruh curiga pada hubungan Zahra dan Zaidan? Kenapa dia tidak berusaha mencari tahu apa hubungan mereka yang sebenarnya? Kini, ia hanya bisa diam dan berusaha untuk menerima semua ini. Baginya, kebahagiaan Zahra adalah kebahagiaannya. Dan baginya, cinta yang sejati itu adalah melihat orang yang ia cintanya bahagia walau tidak bersamanya. Ia akan berusaha untuk menerima semua ini. Ia akan pergi dari kehidupan Zahra mulai saat ini. Ia tak ingin menganggu kebahagiaan wanita yang ia cintai.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang