Chapter 8

4.1K 146 2
                                    

Happy reading!

"Jer, makasih ya, lo udah antar gue pulang." Ucap Zahra setelah keluar dari mobil sport mewah milik Jery.

"Sans ae lah, Zah, lo kan sohib gue." Ucap Jery sembari tersenyum.
"Hati-hati ya, Jer! Gue masuk dulu, assalamu'alaikum." Salam Zahra pada Jery.
"Iya, wa'alaikumsalam. Good night and happy sweet dreams." Ucap Jery sebelum melajukan mobilnya. Zahra hanya tersenyum. Ia memutar tubuhnya dan berjalan masuk kedalam rumah.

"Assalamu'alaikum," Salamnya pelan. Sepi. Tak ada yang menjawab. Jelas saja, tak ada seorangpun di rumah. Zahra masuk kedalam kamar dengan langkah gontai. Ia meletakkan tasnya di atas sofa lalu membanting tubuhnya keatas kasur. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir dengan derasnya. Isakannya terdengar nyaring memenuhi kamar. Sungguh, Zahra hanya ingin menuntaskan apa yang ia rasakan saat ini.

Bayangan saat wanita itu memeluk lengan kekar Zaidan membuat hatinya sakit. Ia sendiri bingung, entah apa yang ia rasakan pada Zaidan sekarang. Cinta? Ia tidak yakin sudah memiliki perasaan itu pada Zaidan. Tapi, biar bagaimanapun Zaidan adalah suaminya. Pria yang selama ini selalu memanjakannya dan memberikannya banyak perhatian. Apalagi setelah mereka menikah. Sayang? Zahra sangat menyayangi Zaidan. Nyaman? Tentu dia nyaman dengan Zaidan. Perempuan mana yang tidak nyaman jika di beri perhatian dan di manjakan oleh pria setampan Zaidan? Zahra juga tak menyangkal hal itu. Demi apapun, Zahra percaya pada Zaidan. Tapi, sikap acuh Zaidan ketika wanita itu memeluk lengannya membuat kepercayaan Zahra sedikit goyah. Apalagi, sekarang Zaidan belum juga kembali kerumah. Padahal, Zaidan selalu pulang sebelum azan magrib berkumandang. Dan sekarang, azan magrib sudah berkumandang. Tak ingin berlarut-larut, Zahra segera bangkit. Ia ingin mengganti pakaiannya dan mendirikan sholat magrib. Zahra berdiri di depan lemari sembari memilih pakaian santai apa yang akan ia pakai. Setelah menemukannya, Zahra akan membuka pakaiannya, tapi tepat saat itu, pintu kamar juga terbuka, bersamaan dengan masuknya Zaidan ke kamar dengan wajah lelahnya. Zahra terkejut. Ia tidak sadar bahwa saat ini, pakaiannya sudah terangkat hingga keatas dadanya. Zaidan pun seperti betah dengan keadaan tersebut dan tidak ingin menyadarkan Zahra dari kediamannya.

"Astagfirullah!" Zahra segera menurunkan bajunya dan mengambil pakaian santai nya untuk di bawa ke kamar mandi. Ia berjalan menunduk ketika melewati Zaidan yang sudah masuk sepenuhnya kedalam kamar.

"Zahra," Zaidan menahan tangan mungil Zahra. Dan entah karena apa tiba-tiba Zahra menghempas tangan Zaidan dan berlalu ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Zaidan menatap pintu kamar mandi yang tertutup dengan heran. Biar bagaimanapun, ia tentu bingung dengan apa yang dilakukan oleh Zahra barusan. Baru kali ini Zahra berani menolak sentuhannya. Apalagi tadi ia memanggil gadis itu dengan lembut sekali. Tak ambil pusing, Zaidan segera mengambil pakaiannya dan menuju kamar mandi lain untuk segera mandi. Ia tentu tak ingin ketinggalan sholat magrib.

Sekembalinya ke kamar, ia melihat Zahra sedang merapikan peralatan sholat nya. Mata mereka sempat bertemu, tapi Zahra dengan cepat memutus semuanya. Zahra berjalan acuh keluar dari kamar dan melewati Zaidan yang berdiri diam di ambang pintu kamar dengan wajah penuh pertanyaan. Zaidan masuk kedalam kamar dan segera mendirikan sholat magrib. Biasanya, ia sholat di masjid dekat rumah, tapi karena ia tadi pulang sedikit terlambat, ia terpaksa sholat di rumah. Dan biasanya juga, bila Zaidan memutuskan sholat di rumah, Zahra akan menunggunya untuk sholat berjamaah. Tapi kenapa tadi....ahhh...Zaidan dengan segera mengenyahkan pikiran negatif di pikirannya terhadap Zahra. Biar bagaimanapun, ia belum menanyakan perihal keanehan sikap Zahra.

Setelah sholat dan merapikan peralatan sholat. Zaidan segera keluar dari kamar untuk menyusul Zahra yang ada di dapur.

Sesampainya di dapur, Zaidan melihat Zahra yang berjalan kesana-kemari untuk mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan. Zaidan terus memperhatikan Zahra tanpa menghampiri gadis itu.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang