Chapter 3

5.9K 173 2
                                    

Happy reading!

Mita pov,
Sebenarnya, nikah muda itu impian gue dari SMP. Apalagi semenjak gue tau aplikasi wattpad. Dan genre yang paling sering gue baca itu spiritual. Jadi ya gini nih, pengen banget nikah muda. Khayalan gue itu, nikah sama dosen ganteng atau dokter ganteng yang umurnya ngak jauh-jauh banget dari gue. Yaaa..kisaran dua pulahan lah. Eh, sekali dapet malah dapat om-om. Lu semua tau kagak? Kak Ashad, calon suami gue itu udah kepala tiga. Yang gue tau dari calon mertua gue sih gitu. Emang ganteng sih, tapi kan sekali om-om tetap om-om. Bisa aja dia punya simpenan tante-tante girang. Secara dia ganteng, kaya, dan gayanya yang cool itu bikin siapa aja gemes liatnya. Gue aja gitu, wkwk. Gue ngebayangin, gimana kalau entar gue dah nikah sama dia, terus tiba-tiba ada tante-tante datang kerumah terus minta pertanggung jawaban sama dia? Entar gue di kemanain? Ah, mumet gue mikirin itu. Tante Amira, calon mertua gue emang ngasih waktu buat mikir jawaban atas lamaran kak Ashad, tapi gue belum dapat jawaban dari sholat istikharah gue. Udah dua hari belum juga ada jawaban. Kan mumet pala gue ini. Besok lusa, tante Amira datang lagi sama om Awan. Gue bingung nih. Dan saking mumetnya, gue lupa buat cerita sama Zahra dan Hanny. Bego gak tuh?

"Zahra! Hanny!" Gue teriak waktu sampai di kelas. Mereka kaget dong, secara kalau gue teriak mirip toa masjid.

Normal pov,
"Apaan sih, Mit?! Lo kalau mau teriak ingat tempat dong! Ini kelas bukan hutan." Ujar Hanny kesal.
"Gue mau curhat! Gue mau curhat!"

"Curhat apaan emang? Heboh amat kayaknya." Ujar Zahra.
"Gue...gue...ya Allah...gimana ngomongnya sih!" Rutuk Mita.

"Ngomong aja, somplak! Lo bikin kita kayak orang bodo tau ngak!" Teriak Hanny kesal.
"Sabar, Han, sabar..." Zahra mengusap punggung Hanny.

"Assalamu'alaikum," Belum Mita membuka mulut, Zaidan datang dengan buku di tangan kekar nya. Wajah tampannya berhasil menyedot perhatian semua siswi di kelas Mita, Hanny, dan Zahra.

"Wa'alaikumsalam, pak!"

"Laki lo ngajar di kelas kita juga, Zah?" Tanya Mita dan Hanny. Kebetulan, Zahra duduk di depan dengan seorang laki-laki bernama Jery. Sedangkan Mita dan Hanny duduk berdua di belakangnya.

"Gue aja baru tau sekarang." Balas Zahra pelan.

"Itu yang di belakang, mau saya suruh keliling lapangan?" Zahra, Hanny, dan Mita terkejut ketika Zaidan menunjuk kearah mereka dengan penggaris panjangnya.

"Maaa..maaf, pak..." Jawab Zahra, Mita, dan Hanny gugup.

"Baiklah, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya Zaidan Imran Ramadhan. Saya guru baru yang akan menggantikan pak Sulaiman untuk mengajar Fisika di sini. Apa ada yang ingin di tanyakan?"

"Bapak masih jomblo ngak?" Tanya salah satu siswi. Zahra mengepalkan tangannya di dalam kantung seragamnya. Mita dan Hanny hanya bisa diam. Mereka tau sekali bahwa Zahra tengah kesal saat ini. Apalagi ketika mereka melihat bahu Zahra yang naik-turun tidak teratur. Jika mereka menenangkan Zahra, maka Jery yang ada di samping Zahra akan curiga.

"Maaf, itu pembahasan pribadi. Dan saya tidak suka. Baiklah, buka buku kalian!"
"Baik pak!"

Sekalipun marah pada Zaidan, Zahra tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria itu. Entah kenapa, di matanya Zaidan terlihat sangat tampan ketika menjelaskan di depan kelas.

"Lu naksir pak Zaidan, Zah?" Tanya Jery.
"Hah?! Ngaco lu. Ya kali gue suka sama om-om." Ujar Zahra.
"Ahh...syukur deh," Ucap Jery pelan.
"Apa? Lo ngomong apaan, Jer?"

"Itu, yang berduaan!" Zahra dan Jery terkejut ketika Zaidan menunjuk kearah mereka.
"Yang perempuan, saya sudah memperingatkanmu sebelumnya. Sekarang, sebagai hukuman, maju ke depan dan kerjakan soal yang akan saya berikan padamu." Perintah Zaidan tegas.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang