Chapter 5

4.9K 151 0
                                    

Happy reading!

"Assalamu'alaikum, Mita!"
"Wa'alaikumsalam. Kenapa, Zah?"
"Kak Ashad, Mit!"
"Astagfirullah! Kenapa? Dia kenapa, Zah?!"
"Kak Ashad kecelakaan, Mit! Dia ada di rumah sakit....sekarang!"
"Innalillahi! Iya, iya, gue kesana sekarang. Assalamu'alaikum."
Mita dengan segera mengganti pakaiannya, menyemprotkan parfum ke pakaiannya seadanya.

"Mita, mau kemana, nak?"
"Emmm...mau ke rumah Zahra, ma. Udah dulu ya, assalamu'alaikum." Mita segera mencium punggung tangan Sarah dan berlari keluar rumah dengan tergesa-gesa. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih sejak tadi. Yang ia pikirkan hanya Ashad.

Ia menunggu angkot hampir lima menit.
"Ke rumah sakit....ya pak?"
"Siap, neng." Mita mengusap wajahnya kasar. Di dalam hati ia terus berdoa demi kebaikan Ashad. Baru saja tadi ia berbicara dengan pria itu, beberapa menit kemudian dia sudah mendapatkan berita mengejutkan tersebut.

Sesampainya di tempat tujuan,
"Terima kasih pak, ambil aja kembaliannya." Ujar Mita pada supir angkot.
"Makasih, neng." Mita segera berlari masuk kedalam rumah sakit.

"Suster, pasien kecelakaan beberapa menit lalu atas nama Ashad ada dimana ya?"
"Oh, masih ada di ruang operasi, nona. Lurus saja untuk menuju kesana."
"Baik sus, terima kasih." Mita segera melangkah cepat menuju ruang operasi.

"Mita!" Panggil Zahra.
"Zahra!" Mita langsung memeluk Zahra dan menangis di bahu gadis itu.

"Lu yang sabar ya, Mit...kak Ashad pasti baik-baik aja kok," Zahra mengusap punggung Mita.
"Harusnya dia ngak jemput gue. Dia ngak akan kayak gini...." Isak Mita.
"Sudah, Mit, jangan salahin diri lo sendiri..."

Setengah jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.
"Bagaimana keadaan sahabat saya, dok?" Tanya Zaidan pada sang dokter.
"Alhamdulillah keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Luka-luka di tubuhnya juga tidak terlalu parah. Mungkin, karena kelelahan yang membuat pasien tidak sengaja menabrak pohon hingga terjadi kecelakaan tunggal seperti tadi. Sebaiknya, keluarganya memantau bagaimana asupan makanannya. Pasien juga kekurangan banyak cairan." Jelas sang dokter.

"Baik dok, terima kasih."
"Pasien akan di bawa ke ruang perawatan, setelah itu baru boleh di besuk."
"Iya, dok."

"Lo denger kan, Mit? Kak Ashad baik-baik aja! Dia kuat karena doa kita semua." Ujar Zahra menyemangati Mita.
"Iya, alhamdulillah. Terima kasih udah nyemangatin gue, Zah." Mita memeluk Zahra.
"Sudah tugas gue, Mit. Kita kan sahabat."

🍒🍒

"Tante, maafkan saya....harusnya....kak Ashad tidak menjemput saya di sekolah...." Mita terisak di pelukan Amira.

"Bukan kesalahan kamu, sayang... Sudah ya. Lagipula, Ashad sudah baik-baik saja."

"Ma, maaf sudah bohong sama mama. Aku ngak mau mama khawatir kalau aku jujur tentang keadaan kak Ashad." Mita memeluk Sarah dengan erat.

"Sudah, mama maafkan. Lagipula kan, Ashad sudah baikan. Dia kuat karena doa kita semua."

"Mi....mittaaa..." Mita dan yang lain terkejut ketika mendengar suara Ashad. Mita menatap Sarah.
"Pergilah, dia butuh kamu." Ucap Sarah sembari mengusap kepala Mita. Mita melangkah menuju brankar. Ia hampir menetes air matanya lagi ketika melihat wajah Ashad.

"Kak..." Panggilnya lirih, tanpa menyentuh Ashad.
"Kak, sadarlah. Kita semua menunggu kesadaran kakak..." Ucapnya lirih. Saat akan beranjak pergi, sesuatu menahannya. Sesuatu yang besar dan hangat menahan tangannya.

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang