Why?

17 3 0
                                    

Vanka sedang menuntun Iren untuk masuk kedalam kamarnya,Iren masih sedikit lemah dan dikamar pun ia hanya terdiam sambil tidur.

"Mama mau cerita Van" Vanka menoleh tidak jadi pergi meninggalkan Iren yang terbaring itu.

"Cerita aja ma" Vanka duduk sambil memegang lengan Iren membuat ia tersenyum hangat menatap anaknya.

"Jadi sebenarnya mama masuk rumah sakit,karena mama shock mama kaget setelah dapet kabar kalau butik mama kebakaran sayang jadi mulai hari ini mama akan rawat kamu dengan baik,mama jaga kamu,mama gamau tinggalin kamu dirumah sendiri bahkan mama berangkat pagi kadang pulang malam setelah kamu sudah tidur mama menyesal sayang sudah mengabaikan kamu" tutur Iren dengan air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya sebagaimana seorang ibu yang seharusnya menjaga anaknya tetapi sibuk dengan uang dan uang Iren menyesal karena telah mengacuhkan Vanka tetapi ia terharu karena anaknya tidak marah sama sekali dengan Iren.

"Gak apa mah,mama denger ya Vanka gak pernah namanya marah,kesal ataupun benci sama mama walaupun mama sibuk walaupun yang ada dipikiran mama uang dan uang seperti ayah,tapi aku tetep sayang sama mama sekarang mama gak boleh sedih dan kita mulai kehidupan seperti dulu lagi ya" jawab Vanka yang sudah menangis begitupun Iren mereka saling berpelukan satu sama lain.

***
Leo mengendarai mobilnya menuju rumah Vanka ia sudah ada janji dengan Vanka malam hari itu setelah seminggu kepulangan dari rumah sakit Iren sudah bisa seperti biasa dirumah dengan membantu bibi membereskan rumah dan mulai menjaga Vanka dengan baik seperti seorang ibu lainnya.

Leo sudah sampai di depan rumah Vanka dan kemudian mengetuk pintu rumah Vanka dan terdapat Vanka dengan baju simple dan juga celana Levis berwarna putih dan make up yang simple membuat Vanka malam ini terlihat anggun.

Leo memang mengajak Vanka untuk kencan mungkin tapi bagi Vanka hanya makan malam biasa.

"Ready?" Tanya Leo tersenyum dan diangguki Vanka mereka berjalan ke arah mobil Leo dan Leo membukakan pintu untuk Vanka.

Saat sudah sampai di cafe,mereka langsung masuk dan mencari tempat untuk mereka duduki.

Pelayan datang membawa menu.

"Roti bakar sama milk shake aja" ucap Vanka setelah melihat menunya.

"Coffe capuccino sama mini cake" ucap Leo diangguki pelayan dan mengambil menunya kembali.

Leo terlihat gugup saat sama sama terdiam suasana mereka sekarang sedangkan Vanka hanya melihat handphone yang dari tadi dipegangnya sambil menunggu pesanan mereka datang.

Saat pesanan mereka datang dengan cepat Leo memakan dan meminumnya.

"Van" panggil Leo menatap Vanka yang sedang meminum milk shake nya.

"Kenapa Le?" Jawab Vanka ikut menatap Leo dan terlihat dari wajah Leo kalau ia ingin berbicara serius.

"Gua mau ngomong" kata Leo sambil menjentikkan jarinya di atas meja.

"Ngomong aja si elah" ucap Vanka agar suasana tak setegang mungkin.

"Jadi sebenernya.." ucap Leo menggantung.

"Hem?" Tanya Vanka membuat Leo semakin gugup dan dipelipisnya sudah banyak sekali keringat.

"Gua suka sama lo Van,gua tau lu anggep gua sahabat aja tapi perasaan gua lebih Van" kata Leo dengan cepat dan tanpa sadar tangannya bergetar Vanka terkejut mendengar Leo menyatakan perasaanya.

"Kenapa Le?" Tanya Vanka yang sudah mengerutkan kening dari tadi.

"Kenapa lo harus suka sama gua,gua benci itu kita sahabat dari awal kita masuk sekolah gua anggep lo kayak abang buat gua" sambung Vanka menatap Leo.

"Gua juga gatau tapi perasaan ini tiba tiba Van" jawab Leo yang menggenggam tangan kanan Vanka tetapi langsung ditepis itu.

"Gua udah bilang sama lo jangan pernah ada rasa suka diantara kita,gua sayang sama lo sebagai abang gua,lo abang buat karena lo selalu lindungi gua dan lo tetep sahabat gua yang gua anggep Abang Leo, buang perasaan lo itu" ucap Vanka menatap Leo lekat dan terlihat ada wajah kecewa disana.

"Maaf Le" Vanka bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan cafe setelah barusan ia bayar pesanannya ke kasir.

Leo mengejar Vanka setelah membayar pesanannya juga ia mengejar Vanka yang belum terlalu jauh dari depan cafe.

"Oke Van gua buang perasaan ini jauh jauh dan kita tetep sahabat" ucap Leo yang berada dibelakang Vanka yang sedang terdiam berdiri menatap jalanan didepannya Leo menghampiri Vanka dan memeluk Vanka saat melihat Vanka menangis karena sudah buat Leo kecewa tadi.

"I'ts oke,maafin gua ya" ucap Leo sambil mendekap erat tubuh Vanka.

Dan mereka pun masuk mobil Leo mengantar Vanka pulang kerumahnya.

***
Jam 20.15

"Ma aku mau ke supermarket mama nitip ga?" Tanya Vanka ke Iren yang sedang menonton tv.

"Beliin cemilan aja,uangnya ambil di nakas kamar mama ya" jawab Iren tetap fokus menonton tv.

"Bibi temenin aku ke supermarket yuk" ajak Vanka sama bibi yang sedang menonton tv juga disamping Iren.

"Ayo neng" bibi langsung bangkit dari duduknya dan berdiri disampingnya Vanka.

"Bentar bi Vanka ambil uang" jawab Vanka mengambil uang dikamar Iren.

Setelah sudah ia ambil,bibi dan Vanka langsung saja ke supermarket hanya berjalan kaki karena keluar komplek itu sudah langsung supermarket.

Padahal masih jam8 malam tapi suasana komplek sudah sepi membuat bibi sama Vanka sedikit takut untuk tetap berjalan tapi setelah sampai supermarket tidak ada apa apa mungkin hanya perasaan saja.

Setelah Vanka sudah banyak membeli cemilan dan keperluan pribadi ia kembali mencari cemilan lainnya tapi tiba tiba ia terkejut karena melihat Fandi yang juga terlihat sedang belanja.

"Fandi?" Panggil Vanka sedikit melihat wajah laki laki itu ternyata benar itu Fandi.

"Eh Vanka" Fandi tersenyum manis sambil mengambil cemilan yang berada disampingnya.

"Lo beli cemilan udah banyak loh itu" Tanya Fandi yang melihat Vanka mengambil cemilan sekitar 3bungkus dan sedangkan di troli sudah ada banyak.

"Hehe" jawab Vanka dan kemudian ke kasir setelah semua sudah terlalu banyak ia beli.

2bungkus plastik besar ia bawa sendiri dan ia keluar bibi pun sudah ada di luar setelah membeli bakpao karena tadi kata bibi ia mau beli bakpao dan Vanka juga mau jadi nitip dan membelikan untuk Iren juga.

Fandi keluar dari supermarket dan hanya membawa 1kantong plastik itupun tidak terlalu besar,Fandi yang melihat Vanka keberatan membawa 1plastik besar dan juga bibi membawa 1plastik besar juga berniat membantu mereka.

"Bi sini aku bawain bibi masuk mobil aja" ucap Fandi yang mengambil 1plastik ditangan bibi tadi.

"Van gua bawain lo naik mobil gua,biar gua anterin" ucap Fandi kembali mengambil 1plastik di tangan Vanka dan Vanka masuk kedalam mobil begitupun bibi.

Mereka semua terdiam di dalam mobil sampai akhirnya Vanka membuka suara.

"Fan kok lu bisa di supermarket itu si emang rumah lu deket deket sini?" Tanya Vanka yang terlihat bingung.

"Engga terlalu deket sih Van" jawab Fandi diangguki oleh Vanka.

Mereka terdiam semua sampai akhirnya mereka turun saat sudah sampai depan rumah Vanka.

"Yauda bi saya pulang dulu ya" pamit Fandi diangguki bibi.

"Hati hati ya den" ucap bibi sambil tersenyum.

***

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang