Rentetan pertanyaan muncul bak ledakan petasan kala dilempar.
Menghampiriku tanpa ampun, memaksa untuk dijawab tanpa rujukan.Dia, lelaki yang kuperhatikan tak lagi asing di mataku.
Dia, lelaki yang entah apa kaitannya dengan hidupku.
Dia, yang menyimpan teka-teki baru untukku.Cerminan dirinya selintas ada dalam lelaki misterius itu.
Dia mengenalku tetapi siapakah dia?!
Ku pandangi dirinya intens. Semakin lekat. Lebih dekat. Hingga pekat matanya terpatri dibenakku.Ughh!
Erangku. Kepalaku mendadak sakit. Dia terkejut lalu mendekat. Tak ku biarkan itu, aku mundur, memintanya diam. Semakin mundur, menjauh, hingga sosoknya hilang dari pandangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan ke 17
PoetryHujan itu derita, kata orang Hujan itu pembawa sial, pun kata orang Namun, jika kau tahu bahwa setiap derita tersisip kebahagiaan dan setiap kesialan membawa keuntungan, pun ketika bulir hujan memiliki makna, masihkah kau nyatakan bahwa hujan itu sa...