"Teruntuk kamu yang entah dimana"
Jangan sembunyi, tampak lah supaya aku tahu keberadaanmu.
Aku mencari, sudah lama.Kutanyakan kau pada angin tapi ia datang dan berlalu tanpa pesan.
Kutanyakan kau pada air yang mengalir, bodohnya aku yang sadar bahwa air tak pernah kembali mengalir pada sumber yang ia tinggalkan.
Kutanyakan kau pada mentari tapi ia hanya terbit dan tenggelam tanpa membawa kabar.Pagi. Siang. Malam. Ku hitung waktu, seberapa lama kepergianmu.
Pencarianku sia-sia. Sempat putus asa. Lalu sengaja ku bangun disepertiga malam. Mengambil air men-sucikan diri, menggelar sajadah pada kiblat dan ku utarakan kesedihan pada Yang Kuasa.
Di rakaat terakhir usai. Kupanjatkan do'a, berkeluh kesah tentangmu pada-Nya. Lalu sekelebat ingatan muncul, bukan tentangmu tetapi dia yang belakangan ini didekatku. Dan aku kembali berdo'a supaya Tuhan mengembalikan dirimu padaku.
Dariku,
yang telah lama menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan ke 17
PoetryHujan itu derita, kata orang Hujan itu pembawa sial, pun kata orang Namun, jika kau tahu bahwa setiap derita tersisip kebahagiaan dan setiap kesialan membawa keuntungan, pun ketika bulir hujan memiliki makna, masihkah kau nyatakan bahwa hujan itu sa...