1

2.2K 289 21
                                    

"Kalo lo beneran niat sama gue, harusnya lo kerja, brengsek. Jangan cuman ngandelin judi mulu,"

Lagi-lagi Krystal menemukan Chanyeol di apartemennya pagi-pagi buta dengan kondisi mabuk. Chanyeol selalu seperti ini dengan Krystal yang akan mengomel panjang lebar di pagi hari.

Ia melempar lembaran amplop coklat berisi beberapa lamaran kerjanya ke arah Chanyeol yang langsung kelabakan masih tidak sadarkan diri. Seperkian detik kemudian, dirinya kembali hanyut dalam dunia halusinasi.

"Gue capek-capek nyari kerja, tapi lo malah kayak gini. Seharusnya lo tuh punya rasa sungkan gitu, udah makan numpang, tidur numpang, minta uang lagi ke gue,"

"Kalo lo terus kayak gini, menurut lo gue sudi jadi istri lo?! Dasar pengangguran!"

Chanyeol mengeliat menutupi hampir seluruh telinga besarnya, mengacak rambutnya frustasi tatkala Krystal membahas itu lagi. Awal mula pertengkaran mereka.

Ia bangun dari sofa menatap tajam kearah Krystal dengan mata merah akibat alkohol, "Tutup mulut lo. Cerewet, gue juga berusaha cari kerja!" Krystal mendesis sedikit meniup anak rambut yang menutupi dahinya kasar,

"Apa usaha lo? Apa!?"

Nampaknya sudah menjadi rutinitas dengan percakapan yang hampir sama setiap harinya, Krystal meninggalkan Chanyeol dengan menutup keras-keras pintu apartemennya.

Berjalan kesegala arah tanpa tujuan dengan membawa beberapa map coklat sisa dari yang ia lempar ke wajah Chanyeol tadi pagi. Kakinya berhenti di toko cetak foto pinggir jalan yang sedikit ramai oleh pembeli.

Krystal ikut mengantri, menunggu gilirannya untuk mencetak beberapa lembar pas foto formal dirinya untuk lamaran kerja.

"Stock foto udah habis, tapi kerjaan belum dapet. Susah bener idup di jakarta," keluhnya mengelap keringat yang sudah menetes di lekukan lehernya.

Selesai dengan segala urusannya, ia mencari tempat yang landai untuk menempel beberapa lembar foto diatas kertas lamaran kerjanya. Dengan berbekal lem kertas bekas yang ia temukan di meja belajar, Krystal mulai konsen dengan apa yang ia kerjakan sampai stock sisa fotonya sedikit berkurang karena sudah ia tempelkan pada beberapa lamaran kerja.

Rampung membereskan berkasnya, ia pergi dari sana menaiki bus untuk menuju beberapa perusahaan yang sekiranya dekat dengan sini, menaruh lamaran kerjanya dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Tumit kakinya serasa perih saat ia sudah sampai di perusahaan ke lima hari ini, benar-benar melelahkan yang membuatnya harus duduk di kursi taman depan perusahaan besar di depannya.

"Ternyata lecet," ia mengeluarkan plaster yang selalu ia simpan di tas selempang miliknya, sangat berguna disaat seperti ini.

Disaat Krystal hanya bisa memakai sepatu hak murah yang ia dapat di Pasar Senen.

Ia kembali berdiri sedikit merapikan bajunya, bersiap untuk memasuki perusahaan ke lima hari ini dengan menghirup udara dalam-dalam.

"Wish me luck– eh, eh?" Baru saja ia melangkah, seseorang dengan setelan jas berwarna senada jatuh di hadapannya yang membuatnya dengan sigap menahan tubuh seseorang itu sangat berat.

"Someone help me?!" Teriak Krystal kepada siapa saja saat ia sedikit menurunkan pandangannya, mendapati darah merah pekat mengalir dari hidungnya.

"Tolong!!" Beberapa orang berdatangan dan langsung mengambil alih tubuh lekaki pucat pasi tersebut dari dekapan Krystal. Menyetop segala kendaraan yang melintas dan membawanya ke rumah sakit dengan paha Krystal yang menjadi bantalan untuk lelaki asing yang jatuh di hadapan Krystal.

Someone to stay; KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang