4

1K 230 27
                                    

Krystal tertidur dipelukan Kai yang berada di ranjang rumah sakit dengan lengannya sebagai bantalan. Tubuhnya meringkuk membuat Kai sesekali menyibak rambut yang menutupi wajah terlelap milik Krystal .

Ia tidur setelah banyak menangis dan akan mencengkram piyama rumah sakit Kai saat dirinya akan beranjak dari sana. Alhasil, Kai ikut tertidur dengan posisi memeluk Krystal agar tak jatuh mengingat kasur disini tak seluas kasur kamarnya.

Kai terbangun saat merasakan pergerakan kecil dari tubuh Krystal yang refleks membuatnya mengelus punggung Krystal lembut. Ia menurunkan pandangannya kearah Krystal yang tertidur lelap dengan wajah polos bak bayi kecil yang meringkuk di ketiak ayahnya.

Sangat cantik hingga tak sadar tangannya yang tadi memeluk tubuh Krystal kini beralih untuk mengelus pipi Krystal yang tengah terlelap.

"Cantik," lirih Kai dengan suara serak khas bangun tidur.

"Selalu terlihat cantik."

Ia menelusuri wajah Krystal dengan tangan dan matanya, mengamati lebih dekat seorang wanita yang sudah merebut hatinya sejak pertama kali bertemu dan membuatnya nekat untuk menikahi wanita yang bahkan belum dikenal bibit bebet bobotnya.

Ia sedikit meringis saat lengan yang dibuat bantal oleh Krystal kesemutan dan terasa nyeri. Karena penyakit ini, Kai lebih cepat capek dan lemas. Seperti ini saja dirinya sudah merasa kesemutan karena kekebalan tubuhnya yang juga ikut menurun seiring rutinnya ikut cuci darah.

"Gue semakin payah aja," batinnya.

"Kalo gini gimana gue bisa ngelindungin Krystal, Tuhan?"

Kai baru tahu bahwa Krystal memiliki tahi lalat samar di pipi kanannya dan akan terlihat jika diamati dari dekat seperti ini. Kai berharap, hanya ia yang dapat menikmati pemandangan seperti ini setiap harinya dan tidak ada satupun yang boleh menikmati miliknya seperti ini.

Krystal membuka matanya perlahan saat merasa seseorang tengah mengganggu tidurnya, "Kai?"

Kai kelabakan saat tangannya masih berada di pipi Krystal saat ini, hendak menyingkirkan tangannya dari sana yang ia urungkan ketika Krystal lebih cepat memotong pergerakan tangannya dengan, "Hidung kamu berdarah!"

Kai dengan sigap menangkup tangan Krystal yang hendak mengelap darah mengalir dari hidungnya mengharuskan mereka harus bangun dari ranjang.

"Biar saya saja," kata Kai mengambil beberapa helai tissu dan menyumpat hidungnya.

"Bukan seperti itu, Kai." Krystal menyela sembari membenarkan apa yang sudah Kai lakukan, Krystal sedikit mendongakkan kepala Kai karena yang ia tahu, benda cair tidak akan mengalir ke tempat yang lebih tinggi.

Sambil terus memegangi dagu Kai, Krystal duduk di pinggir ranjang setelahnya menepuk pahanya. Mengisyaratkan agar Kai tidur dengan paha sebagai bantalannya.

"Saya mau kamu pangku?" Krystal mutar bola matanya,

"Bukan, Kai. Kamu tidur sini, biar darahnya ngga keluar semakin banyak," bukannya menjalankan instruksi Krystal, ia malah menatap Krystal dengan memberi senyum lebarnya.

Saat Krystal mencebikkan bibirnya buru-buru ia tidur di paha Krystal sembari mendongakkan kepalanya, melihat wajah Krystal dari bawah yang sama cantiknya jika dilihat dari segi mana pun.

"Krystal, kamu cantik."

Tidak ada jawaban, Krystal mengalihkan pandangannya kepada Kai dengan wajah super datar miliknya.

"Dan saya cinta sama kamu." Kai meraih tangan Krystal dan mengarahkannya ke kepala Kai yang membuatnya mengangkat alis tinggi-tinggi dengan tatapan bertanya.

"Dulu pas mama masih ada kalo saya gak bisa tidur, kepala saya bakal dielus-elus sambil digaruk biar saya tidur."

"Tapi aku kan bukan mama kamu."

"Kamu kan calon mamanya anak-anak saya, Krys."

Tidak ada sautan lagi setelahnya. Krystal mengelus rambut Kai sesekali juga menggaruk seperti yang diceritakan Kai mengenai kebiasaan saat mendiang Ibunya masih hidup.

"Jangan pernah bilang ada yang nyakitin kamu, Krys. Nanti orang itu akan habis ditangan saya."

Krystal fikir Kai sudah tidur, tetapi ia masih saja menggumam yang membuat pipi Krystal panas dan jangan lupa ia juga mengulum senyumnya.

"Sekalipun itu presiden Indonesia."

———

"Krystal kemarin kesini, Yeol."

Chanyeol menghentikan pergerakan tangannya sembari menoleh kearah Sehun berada.

"Dan dia liat elo lagi bercumbu sama Seulgi." Chanyeol tanpa Sehun sadari mengepalkan kedua tangannya, urat lehernya mengeras dengan pandangan kosong.

"Kenapa baru bilang sekarang, brengsek!?"

"Gue udah bilang tadi malam, lo nya aja yang lagi asik ketemu mantan setelah tiga tahun gak bertemu."

"Brengsek!" Chanyeol beranjak dari tempatnya sekarang berada, berniat untuk menemui Krystal dan menjelaskan apa yang terjadi dengannya kemarin malam saat seseorang mencekal tangannya.

"Mau kemana?"

"Seul, gue harus pergi."

"Kemana? Ke tempat Krystal?" Seulgi mendecih dengan Chanyeol yang mendengus harus bagaimana menghadapi situasi yang seperti ini.

"Biarin gue pergi, oke?" Chanyeol melepas cekalan tangan Seulgi dan meninggalkannya buru-buru.

Krystal memang menyebalkan menurut Chanyeol, tapi dia sangat sangat lebih dari apapun. Apalagi Krystal sedang menjalankan ide gilanya untuk menikahi pemuda kaya raya penyakitan yang sebentar lagi akan mati. Krystal pasti akan mendapatkan semua hartanya dan Chanyeol tentu saja akan kecipratan.

Ia menekan password yang sudah ia hafal di luar kepala dan mendapati apartemen Krystal yang kosong. Chanyeol menjelajahi semua ruangan dan tidak mendapatkan sosok Krystal disini.

"Sialan! Kemana perginya Krystal!?"

Tidak habis akal, ia menelpon nomor Krystal yang langsung disambungkan oleh operator.

"Brengsek, nomernya gak aktif lagi."

Ia memijat pelipisnya sembari menendang apapun yang ada di depannya.

Ia menunggu Krystal sembari mondar-mandir dan menyiapkan pembelaan apa yang akan ia lontarkan didepan kekasihnya nanti.

Matanya sedikit berbinar mendapati pintu apartemen yang terbuka menampakkan Krystal.

Tak berapa lama binar di matanya meredup saat ia sedikit menurunkan arah pandangan matanya, mendapati pria asing duduk diatas kursi roda yang juga menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Dia siapa, Krys?" Kai duluan yang membuka percakapan sembari sedikit menoleh pada keberadaan Krystal dibalik kursi rodanya.

"Lo siapa?" Belum juga Krystal kelabakan dengan pertanyaan Kai, ia dibuat pusing dengan pertanyaan Chanyeol.

Krystal dengan ekspresi wajahnya yang mengisyaratkan pada Chanyeol bahwa 'ini target kita bodoh!' membuatnya sedikit mengernyit dengan alis yang semakin menaut.

"Ohehehehe, Kai, kenalin.

Chanyeol, sepupu aku dari Bandung."

Kai langsung menunjukkan ekspresi humblenya pada Chanyeol yang juga ikut tertawa garing.

"Oh, hahahaha, ini yang lo ceritain tempo hari, Krys?"

Kai mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Chanyeol.

"Kai. Calon suami Krystal."

—To be continue—

Someone to stay; KaistalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang