Krystal duduk resah di sofa ujung ruang inap yang dihuni oleh orang asing yang tidak sengaja ia tolong. Kalau boleh jujur sebenarnya Krystal malas berurusan seperti ini, apalagi Kai yang menyeramkan dengan mengatakan bahwa dirinya jatuh cinta padahal mereka baru pertama kali bertemu.
Krystal mengalihkan pandangannya kearah pintu yang terbuka, menampikkan seseorang bersetelan jas rapi berjalan sedikit tergesa mendekati Kai diiringi orang berbadan besar dengan wajah sangar. Krystal bergidik ngeri saat dua orang tersebut berdiri tidak jauh dari tempat Kai berada dengan bersedekap membuat otot-otot lengannya muncul mengerikan.
"Semua aset ahli waris ada disini pak, saya juga sudah mengosongi siapa ahli warisnya sesuai permintaan bapak."
Kai menoleh pada Krystal yang diam-diam mengamati, "Krys? Boleh minta tolong?"
"Ya?" Krystal berdiri menghampiri Kai dengan takut-takut, "siapa nama lengkapmu?"
"Krystalica Mouza,"
Seseorang berjas rapi tersebut menuliskan nama lengkap miliknya membuat Krystal sedikit mengintip, barang kali penulisan namanya salah.
"Tanda tangan disini," Kai melakukan instruksi yang dilakukan juga oleh Krystal setelahnya.
"Ahli waris akan jatuh kepada saudari Krystalica Mouza jika Kai malto sudah meninggal."
"Maksudnya?" Tanya Krystal bingung menatap mereka bergantian tidak mengerti.
"Krys, saya serius mau kamu yang jadi ahli waris seluruh aset saya."
Krystal menatap Kai tak percaya secara terang-terangan dengan mulut sedikit menganga.
"Ini orang gila apa!?" Batinnya.
"Saya bermisi dulu, Pak Kai." Mereka– dengan bodyguardnya keluar dari ruang inap Kai menyisakan Krystal yang masih belum bisa mencerna apa maksud dari kejadian ini.
"Saya gak maksa kamu buat mau menikah dengan saya. Tapi kamu pasti mau menikah dengan saya,"
"Kai, jangan mudah percaya dengan orang lain. Saya tidak sebaik yang kamu kira,"
"Tapi saya percaya."
"Kai..."
"Percayalah, ini akan baik-baik saja, Krys.. jangan jadiin ini beban buat kamu. Hei, kita tidak harus menikah, right?"
Krystal mengehela nafasnya kasar, mengalah pada sosok keras kepala dengan ide gila yang ada di otaknya. Sepertinya Kai tidak butuh dokter organ, dia butuh dokter jiwa.
"Boleh pinjam handphone kamu?"
"For what?"
"Pinjam aja, siniin.."
Dan satu lagi sifat Kai yang menyebalkan. Dia ditaktor yang tak terbantahkan dan juga sexy dalam waktu bersamaan. Persetanan dengan Kai dan wajah tampannya.
Krystal menyerahkan handphonenya ogah-ogahan kearah Kai yang langsung mengetikkan sesuatu yang tidak boleh Krystal lihat disana. Sesaat kemudian handphone seseorang yang Krystal yakini milik Kai berbunyi terus menerus menandakan ada panggilan suara.
Kai menyerahkan kembali handphonenya pada Krystal dengan senyum sumringah di bibir pucatnya. "Sudah, itu nomer ponselku,"
"Ya, Kai. Aku tau," kata Krystal ogah-ogahan memasukkan kembali handphonenya ke kantong blazer.
"Kamu punya suadara yang bisa dihubungi? Saya mau pergi dulu."
"Kemana?"
"Cari kerja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Someone to stay; Kaistal
Fiksi PenggemarThe end of the day, I'm helpless. Can you keep me close? Can you love me most?