[PERTEMUAN] Part 3 : Cerita

2.4K 92 5
                                    

Jam makan malam di rumah TisA sudah dimulai sejak dua menit yang lalu, bersama keluarga kecil mereka yang terdiri atas seorang Ayah, Ibu, dua anak perempuan, dan satu anak laki-laki.

Hidup sederhana dan bahagia tanpa adanya orang lain di rumah mereka. Setiap masalah selalu mereka hadapi masalah itu bersama-sama, entah apa pun masalahnya.

Tisa yang biasanya duduk berseberangan dengan Andre, memilih duduk di kursi milik kakak perempuannya, Rere, di seberang tempat duduk Ibunya.

"Kamu kenapa duduk di tempat Kakak?" tanya Ibunya tiba-tiba. Tisa melirik Andre sinis, "gak apa-apa, Tisa cuman lagi pengen deket sama Ayah dan Ibu aja."

Andre mendecih, "bilang aja masih baper sama Andre!" serunya seraya mengambil sepotong ikan jatah Rere. Ibunya segera menarik kembali ikan yang Andre ambil, "itu jatah Kakak, sebentar lagi Kakak kalian pulang."

"Kamu baper kenapa sama Andre, sayang?" tanya Ayahnya yang akhirnya ikut bicara. "Gak ada ap-"

"Tadi Andre cuman ngomong soal Ravi ke dia, terus dia baper." Potong Andre membuat Tisa tersenyum kecut, "dasar, gak punya sopan santun!" gerutu Tisa.

Andre tertawa kecil mendengar gerutuan Tisa. "Bu, ikannya buat Andre aja ya, please." Gumam Andre yang memohon kepada Ibunya. Tak lama setelah itu, Rere pulang dengan keadaan wajah yang lesu.

"Tuh, Kakak kamu udah pulang, awas ya kalo kamu ngambil jatah Kakak kamu!" ancam Ibunya, dan segera tersenyum untuk menyambut kedatangan anak pertamanya.

"Rere pulang." Ucapnya sebelum sampai ke meja makan. "Sayang, cuci muka, cuci kaki, cuci tangan, baru kita makan sama-sama." Perintah Ibunya dengan lembut.

Rere mengangguki perintah Ibunya, dan sesegera mungkin sampai ke meja makan. "Kak, aku duduk di tempat Kakak ya." Izin Tisa saat Rere akan duduk, Rere mengangguk. "Nah, ini jatah kamu, makan yang banyak ya." Ucap Ibunya seraya menunjukkan makanan-makanan yang memang dipersiapkan untuk Rere.

"Kamu kenapa lesu begitu?" tanya Ayahnya ketika Rere hendak menyuapkan makanan. "Perusahaan penerbit tempat Rere kerja lagi bangkrut-bangkrutnya, Yah." Jawab Rere lesu, lalu memasukkan makanan yang tadi tertunda untuk masuk.

Ayahnya memanggut-manggut, "ya sudahlah, Kak, namanya juga pekerjaan. Memangnya kamu dipecat?" tanya Ayah lagi. Rere menggeleng, "pemilik perusahaan bilang, kalau semua karyawannya gak akan dipecat sampai semuanya dapat pekerjaan baru."

"Kalau begitu, apa yang buat kamu lesu dan sedih begini, Sayang?" tanya Ayahnya lagi. "Zaman sekarang, cari pekerjaan itu susah, Yah. Rere bingung mau kerja apa lagi." Jawabnya terisak.

"Jangan bersedih, Tuhan sudah punya jawaban dari semua kesulitan kamu."

👣

Selesai jam makan malam, Tisa memutuskan untuk pergi ke kamar Kakaknya yang berbeda lima tahun lebih tua darinya.

"Kak Rere?" panggil Tisa seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar Rere. "Masuk aja, Sa."

Tisa masuk perlahan ke kamar Kakaknya itu, "ada apa?" tanya Rere. "Aku mau cerita sama Kakak." Jawab Tisa. "Kunci pintunya." Kalau Rere sudah bilang begitu, artinya dia setuju dan mungkin akan cerita juga ke Tisa.

"About friendship? Or relationship?"

"Yang kedua."

"Kakak juga, sini duduk," ucap Rere seraya menepuk-nepuk kasur kosong di sebelahnya. "Kenapa lagi sama Ravi?"

"Aku putus sama dia, Kak."

"Alasannya?"

"Fokus ujian tengah semester."

Mendengar jawaban Tisa, entah kenapa itu sukses membuat Rere tertawa kencang. "Basi banget sih tuh cowok!"

Tisa mengedikkan bahunya, "paling juga bentar lagi dia punya pacar baru." Ucap Tisa dan Rere bersamaan. "Tuh, kan bener. Dugaan aku sama Kakak pasti sama!" gerutu Tisa.

"Ya, kan Kakak udah pernah bilang sama kamu, cepet-cepet dah putusin itu cowok, dia gak baik sama kamu."

"Tapi aku masih sayang sama dia."

"Emangnya cowok di dunia ini cuman dia? Cowok di sekolah kamu, cuman dia?"

"Enggak sih, Kak. Ada lagi, yang hari ini baru aja deketin Tisa."

"Siapa?" tanya Rere antusias. "Anak kelas sebelah, namanya Ari."

"Ari? Kayak pernah denger namanya." Gumam Rere. "Kakak kenal sama Ari?" tanya Tisa. "Ari yang mana dulu, yang punya nama Ari itu gak cuman satu."

Tisa terdiam sebentar, "terus Kakak mau cerita apa ke aku?" tanya Tisa. "Kamu inget gak kalau Kakak pernah cerita soal anak pemilik perusahaan tempat Kakak kerja ke kamu?" Rere balik bertanya.

"Iya aku inget, kalo gak salah samanya Kak ... Aliv bener bukan, Kak?"

Rere mengangguk, "terus kenapa sama dia?"

"Alasan Kakak pulang dalam keadaan lesu itu, karena kalau Kakak dapat pekerjaan baru dan keluar dari perusaan orang tuanya Aliv, otomatis Kakak gak bakal bisa merhatiin dia diam-diam." Jelas Rere.

"Emangnya Kakak gak tau akun media sosialnya dia gitu? Atau tau tempat dia biasa nongkrong? Nantikan Kakak bisa main-main ke sana."

"Bukan disitu juga alasan utamanya, Tisa." Elak Rere. "Lalu apa?" tanya Tisa lagi yang mulai keheranan. "Karena kebangkrutan perusahaan orang tuanya, jadi dia mau dijodohin sama orang lain."

"Kok Kakak tau soal yang kayak gitu? Itukan harusnya jadi urusan pribadi keluarganya Kak Aliv."

Rere gelagapan mendengar pertanyaan dari Tisa, "em, orang yang gebet kamu gimana, ganteng gak?" Rere mencoba mengalihkan pembicaraan, dan Tisa mengerti, ia hanya bisa menghela napas.

"Ganteng sih relatif," jeda Tisa. "Tapi aku takut buat yang namanya pacaran lagi, Kak."

"Takut kenapa? Lagian, emangnya dia mau pacaran sama kamu?"

Jleb.

'Ditanya kayak gitu, seakan-akan gue gak laku. Sadis.'

"Ya gak tau, Kak. Dari gelagatnya sih dia mau pacaran sama aku, tapi aku takut kayak waktu sama Ravi."

Rere tertawa kecil, "salah kamu, kenapa kamu gak mau putusin Ravi."

"Bukan gak mau, Kak. Tapi biar dia aja yang mutusin, jadi biar dia yang kena karmanya."

.
.
.
.
.

Update!
Hope you like it, gais!
Maafkan typo dan cerita yang aneh.

I love u all(っ´▽')っ

Salam
[at]Hnnywdwt

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang