[PUTUS] Part 2 : Aaron

1.2K 37 2
                                    

Setelah berganti pakaian yang Tisa beri. Gio lantas menyuruh Gia pulang ke apartemen yang sebelumnya Gio tempati.

Ia hanya ingin berdua bersama Tisa. Dan kini, ia sedang dalam keadaan puas memandangi wajah Tisa secara langsung dan lebih dekat.

Mereka berdua tidur dalam satu ranjang, keduanya saling menghadap satu sama lain. Awalnya Tisa menolak, namun akhirnya ia luluh juga dengan permintaan Gio.

Dan kini manik matanya sesekali bertemu dengan manik mata Tisa yang kadang terbuka lalu terpejam kembali.

Gio mengusap lembut kepala Tisa. "Kamu ini sebenarnya udah tidur atau belum sih?"

Tisa menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku nggak bisa tidur."

"Kenapa?"

"Karena posisinya."

Dengan sigap Gio segera memeluk Tisa membuat yang dipeluk terkejut bukan main. "Biarin aja dulu begini, dari kemarin aku susah buat tidur. Aku ngantuk."

👣

Tisa terbangun lebih dulu, karena gerakan tubuh Gio yang berlebihan. Setelah Gio tenang, barulah Tisa berusaha melepaskan pelukan Gio darinya.

Namun, Gio malah menahannya, bahkan semakin mempererat pelukannya.

"G-Gio,"

Gio berdehem sebagai jawaban dari panggilan Tisa. "L-lepasin aku."

Gio menggelengkan kepalanya. "Aku masih ngantuk."

"Aku jantungan."

"Biarin aja."

"Sampai kapan mau begini?"

"Sampai ada yang datang."

Tisa menghela napas beratnya. "Gio, yang ganteng, lepasin aku ya, please."

"Hmm, ngaku juga kalo aku ganteng."

"Gio! Serius ih, lepasin, aku pegel tau!"

"Iya, aku lepas. Tapi abis ini suapin aku ya, aku laper."

Setelah lepas dari pelukan Gio, Tisa merenggangkan tubuhnya yang sudah seperti mati rasa karena sulit bergerak.

"Kamu mau makan apa?"

"Makanan aku udah dijadwal, bentar lagi juga diantar ke kamar. Mending kamu cuci muka dulu sana."

Tisa mengangguk lalu pergi ke kamar mandi seraya memainkan ponselnya. Langkahnya terhenti ketika mendapat pesan masuk dari Ari empat jam yang lalu.

Dari : Ari
Sayang, maafin aku, aku nggak bermaksud mendua di belakang kamu. Ini di luar keinginan aku. Semuanya terjadi begitu aja.

"Orang goblok mana coba ini, kok nggak jelas banget!" gerutu Tisa yang melanjutkan perjalanannya pelan menuju kamar mandi.

Tiba-tiba Tisa menabrak seseorang yang lebih tinggi darinya. "Maaf—eh sorry."

"Nggak apa-apa kok. Kamu orang Indonesia juga?"

Sontak Tisa melompat mundur karena terkejut setelah melihat orang yang baru saja ia tabrak.

"Kamu kenapa?" tanyanya. Lagi-lagi Tisa semakin terkejut ketika memastikan bahwa yang ia lihat itu adalah ilusinya semata, namun sayang, orang itu bukan halusinasinya, melainkan manusia sungguhan.

"Kak A-Aliv!"

"Aliv? Kamu kenal Aliv?"

"K-kamu Kak Aliv?!"

"Kamu kaget banget kayaknya, ada apa sih. Terus, gimana bisa kamu tau nama kembaranku?"

Bukannya terkejut, kini Tisa malah bingung dengan apa yang orang itu barusan katakan. "K-kembaran?"

Orang itu membantu Tisa untuk berdiri. Namun Tisa menepis lembut bantuannya, karena ia masih tidak yakin dengan apa yang ia lihat dan ia dengan sekarang.

"Nama saya Aaron." Ucapnya memperkenalkan diri, seraya menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Tisa dengan setengah keyakinannya berusaha untuk membalas jabatan tangannya. "T-Tisa."

"Kenapa kamu kaget kalo saya kembarannya Aliv?"

"Kak Aliv, udah meninggal, jadi saya kira—"

"Aliv meninggal?"

Tisa mengangguk ragu. "Loh? Emang Dokter nggak dikasih tau sama keluarganya kalo Kak Aliv udah meninggal?"

"Udah lebih dari lima tahun saya kehilangan komunikasi sama keluarga saya di Indonesia."

"Kenapa, Dok?"

"Maaf sekarang saya harus pergi, karena masih ada banyak hal yang harus saya kerjakan sekarang ini. Mungkin lain waktu saya akan cerita ke kamu. Permisi." Pamitnya lalu pergi meninggalkan Tisa yang masih terdiam tidak percaya.

Tisa melanjutkan perjalanannya ke kamar mandi umum untuk cuci muka, lalu kembali ke ruang rawat Gio.

"Tisa, dari mana aja, kok kamu lama banget?" tanya Gio, yang sontak membuat Tisa terkejut. Ia terkejut kembali untuk yang kedua kalinya, karena kali ini, di ruang rawat Gio sudah ada orang tuanya dan dua saudaranya.

"Kok ada—"

"Jangan kaget, sini dulu!" Ajak Gio yang membuat Tisa berjalan pelan ke arah Gio.

Tiba-tiba pintu kamar rawat Gio terbuka, "maaf, kami belum terlambatkan?" tanya orang tua Gio yang sudah berpakaian rapi.

"Belum. Ayo kita mulai sekarang."

"Loh, ada apa ini?"

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang