[PACARAN] Part 21 : Sakit

1.1K 37 4
                                    

Selama sebulan lebih, hubungan Tisa dan Ari semakin lama, semakin melonggar. Keduanya seperti tengah memberi celah besar sebagai pintu masuknya orang ketiga.

Setiap haripun Tisa saling berhubungan dengan Ari, namun hanya demi mendapat kabar tentang perkembangan kesehatan Aliv.

Namun sampai sekarang, orang asing masih belum diperbolehkan menjenguk Aliv. Dan itu membuat Rere semakin sedih.

"Tis, kamu masih pacarankan sama Ari?"

"Iya, kenapa, Kak?"

"Kamu nggak bisa bujuk Ari gitu, biar Kakak bisa lihat Aliv."

Tisa menghela napas pasrah. "Kata Ari, ini perintah langsung dari orang tuanya. Jadi dia nggak bisa ngebantah."

Setelah melihat Rere masuk ke kamarnya, Tisa yang masih terduduk di sofa ruang keluarga langsung membuka ponselpnya untuk melihat instagramnya.

"Eh, kok Lia bisa ada di rumah sakit?"

Ia tidak berkomentar banyak, karena setelahnya ia harus melihat semua snapgram yang Lia bikin.

"Bentar deh, baju yang dipakai sama cowok yang di sebelah Lia kayak bajunya Ari waktu pergi sama gue ke kotu."

Tisa segera masuk ke kamar Rere untuk bertanya mengenai latar koridor rumah sakit tempat Aliv dirawat.

"Iya, bener. Ini persis kayak koridor depan ruangan Aliv dirawat."

"Kak, kita ke rumah sakit ini yuk!"

"Mau ngapain?"

"Aku mau liat doang. Ayolah, Kak. Temenin aku!"

"Ajak Andre nggak?"

"Ajak aja."

Akhirnya mereka bertiga memutuskan pergi ke rumah sakit tempat Aliv dirawat menggunakan taksi.

Sesampainya mereka di sana, mereka tidak berbasa-basi untuk bertanya di mana ruang rawat Aliv. Karena sebelumnya, Rere sudah tau.

Setibanya Tisa di lorong rumah sakit yang katanya tempat Aliv di rawat. Tisa menemukan Ari dan Lia yang duduk bersebelahan dengan kepala yang disenderkan ke bahu Ari.

Tanpa butuh waktu yang lama, Tisa berjalan gontai ke arah Ari dan Lia.

"Ari, Lia."

Kedua menoleh dengan wajah yang teramat terkejut. "Loh? Sayang, kamu kok di sini?!"

"Sayang? Lo panggil Kakak gue dengan sebutan itu pas ketauan selingkuh? Dasar banci! Bisanya mainin perempuan!" gertak Andre meski dengan suara yang tidak terlalu keras.

"Eh, denger dulu penjelasan aku, Tisa." Ucap Ari pada Tisa yang menatapnya tajam.

"Jelasin apa lagi? Kurang apa gue sama kalian? Sampai kalian tega-teganya bohongin gue?!"

Lia mencoba meraih tangan Tisa, namun Tisa dengan segera menepisnya.

"Lia, kita temenan udah lama, terus lo juga sering bilang 'gue nggak mungkin nikung temen gue sendiri' itu apa maksudnya?

Maksud lo, semua ucapan lo berbalik gitu. Jadi kalo misalkan lo bilang nggak bakal nikung, udah pasti lo nikung? Gitu Li? Nggak nyangka gue, lo bisa sejahat ini sama gue."

Lia menggeleng pelan. "B-bukan gitu maksud gue, Tis."

"Bukan gitu gimana? Semuanya udah jelas di depan mata."

Air mata Tisa sudah tidak bisa dibendung, setetes demi setetes, cairan bening dari matanya mengalir.

"Ri, pantes aja ya, lo jarang ada waktu buat gue. Ternyata lo udah punya pacar baru. Selamatnya."

"Maaf."

"Nggak usah minta maaf, lo nggak salah. Yang salah itu, gue, gue yang cuek, gue yang maunya dimengerti terus. Gue ngerti kok kalo lo jenuh sama gue. Jadi, nggak apa-apa. Selamat ya, buat hubungan baru kalian. Kita putus!"

Setelah selesai memutuskan hubungannya dengan Ari. Tiba-tiba dokter yang sedari tadi berada di kamar Aliv keluar dengan wajah sedih.

"Keluarga Aliv?"

Ari segera berdiri. "Saya dok. Ada apa?"

"Maaf, saat kami periksa keadaannya barusan. Aliv sudah tidak bernyawa."

Dan seketika Rere terjatuh ke lantai seraya menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

Ketiga bersaudara itu pulang ke rumah untuk berganti pakaian. Karena mereka akan ikut ke pemakaman Aliv.

Sesampainya di rumah, Tisa menemukan Gia yang ketiduran karena mungkin menunggu Tisa terlalu lama.

"Gia, bangun." Ucap Tisa seraya menggoyang-goyangkan badan Gia.

Gia menguap, "eh, udah pulang. Loh, kok pakai serba hitam? Emang siapa yang meninggal?"

"Kak Aliv, orang yang Kak Rere suka."

"Yah, jadi kita perginya gimana dong?"

"Pergi? Emang mau ke mana?"

"Gio sakit, dia butuh kamu. Makanya aku ke sini mau jemput kamu buat pergi ke paris. Aku juga udah bilang sama orang tua kamu. Jadi kita tinggal langsung berangkat aja."

Tisa menggeleng pelan. "Tapi aku mau ke pemakaman Kak Aliv dulu."

"Aku ikut, keberangkatannya masih dua jam lagi. Jadi masih ada waktu."

"Emang Gio sakit apa?"

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang