[PACARAN] Part 13 : Bunga

1.1K 35 1
                                    

Di sana, di sebuah taman yang di Taman Bunga Restaurant yang terletak di Jakarta Barat. Tisa tau dan akhirnya bisa menyukai taman bunga tersebut berkat Gio.

Karena itu pula, selama Tisa merindukan Gio, ia selalu membeli bunga dan ia letakkan di gelas pena meja belajarnya.

"Kenapa kamu ajak aku ke sini?"

"Aku tau banget kamu suka ke sini, Ca. Dari awal aku ajak kamu ke sini, sampai kesekian kalinya kita ke sini, ekspresi wajah kamu nggak pernah nunjukkin raut wajah bosan sedikitpun."

Tisa tersenyum sebagai tanggapan dari ucapan Gio, lalu ia duduk di dekat kumpulan bunga matahari.

"Jangan deket-deket sama bunganya!" teriak Gio tiba-tiba membuat Tisa dan pengunjung lain yang mendengar teriakan Gio terkejut.

Tisa sontak segera berdiri, "kenapa?"

"Nanti bunganya kalah cantik sama kamu."

"Ih, kirain apaan!"

Seketika Gio mendengus kesal, "ca, kenapa sih dari dulu kamu tuh nggak bisa nerima gombalan aku?!"

"Aku bercanda. Lagian bunganya juga lebih cantik dari aku kali, Gi."

"Enggaklah, cantikkan kamu."

"Bohong! Cewek bule di sana pasti lebih menawan dari aku kali, Gi."

"Kok kamu tau?"

"Iyalah."

"Tapi aku nggak pernah tuh pacaran sama cewek di sana."

"Bohong lagi."

"Kok bohong sih? Aku serius."

"Apa buktinya?"

"Buktinya, aku balik ke Indonesia dengan status yang masih sama kayak aku mau pergi ke Amerika."

"Dasar jones!"

"Lah! Aku begini juga demi kamu, Ca. Ngeselin banget sih!"

Tisa tertawa lalu mencubit pipi Gio dengan keras, kemudian berlari menghindari Gio yang nantinya pasti akan membalas cubitan Tisa.

"Sakit ih! Dasar cewek aneh!"

Mereka berdua saling mengejar satu sama lain, sampai akhirnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat.

"Kamu mau minum?"

"Sama makan kalo boleh."

"Yaudah sebentar, aku beliin."

"Eh, minum aja deh. Nanti kita makan bareng aja."

"Oke."

Gio meninggalkan Tisa yang duduk di bangku yang beruntungnya berada di bawah pohon besar. Jadi, udaranya terasa lebih sejuk dari pada tempat yang tidak tertutup pohon.

Dan entah kenapa, mata Tisa sekarang ini menjadi dua kali lipat lebih jelas dari biasanya. Kini matanya tengah menatap seseorang yang mirip dengan Ari bersama seorang perempuan yang memunggungi Tisa.

Lalu Tisa mengeluarkan ponselnya untuk mencoba menelepon Ari seraya memperhatikan cowok yang Tisa lihat mirip dengan Ari, pacarnya.

Benar saja, kalau cowok itu memang Ari. Karena ketika Tisa meneleponnya, cowok itu segera meletakkan telephone di telinganya.

"Halo Jelek, kenapa nelpon?"

"Kampret! Cakep-cakep gini dipanggil Jelek!"

"Ada apa?"

"Lo di mana, Nong?"

"Gue? Gue di kelas, belum selesai rapat."

"Bohong lu ya?"

"Beneran dah!"

"Yaudah, gue tutup teleponnya ya, maaf ganggu." Tutup Tisa dengan penekanan kata di dua kata terakhirnya.

Ia kesal, ternyata ia dibohongi Ari, pacarnya sendiri yang terlihat lebih baik dari Ravi.

Ketika Tisa menoleh ke arah depan, matanya terpaku dengan tatapan menyelidik milik Gio.

"Kenapa?" tanya Tisa yang raut wajah kesalnya berubah menjadi bingung.

"Habis telepon siapa?"

"Temen."

"Bohong. Aku udah lihat semuanya."

"Lihat apa?"

"Lihat tatapan kesal kamu ke cowok di sana yang lagi duduk berdua sama cewek di depannya."

"Yaudahlah."

"Dia siapa kamu? Pacar kamu?"

"Iya."

"Pantes kamu enggan jawab pertanyaan aku yang berhubungan dengan pacar, ternyata kamu udah punya pacar."

"Tapi kayaknya dia bakal selingkuh."

"Maksud kamu?"

"Kamu lihat mereka kan?" tanya Tisa seraya menunjuk ke arah Ari dan cewek yang Tisa yakini adalah Lia, teman dekatnya.

Gio mengangguk. "Cewek itu, kalo dilihat dari punggungnya, kayak temen deket aku."

"Jadi? Kena tikung ceritanya?"

"Ya, semacam itulah."

.
.
.
.

Hari ini aku ambil rapot gaes!
Doain ya, semoga nilainya nggak jelek-jelek amat, yang penting sih naik kelas.whehe

Selamat enjoy ♥

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang