[PACARAN] Part 6 : Kakak Kelas

1.3K 53 3
                                    

Setelah nonton bioskop bersama, rasa nyaman berada di dekat Ari mulai muncul dalam diri Tisa. Rasanya, ia mulai menyayangi Ari. Layaknya ia dulu menyayangi Ravi.

Meski belum sepenuh hati, setidaknya rasa nyaman dan sayang itu mulai muncul ke permukaan hubungan mereka.

Hampir setiap malam mereka selalu berhubungan, entah itu hanya basa-basi, sedang bosan, untuk bertanya, bahkan bertanya-tanya tentang PR. Dan terkadang, topik pembicaraan yang paling mereka sukai adalah saat membicarakan guru-guru galak di sekolah.

Awalnya mereka saling bertukar pesan lewat facebook, lalu beralih ke Line.

Dan semenjak pindah ke Line, mereka jadi lebih sering bertelepon ria dari pada berbalas pesan.

Jenong Koplak

Kamu belom tidurkan?

Kalo udah, ngapain aku bales Line kamu?

Iya juga ya.

Dasar koplak.

Ye, biarin, koplak-koplak gini, aku pacar kamu tau 😝

Iya deh iya, bawel.

Kamu lagi ngapain?

Lagi tiduran, abis mumet ngerjain MTK.

Oh, kamu udah makan?

He'eh.

He'eh apa nih? Iya udah apa iya belom?

Yang kedua.

Ye, dongo.

Ye, jenong!

*Nama Ayah Tisa*

*Nama Ayah Ari*

Yaudah, jelek, kamu tidur gih, besok kita ketemu di sekolah.

Okay, babay.

Bay, lop u.

Too.

Di sekolahpun, terkadang mereka suka mengumbar kemesraan mereka, dan itu sudah terjadi selama dua bulan belakangan ini.

Hampir setiap pagi, Tisa menghampiri Ari yang duduk di dekat jendela. Dan biasanya Tisa berdiri dengan waktu yang cukup lama hanya untuk mengobrol dengan Ari.

"Kamu ngapain udah mejeng di deket jendela?" tanya Ari yang baru saja meletakkan tas di atas bangkunya.

Tisa mendengus mendengar pertanyaan Ari. "Kamu nggak suka? Yaudah aku pergi."

Dengan segera Ari menarik pipi Tisa yang tembam. "Jangan pergi, kalo kamu pergi, pipinya aku tarik nih, biar makin tembem!"

"Sakit tulul!"

"Makanya diem aja di sini." Ucap Ari yang langsung meraih tangan Tisa untuk ia genggam.

Tisa tidak blushing, ia malah kesal karena sakit di pipinya belum hilang, tapi Ari malah membuat tisa baper.

Tidak lama setelah itu, bel masuk yang seharusnya berbunyi, kini berganti menjadi sebuah pengumuman.

Bagi guru-guru yang hendak mengajar, diharap berkumpul di ruang guru karena sebentar lagi rapat akan dimulai. Dan bagi seluruh siswa, dimohon untuk tidak membuat kegaduhan. Terima kasih.

Setelah mendengar pengumuman tersebut, Tisa memilih masuk ke dalam kelas Ari dan duduk berdua di bangku milik Ari.

"Kamu nggak ke kelas?"

Tisa menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku mau sama kamu aja."

Tiba-tiba ada tiga Kakak kelas yang masuk ke dalam kelas Ari. Sontak, semua pandangan tertuju pada Kakak kelas yang tiba-tiba masuk.

"Duh, perut aku sakit." Keluh Ari yang langsung menjadikan lengannya bantalan untuk tidur di atas meja.

Salah satu dari Kakak kelas itu menghampiri meja Ari.

"Ehm, kamu Ari kan?" tanyanya pada Ari, dengan mengabaikan Tisa yang duduk di dekat Ari.

Tisa merasa kalau ia harus menyingkir, agar Kakak kelas itu bisa leluasa mengobrol dengan Ari. Namun saat Tisa ingin bangkit dari duduknya, Ari menarik lengan Tisa untuk kembali duduk.

"Iya."

"Kakak ada apa ya ke sini?" tanya Tisa sopan.

"Mau ngobrol sama Arilah!"

"Oh."

"Lo siapanya? Pacarnya?"

Tisa mengangguk takut.

"Yaudahlah, pacar doangkan bukan istri."

"Y-yaudah, Kak. Kenapa tiba-tiba ngomong gitu deh."

"Coba aja Ari belum punya pacar, pasti udah gue pacarin."

Tisa mengerenyitkan dahinya, "emangnya kenapa, Kak?"

"Mantan gue yang udah meninggal, mirip sama pacar lo."

"Aku bisa kok putus sama Ari."

Kakak kelas itu menggeleng, "gak usah, dia kayaknya sayang banget sama lo."

Dan setelahnya, mereka bertiga pergi kembali ke kelasnya masing-masing. Ari mengangkat kepalanya, seperti seakan ia habis bersembunyi.

"Kamu kenapa? Perutnya masih sakit?"

"Ha? Enggak kok, aku cuman males aja nanggepinnya. Aku akting doang, baguskan akting aku?"

"Bagus pala lo kejedot pintu! Dasar kampret!"

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang