[PACARAN] Part 4 : Galau

1.4K 57 1
                                    

Satu lagi, Tisa. Aku sayang sama kamu.

Dan sekali lagi, Ravi berhasil membuat Tisa menangis.

Rasanya, ia tidak ingin pulang ke rumah sekarang. Yang ia inginkan sekarang ini adalah, memeluk Ravi dan membisikkan 'aku juga sayang sama kamu'.

Namun sia-sia kalau sampai Tisa melakukan itu.

Alhasil, ia hanya menangis sampai keadaan sekolah benar-benar sepi. Dan di balik pintu kelas Tisa, Ari setia menunggunya.

Ia mendengarkan setiap kalimat yang Tisa lontarkan. Hatinya terasa teriris sedikit demi sedikit. Sakit, namun untuk sekarang ini, ia belum bisa melakukan apa-apa untuk Tisa.

Sampai akhirnya Tisa menyerah untuk bertahan di dalam kelas. Ia memilih untuk pulang, berjalan dengan gontai menuju lantai dasar.

Matanya sembab, tenaganya menipis. Ingin sekali ia pingsan saat itu juga, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk pingsan. Ia harus sampai rumah dulu.

Tiba-tiba terlintas dipikirannya, untuk meminta Andre menjemputnya.

Ari yang mengikuti Tisa secara diam-diam, mulai merasa kesal. Ia pacarnya, tapi ia tidak bisa berbuat banyak hal untuk seseorang yang baru saja menjadi pacarnya hari itu.

Tisa mengaktifkan handphone nya. Lalu menekan kontak Andre.

"Halo, Ndre. Bisa jemput gue sekarang gak?"

"Halo. Kok tumben minta jemput? Pacar lu mana?"

"Hah? Pacar? Apaan sih, Ndre. Jemput gue sekarang."

"Males ah, gue lagi di rumah Yera juga."

"Ndre, jemput gue buruan! Yera juga gak bakal marah kalo lu jemput gue doang! Abis itu lu balik lagi ke rumah Yera!"

"Iye, tapi beliin gue es krim ya?!"

"Dasar bocah!"

"Mau gak? Kalo gak mau gue gak jadi jemput lu nih!"

"Iya buruan!"

Pip.

Tisa kembali berjalan melanjutkan perjalanannya menuju pintu gerbang sekolah. Ia akan menunggu Andre di sekitar gerbang sekolah.

Tak lama setelah Tisa menunggu, Ari datang dengan motornya menghampiri Tisa.

"Tis, kita break dulu ya. Aku minta sama kamu buat nenangin diri kamu, baru kita balik lagi."

Jelas sekali, Ari kini tengah terbakar api cemburu. Namun ia berusaha untuk tetap bersikap dewasa di hadapan Tisa.

Tisa mengangguk setelah kepergian motor Ari. Yang ia pikirkan sekarang ini adalah, bagaimana cara yang cepat agar Tisa dapat melupakan Ravi?

Tiin!

Suara klakson motor Andre membuyarkan lamunan Tisa. Tisa segera berdiri dan menghampiri Andre, lalu memukul bahunya.

"Dateng-dateng bukannya manggil, atau apa gitu yang sopan. Ini malah ngelaksonin, kenceng banget lagi!" omel Tisa membuat Andre kesal sendiri. Pasalnya tadi ia sudah memanggil nama Tisa sebanyak tiga kali.

"Yeh, gue udah manggil nama lu tiga kali, tapi lu gak nengok. Malah mukul gue. Dasar Kakak gak tau berterima kasih, masih untung gue mau jemput."

👣

Saat sampai di rumah, ia langsung masuk ke kamarnya, tak lupa dikunci dari dalam.

Ibunya yang melihat Tisa murung, sempat bingung. Namun setelah mendengar jawaban dari Andre yang sedang makan es krim, Sang Ibu mengangguk mengerti.

Bahwa anaknya sedang galau.

"Untung si Ibu udah gaul, jadi gue gak perlu repot-repot ngejelasin apa itu galau. Eh iya! Gue balik ke rumah Yera apa enggak ya? Hmm, gak usahlah. Besok aja lagi."

Andre ingin masuk ke dalam kamar Tisa. Ia mengetuk-ngetuk pintu kamar Tisa tanpa henti, seraya makan es krimnya.

Merasa terganggu, Tisa membuka pintu dan membiarkan Andre masuk ke dalam kamarnya.

"Mau ngapain sih lu?!" bentak Tisa yang segera merebahkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk.

"Lu gak mau cerita sama gue? Siapa tau gue bisa bantu."

"Gak mau, dan gak perlu. Lu itu bukannya nyelesain masalah gue, malah memperumit!"

Andre mendecih mendengar jawaban Tisa. "Masalah Ravi emang gak pernah beres sama gue, karena Ravi musuh gue di lapangan,"

"tapi gak ada yang tau kalo ternyata gue bisa nyelesain masalah lu sama si Ari, pacar baru lu."

Terdengar Tisa menghela napas beratnya, "apaan sih lu?! Gak nyambung! Sekarang masalah gue sama dua-duanya!"

.
.
.

Update pas capek-capeknya. Tadi malem pengen up, tapi malah ketiduran wkwk.

Yasudahlah, ini buat kalian yang suka sama cerita aku :')

Selamat enjoy! (⌒o⌒)



Salam
[at]Hnnywdwt

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang